Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial dalam Keluarga – Ada pepatah yang mengatakan bahwa mencegah lebih baik ketimbang mengobati. Demikian halnya dalam menghadapi begitu banyaknya masalah penyimpangan sosial yang terjadi di tengah penduduk , perlu adanya upaya pencegahan semenjak dini. Kenyataan memperlihatkan bahwa langkah-langkah represif petugas penertiban kepada para pelaku penyimpangan sosial yang meresahkan masyarakat ternyata tidak menciptakan para pelaku penyimpangan sosial jera. Ibaratnya patah tumbuh hilang berubah, satu diberantas yang yang lain bermunculan.
Keluarga ialah kawasan awal seseorang menyerap nilainlai dan norma-norma sosial. Melalui keluargalah kepribadian seseorang terbentuk. Segala bentuk sikap yang dijalankan seseorang akrab kaitannya dengan sikap mental kepribadiannya. Keluarga sebagai peletak dasar terbentuknya kepribadian seseorang sungguh berperan besar dalam membuat situasi yang aman bagi usaha pencegahan terhadap segala bentuk perilaku menyimpang.
Adapun bentuk-bentuk upaya pencegahan penyimpangan sosial dalam keluarga antara lain:
a. Melalui penanaman nilai-nilai dan norma agama
Setiap orang bau tanah memiliki tanggung jawab akhlak untuk mendidik anak-anaknya sesuai dengan agama dan iman yang beliau anut. Oleh sebab itu, orang tua memiliki kewajiban mengarahkan anak-anaknya untuk berperilaku sesuai dengan agama yang dianutnya.
Apabila proses penanaman nilai-nilai dan norma-norma yang terkandung dalam fatwa agama dapat ditanamkan sejak dini terhadap diri belum dewasa, maka dia akan memiliki sikap mental yang kuat, sehingga tidak tergiur untuk melakukan sikap menyimpang meskipun dalam situasi yang sangat susah. Sebab salah satu ciri khas orang yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah besar lengan berkuasa dan sabar menghadapi berbagai cobaan dan tetap bersandarkan terhadap kekuasaan Tuhan dalam bentuk tetap taat melakukan perintah-Nya dan menghindari larangan-Nya.
b. Menciptakan relasi yang harmonis dalam keluarga
Bagi seorang anak, orang bau tanah yaitu sandaran hidupnya. Sebelum mengenal orang lain, seorang anak memperoleh perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang yang tercukupi dari keluarga menyebabkan anak merasa betah di rumah dan tidak mencari perhatian dan kesenangan di luar rumah. Kenakalan remaja berkembang sebab anak merasa tidak menemukan perhatian yang cukup dari orang bau tanah, sehingga ia melaksanakan apa yang dianggapnya menyenangkan di luar rumah.
c. Keteladanan orang renta
Meskipun belum ada observasi yang menyatakan bahwa orang renta yang berperilaku menyimpang akan menurunkan anakanak yang berperilaku menyimpang pula, tetapi yang niscaya yaitu anak-anak membutuhkan sosok idola bagi kemajuan dan kemajuan dalam hidupnya. Jika dalam keseharian orang tua memberikan perilaku yang menyimpang, contohnya merokok, meminum minuman keras, berjudi, maka secara tidak sadar anak sudah terbiasa mengalami sosialisasi terhadap subkebudayaan menyimpang tersebut. Karena kebiasaan merokok dijalankan oleh orang tuanya, maka anak menganggap bahwa merokok merupakan perilaku yang wajar dijalankan oleh orang tua, sehingga dalam pikiran anak berkembang paham yang keliru bahwa merokok ialah salah satu ciri-ciri kedewasaan. Bahkan tidak mustahil karena banyaknya orang-orang cukup umur di sekitarnya yang merokok menciptakan anak terpengaruh walaupun orang bau tanah di rumah tidak merokok. Mengapa demikian?
Meniru hal yang baik bukan sesuatu yang mudah, namun meniru hal-hal yang jelek dan menyimpang bukan hal yang merepotkan. Maka orang bau tanah kadangkala terkejut dikala mengenali bahwa anaknya di sekolah terlibat tawuran, padahal di rumah dikenal sebagai anak yang penurut, pendiam, tekun, dan taat beribadah seperti yang dicontohkan orang tuanya.
Sekian perihal Upaya Pencegahan Penyimpangan Sosial dalam Keluarga, agar ini dapat membantu kita yang membutuhkan isu ini.