Hubungan Keteraturan Sosial Dan Interaksi Sosial

Hubungan Antara Keteraturan Sosial dan Dengan Interaksi Sosial – Interaksi sosial akan terjadi dalam kehidupan insan, apabila berlangsung secara terus-menerus dalam kondisi baik, maka akan mengakibatkan keteraturan sosial. Keteraturan sosial merupakan hasil dari kekerabatan sosial atau interaksi sosial yang berjalan secara berkelanjutan. Keteraturan sosial yaitu tata cara kemasyarakatan, kekerabatan dan kebiasaan yang berjalan secara tanpa hambatan sehingga mampu meraih tujuan bareng yang diinginkan. Adanya keharmonisan antara kolaborasi sebagai hasil interaksi dengan nilai dan norma sosial akan menciptakan relasi sosial yang tertib, serasi sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku.
Hubungan Antara Keteraturan Sosial dan Dengan Interaksi Sosial Hubungan Keteraturan Sosial dan Interaksi Sosial

Unsur-unsur yang menciptakan keteraturan sosial

1. Tertib sosial
Yang dimaksud dengan tertib sosial adalah kondisi suatu penduduk dengan kehidupannya yang terstruktur, dinamis, selaku hasil dari korelasi sosial yang serasi dan selaras dengan norma dan nilai sosial dalam interaksi masyarakat.
Tertib sosial ditandai dengan ciri-ciri selaku berikut, ialah;
a. Individu atau kalangan bertindak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku
b. Adanya pranata-pranata sosial yang saling mendukung
c. Adanya metode norma dan nilai-nilai sosial yang diakui dan dijunjung tinggi oleh masyarakat.
d. Adanya kerjasama yang harmonis dan menggembirakan.
2. Order
Order yakni sistem norma dan nilai sosial yang berkembang, diakui, dan dipatuhi oleh seluruh anggota penduduk . Contoh dari order adalah kerja bakti atau diketahui dengan bahu-membahu, tepo seliro atau diketahui dengan toleransi.
3. Keajegan
Adalah keteraturan sosial yang tetap dan relatif tidak berubah sebagai hasil korelasi selaras antara tindakan, norma, dan nilai dalam interaksi sosial. Keajegan mampu dikatakan selaku kebiasaan yang sudah dilembagakan, selaku pola aktivitas mencar ilmu mengajar siswa di sekolah yang disertai dengan kedisiplinan dan ketaatan siswa kepada peraturan sekolah.
4. Pola
Pola artinya gambaran atau corak korelasi sosial yang tetap dalam interaksi sosial. Contoh pola adalah kewajiban untuk menghormati orang yang lebih tua.
Unsur-bagian keteraturan sosial apabila berlangsung secara berkelanjutan dan berlangsung dengan baik maka akan menciptakan keteraturan sosial. Interaksi sosial ialah bentuk lazim dari proses sosial.

