Daftar Isi
Pengertian Mobilitas Sosial
Pernahkah ananda berpikir kenapa terdapat kesenjangan sosial di sekeliling kita? Mengapa ada perbedaan posisi sosial antara si kaya & si miskin? Mengapa sebagian besar individu berlomba-lomba untuk mengganti taraf kehidupannya untuk menerima daerah terhormat dimata penduduk ? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan terjawab melalui konsep Sosiologi yg dikenal dgn istilah mobilitas sosial.
Realitanya pada masyarakat kita terdapat sebuah metode yg dikenal dgn perumpamaan hirarki sosial, adapun hirarki sosial itu sendiri dapat kita ibaratkan sebagai tangga, terdapat individu-indivudu tersebar di tingkatan tangga, ada yg sudah berada di tangga atas & ada yg masih di tangga bawah, ada pula yg berada di tengah sedang berusaha untuk berpindah posisi ke puncak tangga.
Nah, para individu/kalangan yg melaksanakan upaya perpindahan posisi sosial disebut dgn perumpamaan mobilitas sosial.
Secara alamiah, sebagian besar individu berlomba-lomba merubah posisi sosialnya & mencapai puncak hirarki sosial, maksudnya bisa bermacam-macam: ada yg ingin mendapatkan legalisasi oleh masyarakat luas (status sosial), ada yg ingin keluarganya dihormati, & lain sebagainya. Apapun tujuannya, acara tersebut merupakan penggalan dr mobilitas sosial.
Nah, penting dimengerti, mobilitas sosial bukan cuma perihal hasil perpindahan posisi sosial menjadi lebih tinggi tetapi dapat menjadi lebih rendah (mobilitas sosial vertikal), ada pula orang yg berpindah posisi sosial tetapi tetap berada pada level/derajat yg sama (mobilitas sosial horizontal). Contoh lebih lanjut akan diterangkan pada cuilan bentuk & teladan dr mobilitas sosial ya.
Istilah mobilitas sosial serta hirarki sosial sungguh bersahabat kaitannya dgn perumpamaan meriktorasi. Meriktorasi dipakai untuk menggambarkan tipe masyarakat dimana kekayaan, pemasukan & status sosial didapatkan melalui kompetisi. Artinya, kesempatan setiap individu dlm mencapai puncak hirarki tidaklah pernah sama.
Adapun kemampuan seseorang untuk berpindah posisi sosial sungguh diputuskan oleh modal ekonomi, sosial & budaya. Bagi anak yg berasal dr keluarga bisa, bersekolah di universitas terkemuka & menerima pekerjaan dgn gaji tinggi mungkin ialah hal yg gampang, namun bagi anak yg bukan berasal dr keluarga berada, bersekolah hingga tingkatan universitas mungkin hanyalah sekedar angan-angan alasannya adalah keluarganya cuma mampu membiayai ia hingga jenjang SMP.
Bentuk & Contoh Mobilitas Sosial
1. Mobilitas Sosial Vertikal
Pernahkah ananda mendengar ada gosip yg cukup trend di Indonesia mengenai dongeng perempuan berprestasi berjulukan Raeni yg merupakan anak tukang becak? Raeni yg bukan berasal dr keluarga berada & terpandang di Semarang berhasil diketahui orang sebagai wisudawan terbaik di Universitas Negeri Semarang dgn IPK 3.96. Tak selesai disitu, ia kemudian melanjutkan studi S2 & S3 lewat beasiswa LPDP di Universitas Birmingham di Inggris.
Kisah hidup Raeni dgn jelas menggambarkan adanya fenomena mobilitas sosial vertikal ke atas / naik. Raeni berhasil mengganti posisi sosial dirinya serta keluarganya menjadi lebih baik dibandingkan kondisi sebelumnya dgn segala kekurangan ekonomi yg ada. Meskipun ayah Raeni berpendidikan rendah & berprofesi selaku tukang becak namun Raeni mampu menempuh jenjang pendidikan tertinggi berkat perjuangan & kerja kerasnya sampai alhasil Raeni mampu berprofesi selaku dosen.
