Menjelang final hidupnya, Weber mengajar di Universitas Wina dan Universitas Munich. Ia juga seorang konsultan dan peneliti.
Pengertian sosiologi berdasarkan max weber adalah sociology is a science which attempts the interpretive understanding of social action in order thereby to arrive at a casual explanation of its course and effects (Weber, 1964:88) Definisi tersebut dapat diterjemahkan bahwa sosiologi adalah ilmu wawasan yang mengupayakan pemahaman interpretatif sebuah tindakan sosial dalam rangka untuk sampai pada klarifikasi sederhana menyangkut karena dan risikonya. Definisi yang lain mampu dilihat pada pemahaman sosiologi berdasarkan para mahir.
Pandangan Weber berlainan dengan tokoh-tokoh lainya mirip Durkheim. Ia berpendapat: Here, then, is a category of facts with very distinctive characteristics: it consists of ways acting, thingking, and feeling, external to the perorangan, and endowed with a power of coercion, by reason of which they control him … These ways of thingking and acting … constitute the proper domain of sociology (Durkheim, 1965:3-4). Sosiologi dalam pernyataan itu yakni suatu ilmu yang mempelajari apa yang dinamakanya fakta sosial (social fact). Menurut Durkheim, fakta sosial ialah cara bertindak, berpikir, dan berperasaan, yang berada di luar individu, dan memiliki kekuatan memaksa yang mengendalikanya.
Berdasarkan pemahaman teori sosiologi menurut max weber, menyanyi di kamar mandi untuk menghibur diri sendiri misalnya, tidak mampu kita anggap sebagai langkah-langkah sosial. Tetapi menyanyi di kamar mandi dengan maksud menawan perhatian orang lain memang merupakan sebuah tindakan sosial. Bunuh diri yang terjadi alasannya tidak dapat lagi menahan penderitaan penyakit menahun atau karena gangguan jiwa bukan langkah-langkah sosial; tetapi bunuh diri untuk menghukum suami yang menduakan atau karena rasa malu sehabis melakukan kesalahan ialah tindakan sosial.
Max Weber juga menerangkan bahwa untuk memahami makna subyektif suatu langkah-langkah sosial maka harus mampu membayangkan dirinya di daerah pelaku untuk mampu ikut menghayati pengalamanya. Ini dituangkan dengan pernyataannya: put one’s self imaginatively in the place of the actor and thus sympathetically to participate in his experiences. Weber, 1964:90).
Teori Konflik
Sebagaimana mirip yang diterangkan mengenai sejarah sosiologi, maka sosiologi timbul sehabis terjadi ancaman terhadap dunia yang dianggap positif; sosiologi muncul sehabis terjadi perubahan fundamental dan berjangka panjang di Eropa mirip industrialisasi, urbanisasi, rasionalisasi.
Sosiologi mempunyai banyak teori dan paradigma sehingga sosiologi dinamakan sebuah ilmu paradigma majemuk. Hal ini merupakan balasan mengapa dan bagaimana masyarakat dimungkinkan, dan dikenal dengan nama the persoalan of order. Teori-teori yang mengkhususkan diri pada interaksi sosial mula-mula bersumber pada aliran para tokoh sosiologi klasik dari Eropa mirip Simmel dan Weber. Weber memperkenalkan interaksionalisme simbolis dengan menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang berusaha mengetahui tindakan sosial.
Sebagai salah satu tokoh awal dalam sosiologi, karya Weber sering dikaitkan dengan teori sosiologi yang berlawanan. Uraian Weber perihal langkah-langkah sosial selaku pokok perhatian sosiologi dijadikan dasar bagi pengembangan teori interaksionisme simbolis (Turner, 1978). Weber pun dianggap sebagai tokoh yang memberi pemberian kepada fungsionalisme awal (Turner,1978). Namun Weber dianggap pula selaku penganut teori pertentangan (Collins, 1968)
Institusi Politik
Ever since the term sociology was first applied to the systematic study of social relationship, the analysis of political processes and institutions has been one of its most important concerns. No sociologist can conceive of a study of society that does not include the political system as a major part of the analisis (Lipset, 1963:ix).
Tampak dari kutipan di atas, sosiologi dipahami selaku sebuah disiplin yang mempelajari hubungan sosial, sosiologi tidak dapat mengabaikan proses dan institusi politik. Oleh alasannya itu dalam sosiologi dijumpai satu keutamaan yang mengkhususkan diri pada proses-proses dan institusi-institusi politik, yakni sosiologi politik.
Weber berkontribusi dalam sosiologi politik, yaitu kajianya terhadap kekuasaan dan dominasi. Menurut weber kekuasaan yakni “the possibility of imposing one’s will upon the behavior of others” (Bendix, 1960: 294). Kemungkinan untuk memaksakan kehendak terhadap sikap orang lain tersebut dapat dikerjakan dalam aneka macam bidang kehidupan.
Weber membedakan antara kekuasaan dan dominasi. Menurut weber kekuasaan perlu dibedakan dengan dominasi (herrscharft). Pada dominasi pihak yang berkuasa mempunyai wewenang sah untuk berkuasa berdasarkan aturan yang berlaku sehingga pihak yang dikuasai wajib mentaati kehendak penguasa. Suatu dominasi membutuhkan keabsahan (legitimacy), yakni akreditasi atau pembenaran masyarakat kepada dominasi tersebut, semoga penguasa mampu melakukan kekuasaanya secara sah. Dalam hubungan ini Weber membedakan tiga jenis dominasi: dominasi kharismatik, dominasi tradisional, dan dominasi legal-rasional. Dengan sendirinya ketiga tipe ini bagi Weber ialah tipe ideal, sehingga dalam realita empiris tentu akan terjadi penggabungan antara beberapa tipe.
Begitulah uraian singkat pandangan atau teori sosiologi menurut max weber. Pandangan ia akan berusaha kami ungkapkan lebih dalam pada artikel lain di blog tipsserbaserbi ini. Semoga memiliki kegunaan.