Macam proses sosial yang terjadi alasannya adalah interaksi sosial

Proses yang assosiatif
a. Bekerja sama (Cooperation)
Pola-teladan kolaborasi mampu dijumpai pada semua golongan insan. Umumnya kerja sama akan makin besar lengan berkuasa kalau ada bahaya atau ancaman dari luar. Kerjasama timbul apabila pada ketika orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama, dan pada dikala yang sama itu pula beliau memiliki cukup pengetahuan dan pengendalian diri sendiri untuk menyanggupi kepentingannya. Contoh-nya, di Indonesia kita mengenal kerjasama dalam bentuk tradisional yakni bersama-sama.
Dalam bentuk pelaksanaanya ada 4 bentuk kolaborasi;
1) Bargaining
Yaitu suatu pelaksanaan perjanjian perihal pertukaran barang dan jasa antara dua orang atau dua organisasi atau lebih.
2) Co-optation
Yaitu suatu proses penerimaan bagian-bagian baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, selaku salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam organisasi yang bersangkutan.
3) Coalition
Yaitu sebuah variasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang serupa. Koalisi sifatnya kooperatif.
4) Joint-venture
Yaitu sebuah kolaborasi dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, dengan kontrakproporsi laba tertentu pula.
5) Accomodation (Akomodasi)
Istilah kemudahan mampu digunakan dalam dua keperluan, yaitu;
– untuk menunjuk pada suatu kondisi
– untuk menunjuk sebuah proses
Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan adalah adanya sebuah kenyataan akan adanya equilibrium (keseimbangan) di dalam interaksi individual dan kelompok sosial sehubungan dengan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat. Sebagai sebuah proses, akomo-dasi menunjuk pada usaha manusia untuk meredakan sebuah kontradiksi atau usaha untuk meraih kestabilan.
Akomodasi selaku sebuah proses dapat memiliki bentuk selaku berikut;
1) Tolerant-participation
Yaitu suatu watak perseorangan atau kalangan untuk sedapat mungkin menghindari perselisihan. Individu semacam itu disebut tolerant.
2) Compromise
Yaitu sebuah bentuk akomodasi, masing-masing pihak memahami pihak lain, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan menghemat tuntutannya semoga tercapai penyeselesaiannya kepada pertengkaran. Kompromi mampu pula bermakna negosiasi.
3) Coercion
Merupakan bentuk fasilitas yang proses pelaksanaanya menggunakan paksaan.
4) Arbitration
Yaitu proses kemudahan yang proses pelaksanaanya memakai pihak ketiga dengan kedudukan yang lebih tinggi dari kedua belah pihak yang berlawanan.
5) Mediation
Yaitu menggunakan pihak ketiga yang netral untuk menyelesaikan kedua belah pihak yang berdamai.
6) Conciliation
Yaitu sebuah perjuangan untuk mempertemukan keinginan yang bertikai, agar tercapai kesepakatan bersama.
7) Adjudication
Yaitu penyelesaian perkara lewat pengadilan.
8) Stalemate
Merupakan suatu kemudahan semacam balance of power (politik keseimbangan) sehingga kedua belah yang berselisih hingga pada titik kekuatan yang sebanding. Posisi itu sama dengan zero option (titik nol) yang serupa-sama meminimalisir kekuatan serendah mungkin. Dua belah pihak yang berlawanan tidak mampu meraih tidak dapat lagi maju atau mundur.
Tujuan dari kemudahan yakni selaku berikut;
1) meminimalisir kontradiksi antara orang individual atau kalangan yang saling bertikai.
2) menangkal meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu
3) memungkinkan tejadinya kolaborasi antar golongan-kalangan sosial.
4) Mengupayakan peleburan antar kelompok-kalangan sosial. Hasil dari proses akomodasi dapat berbentukterhindarnya benih-benih kontradiksi gres, menekan oposisi (kompetisi atau perten-tangan), koordinasi pelbagai kepentingan yang berlawanan, membuka jalan ke arah asimilasi, pergeseran-pergantian kedudukan, dan perubahanperubahan forum kemasyarakatan supaya sesuai dengan keadaan yang baru.
c. Assimilation (Asimilasi)
Dalam proses asimilasi setiap individu mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan atau tujuan kelompoknya. Apabila dua golongan mengadakan asimilasi , maka batas antara dua kelompok itu hilang, keduanya menjadi satu kalangan. Kelompok-kalangan tadi ialah golongan yang mempunyai kebudayaan yang berbeda kebudayaanya. Individu sebagai anggota kelompoknya bergaul secara langsung dan insentif untuk waktu yang sangat lama sehingga kebudayaan dari kalangan insan tadi berubah dan saling beradaptasi.