Beralih ke pola berikutnya, masih ingat mantan ketua DPR RI, Setya Novanto yg terbukti bersalah dlm kasus korupsi e-KTP? Karena kasus korupsinya tersebut ia dijatuhi hukuman 15 tahun penjara, denda 500 juta & dicabut hak politiknya selama 5 tahun oleh pengadilan. Hal yg dialami Setya Novanto dapat kita sebut sebagai mobilitas sosial vertikal ke bawah / turun. Dalam hal ini, Setya Novanto sudah berpindah posisi sosial menjadi lebih rendah dibandingkan keadaannya sebelumnya. Ia yg sebelumnya mempunyai jabatan terhormat selaku ketua DPR kemudian berkembang menjadi seorang narapidana & kehilangan status sosialnya di mata penduduk .
Masih berhubungan dgn mobilitas sosial vertikal, ada yg disebut selaku mobilitas intragenerasi & mobilitas antargenerasi. Penjelasannya sebagai berikut:
- Mobilitas intragenerasi yaitu perpindahan posisi sosial seseorang yg terjadi dlm satu lingkup generasi. Makara, efek dr perpindahan posisi yg terjadi cuma dicicipi oleh individu itu sendiri. Contohnya, seorang siswi Sekolah Menengan Atas yg naik kelas berarti ia telah melaksanakan mobilitas intragenerasi naik. Sebaliknya siswi SMA yg nilainya jelek & turun kelas telah melaksanakan mobilitas intragenerasi turun.
- Sedangkan mobilitas antargenerasi adalah perpindahan posisi sosial seseorang yg mempunyai pengaruh lintas generasi. Jadi dgn kata lain, perpindahan posisi sosial seseorang berpengaruh besar dlm menaikkan atau menurunkan posisi sosial orang lain yg berlainan generasi. Kisah Raeni yg berhasil berprofesi menjadi dosen & mengembangkan derajat keluarganya meskipun ayahnya berprofesi selaku tukang becak merupakan acuan mobilitas antargenerasi naik. Adapun pada dongeng Setya Novanto, seorang pejabat yg dipenjara sebab kasus korupsi, merupakan acuan mobilitas antargenerasi turun. Keluarga & anak dr Setya Novanto yg sebelumnya dipandang terhormat oleh masyarakat berganti status sosialnya menjadi lebih rendah dimata penduduk luas.
2. Mobilitas Sosial Horizontal
Dalam mobilitas horizontal, perpindahan posisi sosial individu tak menjadi lebih tinggi ataupun lebih rendah, melainkan sejajar mirip pada posisi sosial sebelumnya. Itulah kenapa dikategorikan horizontal.
Sebagai pola, seorang guru SMA dipindah tugaskan dr Bandung ke Jakarta. Guru tersebut tergolong mengalami mobilitas sosial horizontal sebab ia hanya berpindah daerah kerja tetapi tak berpindah posisi sosial. Ia tak mengalami pergeseran jabatan menjad lebih tinggi atau rendah dibandingkan sebelumnya
Faktor Pendorong Mobilitas Sosial
Terdapat beberapa faktor yg mampu mendorong serta membuat lebih mudah individu untuk melaksanakan mobilitas sosial, yaitu sebagai berikut:
- Status sosial
Individu yg mempunyai status sosial rendah akan cenderung merasa kurang puas & akan melaksanakan proses mobilitas sosial guna mendapatkan status sosial yg lebih tinggi.
- Situasi ekonomi
Keadaan ekonomi yg baik dapat mendorong individu untuk melaksanakan mobilitas sosial, contohnya membuka bisnis, dsb.
- Situasi politik
Keadaan politik yg baik akan memberikan penduduk kesempatan untuk melaksanakan mobilitas. Misal dlm negara demokrasi, individu diberi banyak kebebasan dlm kehidupan & menentukan nasibnya sendiri.
- Situasi sosial budaya
Kondisi sosial budaya pada sebuah wilayah dapat tampakdr karakteristik penduduknya. Apabila karakteristik penduduk terbuka kepada perubahan maka akan mempermudah individu untuk melaksanakan kegiatan mobilitas sosial.
- Kondisi Geografis
Secara geografis, wilayah perkotaan akan menawan lebih banyak individu untuk melakukan mobilitas sosial alasannya adalah dianggap lebih banyak menyediakan lapangan pekerjaan.
- Latar Belakang Etnisitas
Pada beberapa etnis tertentu, seorang anak diharuskan untuk pergi merantau ke wilayah lain & melaksanakan mobilitas sosial.
Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
Terdapat beberapa aspek yg mampu menghalangi individu untuk melaksanakan mobilitas sosial, yakni selaku berikut:
- Perbedaan kepentingan
Kompetisi atau persaingan dlm melakukan mobilitas sosial vertikal antar satu individu dgn yg yang lain menunjukkan adanya perbedaan kepentingan. Apabila perbedaan kepentingan yg tak bisa diatur maka akan menghambat individu untuk melakukan perpindahan posisi sosial menjadi lebih baik.
