Sekilas Tentang Kecerdasan Emosional, Sejarah, Pengertian Dan Konsep #Makalah Kecerdasan Emosi

Apa itu Kecerdasan Emosional dan Bagaimana Sejarahnya? 


      Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Salovey dari Harvard University dan Mayer dari University of New Hampshire untuk membuktikan kualitasmutu itu antara lain : empati, mengungkapkan dan mengerti perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian dan kemampuan menyesuaikan diri, digemari, kemampuan memecahkan problem antar langsung, keteguhan, kesetiakawanan, keramahan dan sikap hormat. Mereka mengatakan bahwa kecerdasan emosional ialah kemampuan untuk merasakan emosinya untuk mengeluarkan atau membangkitkan emosi, mirip emosi untuk membantu berpikir, mengerti emosi dan wawasan wacana emosi serta untuk mencerminkan emosi secara terencana seperti mengendalikan emosi dan pertumbuhan intelektual. 
Source: Google
     Istilah kecerdasan emosional timbul secara luas pada pertengahan tahun 1990 an. Sebelumnya Gardner mengemukakan 9 kecerdasan pada insan (kecerdasan beragam). Goleman  menyatakan bahwa kecerdasan beragam yang dikemukakan oleh Gardner yakni manisfestasi dari penolakan akan persepsi intelektual quotient (IQ). berikutnya, Salovey menempatkan kecerdasan langsung dari Gardner sebagai definisi dasar dari kecerdasan emosional. Kecerdasan yang dimaksud yakni kecerdasan antar eksklusif dan kecerdasan intrapribadi. Kecerdasan emosi dapat menempatkan emosi individu pada porsi yang sempurna, menyeleksi kepuasan dan mengontrol suasana hati. Koordinasi suasana hati yaitu inti dari relasi sosial yang baik.

     Selanjutnya, Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional selaku salah satu bentuk intelegensi yang melibatkan kemampuan untuk menangkap perasaan dan emosi diri sendiri dan orang lain, untuk membedakannya dan memakai informasi ini dalam menuntuk pikiran dan tindakan seseorang, kecerdasan emosional bukanlah lawan kecerdasan intelektual, tetapi keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual maupun didunia faktual. Kecerdasan emosional tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan, sehingga membuka kesemoatan bagi kita untuk melanjutkan apa yang sudah disediakan oleh alam supaya kita mempunyai peluang lebih besar untuk meraih keberhasilan. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional mempunyai tugas yang sangat besar dan penting untuk meraih kesuksesan di sekolah, kawasan kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan penduduk .
       Cooper & Sawaf mengemukakan bahwa kecerdasan emosional ialah kemampuan mencicipi, mengerti, dan secara pilih-pilih menerapkan daya dan kesanggupan emosi selaku sumber energy dan efek yang manusiawi. Kecerdasan menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan orang lain dan diri sendiri serta menanggapinya dengan sempurna, menerapkan secara efektif energy dalam kehidupan seharihari. Dimana kecerdasan emosional juga merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan, untuk membangun produktif dan meraih kesuksesan.
     Reuven BarOn, kecerdasan emosional adalah serangkaian kesanggupan, kompetensi dan kecakapan non kognitif yang menghipnotis kesanggupan seseorang untuk berhasil menangani permintaan dan tekanan lingkungan. Sementara itu Stein mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kecakapan yang memungkinkan kita melapangkan jalan kita di dunia yang rumit aspek eksklusif, akal sehat yang penuh dengan misteri, dan kepekaan yang penting untuk berfungsi secara efektif setiap hari.  
       Goleman menerangkan bahwasannya, tokoh yang mempopulerkan kecerdasan emosional, beropini bahwa kecerdasan emosional yakni kesanggupan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan terhadap frustrasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebihlebihkan kesenangan, mengontrol situasi hati dan menjaga supaya beban stres tidak melumpuhkan kesanggupan berpikir, berempati dan berdoa. Tokoh lain, Shapiro berpendapat bahwa kecerdasan emosional adalah kesanggupan untuk berhubungan dengan perilaku akhlak, cara berpikir yang kongkret, pemecahan dilema interaksi sosial, emosi diri dan kesuksesan akademik. Definisi Goleman dan Shapiro menjelaskan bahwa kecerdasan emosional terbentuk dari beberapa aspek keahlian emosi.  
       Kecerdasan emosional berperan penting di tempat kerja, dalam keluarga, masyarakat, pengalaman romantic dan bahkan kehidupan spiritual; kesadaran emosi membuat kondisi jiwa kita diamati. Kecerdasan emosional memungkinkan kita menentukan opsiopsi yang lain perihal apa yang kita makan, siapa yang mau kita jadikan sahabat hidup, pekerjaan apa yang kita kerjakan dan bagaimana menjaga keseimbangan antara keperluan eksklusif kita dan keperluan orang lain. 