Ditinjau dari segi budaya, jika dua kebudayaan atau lebih berjumpa akan terjadinya sedikitnya tiga kemungkinan ialah;
1) Dominasi
Ialah kebudayaan baru yang tiba mendesak bahkan melenyapkan kebudayaan yang usang.
2) Akulturasi
Kedua kebudayaan hidup saling berdampingan, masing-masing individu pendukungnya mempertahankan budayanya, kalau mesti melepas tradisinya pendatang baru diharap mau menerima kebudayaanya, dan dia pun mau menerima kebudayaan baru.
3) Sintesis
Yaitu muncul budaya gres selaku hasil konferensi antar insan pelaku budaya berbudaya. Budaya gres itu ialah bentuk yang sama sekali lain dari kedua sumbernya, namun memiliki bagian-unsur adonan yang berasal dari kedua sumber.
Asimilasi merupakan kelanjutan untuk meminimalkan perbedaan individu atau kalangan insan, mempertinggi kesatuan tingkah laris, perilaku dan proses mental dengan mengamati kepentingan dan tujuan bersama. Akomodasi mampu diartikan sebagai penyelesaian sementara terhadap perselisihan atau pertentangan yang sedang berjalan, jika penyelesaian tersebut belum mampu diterima oleh pihak-pihak yang bertikai. Terdapat beberapa aspek yang mempermudah terjadinya asimilasi, misalnya perkawinan campuran (amalgamasi), toleransi, keseimbangan potensi di bidang ekonomi, persamaan dalam unsur-komponen budaya, perilaku keterbukaan, saling menghargai dan adanya musuh bersama dari luar.
Proses sosial yang dissosiatif
Processes of dissociation atau proses sosial disosiatif sering disebut juga yang oposisional. Terdapat tiga bentuk oposisi:
a. Kompetisi (competition) atau kompetisi
Kompetisi atau persaingan ialah proses sosial yang interaksi sosialnya ditandai dengan adanya orang perseorangan atau kalangan insan yang bersaing untuk mencari keuntungan tertentu yang pada saat itu menjadi perhatian perseorangan atau publik dengan cara atau perjuangan yang menarik, mempertajam prasangka, tanpa memakai kekerasan dan ada kompetisi langsung serta kompetisi kalangan. Contoh bentuk-bentuk kompetisi antara lain; kompetisi dalam perekonomian, kompetisi kebudayaan, kompetisi kedudukan dan tugas serta kompetisi ras.
b. Contravention (kontravensi)
Kontraversi ialah suatu perilaku mental yang tersembunyi kepada orang lain atau terhadap unsur kebudayaan suatu kalangan tertentu. Sikap tersebut mampu bermetamorfosis kebencian, tetapi belum sampai pada tingkat pertentangan. Contravention mampu berupa tindakan mirip, perlawanan, penolakan, keengganan, menghalangi protes, gangguan-gangguan, ataupun perbuatan-tindakan yang mengacaukan rencana pihak lain, menyangkal pernyataan pihak lain di tampang biasa , penyebar desas desus sampai dengan memberitahukan belakang layar ke pihak lain atau perbuatan berkhianat.
c. Conflict (pertentangan)
Konflik merupakan salah satu interaksi sosial dalam suatu proses sosial individu atau golongan manusia untuk mencapai maksudnya dengan jalan menentang pihak lawan yang diikuti dengan ancaman atau kekerasan. Konflik ada beberapamacam, antara lain pertentangan pribadi, pertentangan rasial, pertentangan kelas, pertentangan politik dan kontradiksi yang bersifat internasional.
Konflik dapat disebabkan oleh adanya perbedaan indvidual yang menyebabkan timbulnya pertentangan perseorangan, perbedaan kebudayaan yang menyeba-babkan perbedaan antara kelompok, bentrokan kepentingan dan pergantian sosial yang cepat merubah nilai-nilai dalam penduduk berakibat pada munculnya kelompok-kalangan yang memiliki perbedaan yang berlainan-beda dalam reorganisasi sistem nilai yang pada gilirannya menimbulkan disorganisasi dalam masyarakat. Konflik dapat mengakibatkan pergeseran kepribadian dalam diri seseorang, bertambahnya solidaritas “in Group” takluknya pihak lawan, retaknya persatuan golongan, akomodasi, dominasi, akulturasi atau sintesis.
d. Diferensiasi (differentiation)
Differensiasi merupakan suatu proses individu di dalam penduduk yang mendapatkan hak dan kewajiban yang berlawanan dalam penduduk . Differensiasi mampu didasarkan pada umur, jenis kelamin atau profesi. Differensiasi dapat menciptakan metode pelapisan dalam masyarakat bahkan polarisasi atau pemisahan.
Sekian bahan perihal Hubungan Keteraturan Sosial dan Interaksi Sosial dari , biar bermanfaat.