- Diskriminasi suku, etnisitas, ras & agama
Adanya diskriminasi atau pembatasan sosial dapat menciptakan individu dgn latar belakang suku, etnisitas, ras & agama minoritas mengalami kesulitan untuk melakukan mobilitas sosial vertikal naik.
- Diskriminasi gender
Pada masyarakat tertentu yg kental dgn budaya patriarki (didominasi oleh pria) akan cenderung merugikan wanita dlm melaksanakan mobilitas sosial. Dalam hal ini, terdapat lebih sedikit potensi bagi wanita dlm mencari pekerjaan atau menduduki posisi tinggi dlm suatu organisasi yg mengakibatkan wanita sulit melaksanakan perpindahan status sosial.
- Kemiskinan
Keterbatasan ekonomi seorang individu mampu menghalangi dirinya untuk mencapai status sosial tertentu yg lebih dihormati oleh masyarakat luas.
Saluran Mobilitas Sosial
Terdapat beberapa akses yg memungkinakan individu untuk melakukan mobilitas sosial, yakni sebagai berikut:
- Institusi Pendidikan
Tingkat pendidikan dianggap selaku aspek penting yg dapat mengembangkan status sosial seseorang. Institusi pendidikan dimaksud bukan hanya pendidikan formal, tetapi pula informal & non-formal. Sebagai acuan, sekolah & universitas merupakan institusi pendidikan yg berperan selaku akses mobilitas vertikal bagi seseorang yg ingin mendapatkan pekerjaan yg mapan & memajukan taraf kehidupannya.
- Institusi Keagamaan
Tempat-daerah keagamaan memungkinkan orang untuk melaksanakan mobilisasi sosial. Seorang pemuka agama seperti seorang Ustad atau Pastor dipandang sebagai orang yg berkedudukan tinggi & dihormati oleh penduduk .
- Organisasi Politik
Organisasi politik mirip partai politik merupakan saluran yg memungkinkan individu untuk melaksanakan mobilitas sosial vertikal. Para tokoh-tokoh politik cenderung dipandang mempunyai status sosial yg tinggi dimata para pendukungnya serta masyarakat luas.
- Organisasi Ekonomi
Dalam hal ini organisasi ekonomi sebagai susukan mobilitas sosial mampu merujuk pada sebuah perusahaan. Individu yg melakukan pekerjaan pada perusahaan mampu melakukan mobilitas sosial sebab perusahaan memungkinkan orang untuk saling berkompetisi menduduki jabatan tertentu & merubah status sosialnya.
- Organisasi Keahlian
Hampir sama dgn institusi pendidikan, organisasi keahlian sepert Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memungkinkan orang untuk mendapatkan status sosial tertentu & mendapat pengesahan dr penduduk .
- Akademi Militer
Akademi militer merupakan susukan mobilitas yg dapat mendorong individu untuk melaksanakan perpindahan posisi sosial dgn cara meraih pangkat kemiliteran tertentu.
- Ikatan Pernikahan
Seorang individu mampu merubah nasib dirinya & memperoleh status sosial tertentu dgn menjalin ikatan akad nikah dgn pasangan yg memiliki status sosial tinggi dr dirinya.
- Konsumsi Budaya
Dengan memakan produk seperti pakaian rancangan desainer ternama & barang-barang glamor, seseorang mampu memperoleh status sosial yg tinggi dimata penduduk .
Dampak Mobilitas Sosial
(+) Dampak Positif
- Mendorong individu untuk berusaha memperbaiki kehidupan;
- Mempercepat pergantian sosial masyarakat menjadi lebih maju;
- Mendorong terjadinya integrasi sosial dlm masyarakat.
(-) Dampak Negatif
- Menimbulkan pertentangan sosial antar individu yg berlainan kelas, antar kelompok yg berlainan latar belakang suku, etnisitas, ras & agama serta konflik antar generasi;
- Berkurangnya solidaritas & ikatan sosial antar golongan penduduk ;
- Menimbulkan kompetisi yg timpang;
- Menimbulkan tanda-tanda psikologis mirip kecemasan & ketakutan.
Kontributor: Sabrina Burhanudin, S.Sos.
Alumni Sosiologi FISIP UI
Materi yang lain di Wargamasyarakat.org: