Agus, sebut saja namanya begitu, bahu-membahu telah memendam azzam yg usang untuk menikah. Namun, dia tak kunjung berani meminang akhwat satu pun. Pasalnya, beliau belum memiliki duit yg cukup banyak untuk mengadakan walimah mirip biasanya dilaksanakan tetangganya.
Zafira, bukan nama bergotong-royong, sudah beberapa kali dilamar oleh ikhwan. Namun, mereka semua tertolak sesudah sang calon mertua menanyakan bagaimana nanti resepsi pernikahannya. Bukan cuma soal un&gannya, tetapi juga soal sajian, tempat & anggarannya.
Betapa banyak perjaka yg kemudian pernikahannya tertunda alasannya problem walimah. Sebab bicara walimah, bagi mereka haruslah menawarkan uang puluhan juta rupiah; mulai untuk sewa gedung, dekorasi, sajian prasmanan, hingga program hiburan & souvenir.
Betapa banyak pemudi yg kemudian terlambat menikah & usia terus bertambah, alasannya dilema walimah. Walimah, di zaman modern ini, justru menjadi momok bagi sebagian cowok yg secara finansial masih ada kendala. Akhirnya, demi terlenggaranya walimah, tak sedikit kandidat mempelai atau keluarganya yg berhutang. Uang dukungan dipakai walimah satu dua hari, tetapi sesudah itu sekian tahun mengangsur pembayaran. Senang satu dua hari, sekian bulan sesudahnya bersedih hati.
Walimah, memang wajib diselenggarakan sebagai pengumuman bahwa seorang pria & wanita tersebut menikah. Sehingga siapa saja tahu, tak timbul fitnah. Yang penting saudara, tetangga & sobat-sobat tahu, tiba & mendoakan. Sehingga ijab kabul barakah. Bukan sebaliknya, walimah justru menciptakan sulit & menghambat orang menikah. Seorang sobat pernah bercerita bahwa di malam pertama ia menangis. Sang istri terkejut. Dikiranya ada apa-apa di malam yg semestinya indah itu. Tidak tahunya sang suami menangis karena berpikir, nanti bagaimana cara mengembalikan hutang untuk walimah tadi siang.
Walimah, bekerjsama bisa dilakukan dgn mudah. Sederhana, sesuai kesanggupan. Para sobat Nabi menawarkan pola dlm hal ini. Termasuk, dari hadits Rasulullah sendiri.
Hari itu, Abdurrahman bin Auf tiba terhadap Nabi dgn ba& yg bau. Abdurrahman bin Auf menggunakan wewangian, tak mirip lazimnya .
“Ada apa dgnmu?” tanya Rasulullah terhadap sahabatnya itu.
“Saya sudah menikah dgn wanita Anshar, wahai Rasulullah”
“Apa maharmu?”
“Emas satu nawat”
“Semoga Allah memberkahi pernikahanmu. Adakanlah walimah meski cuma dgn seekor kambing.”
Inilah nasehat Rasulullah terhadap Abdurrahman bin Auf. Beliau adalah sobat yg kaya raya, baik saat masih berada di Makkah, maupun setelah established di Madinah. Saat menikah dgn mahar emas satu nawat (satu biji kurma) ini, mungkin Abdurrahman bin Auf baru kembali membangun usahanya di Madinah seluruh hartanya yg di Makkah ditinggalkannya demi hijrah. Kaprikornus Abdurrahman bin Auf mempunyai peluangbesar untuk kembali kaya raya. Rasulullah tahu itu, tetapi dia tak menyarankan walimah yg mewah. Atau hutang dahulu untuk walimah. Rasulullah cuma mensabdakan, selenggarakan walimah walau cuma dgn menyembelih seekor kambing. Mudah & sangat terjangkau.
Islam memang indah. Islam sejatinya gampang. Pun, dlm soal nikah & walimah. Hanya saja, ka&g sebagian umatnya yg memberat-beratkan. Tradisi banyak orang yg seolah-olah mewajibkan walimah mesti mewah, & alhasil walimah bikin sukar. Maka jikalau kamu-sekalian menikah, wahai saudariku, tak perlu sukar untuk walimah. Dekati orangtua & pahamkan mereka, supaya tak memberatkan calon suami. Toh, walimah yg mewah tak menjamin keluarga sakinah. Contohnya pasangan artis-artis itu. Mereka menyelenggarakan resepsi akad nikah dgn sedemikian glamour & glamor, tetapi kemudian keluarganya tak mampu bertahan lama. Bukankah lebih baik walimah yg sederhana, namun pernikahannya barakah. Seperti ijab kabul para teman yg mulia, di bawah bimbingan risalah nubuwah. [Tim Redaksi Webmuslimah.com]