Aspek dan Komponen dari Kecerdasan Emosional 

     Sampai sekarang belum ada alat ukur yang mampu digunakan untuk mengukur kecerdasan emosi seseorang. Walaupun demikian, ada beberapa ciri-ciri yang mengindikasi seseorang mempunyai kecerdasan emosional. Goleman, menyatakan bahwa secara lazim ciri-ciri seseorang mempunyai kecerdasan emosi yaitu bisa memotivasi diri sendiri, bertahan menghadapi putus asa, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir serta berempati dan berdoa. 
Lebih lanjut Goleman, merinci lagi faktor-faktor kecerdasan emosi secara khusus sebagai berikut: 
  • Mengenali emosi diri, yaitu kesanggupan individu yang berfungsi untukmengawasi perasaan dari waktu ke waktu, mencermati perasaan yang timbul. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sebetulnya menandakan bahwa orang berada dalam kekuasaan emosi. Kemampuan mengetahui diri sendiri meliputi kesadaran diri 
  • Mengelola emosi, yakni kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akhir yang muncul alasannya adalah kegagalan ketrampilan emosi dasar. Orang yang buruk kemampuan dalam ketrampilan ini akan terus menerus bernaung melawan perasaan murung, sementara mereka yang cerdik akan mampu berdiri kembali jauh lebih cepat. Kemampuan mengelola emosi meliputi kemampuan penguasaan diri dan kemampuan menenangkan kembali.
  • Memotivasi diri sendiri, ialah kemampuan untuk mengendalikan emosi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan sangat penting untuk memotivasi dan menguasai diri. Orang yang mempunyai keahlian ini condong jauh lebih produktif dan efektif dalam upaya apapun yang dikerjakannya. Kemampuan ini didasari oleh kesanggupan
  • mengontrol emosi , yaitu menahan diri kepada kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Kemampuan ini meliputi: pengendalian dorongan hati, kekuatan berfikir kasatmata dan optimis.d. Mengenali emosi orang lain, kemampuan ini disebut tenggang rasa, yaitu kemampuan yang bergantung pada kesadaran diri emosional, kemampuan ini ialah ketrampilan dasar dalam bersosial. Orang empatik lebih bisa menangkap sinyal-sinyal sosial tersembunyi yang mengisyaratkan apa yang diharapkan orang atau diharapkan orang lain. e. Membina hubungan. Seni membina hubungan sosial merupakan keahlian mengorganisir emosi orang lain, meliputi ketrampilan sosial yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan hubungan antar eksklusif.
  Makalah Penelitian Narasi Dan Etnografi

 

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi

Ada beberapa faktor yang mensugesti kecerdasan emosi individu berdasarkan Goleman, yakni:  
  • Lingkungan keluarga. Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam mempelajari emosi. Peran serta orang renta sungguh diperlukan alasannya adalah orang renta yaitu subyek pertama yang perilakunya diidentifikasi, diinternalisasi yang pada akibatnya akan menjadi bagian dari kepribadian anak. Kecerdasan emosi ini mampu diajarkan pada dikala anak masih bayi dengan contoh-pola lisan. Kehidupan emosi yang dipupuk dalam keluarga sungguh berkhasiat bagi anak kelak di kemudian hari, sebagai contoh: melatih kebiasaan hidup disiplin dan  bertanggung jawab, kesanggupan berempati, kepedulian, dan sebagainya. Hal ini akan menyebabkan anak menjadi lebih mudah untuk menanggulangi dan menenangkan diri dalam menghadapi urusan, sehingga bawah umur dapat berkonsentrasi dengan baik dan tidak mempunyai banyak persoalan tingkah laris mirip tingkah laris berangasan dan negatif.
  • Lingkungan non keluarga. Dalam hal ini ialah lingkungan masyarakat dan lingkungan penduduk. Kecerdasan emosi ini meningkat sejalan dengan kemajuan fisik dan mental anak. Pembelajaran ini umumnya ditunjukkan dalam acara bermain anak seperti bermain peran. Anak berperan selaku individu di luar dirinya dengan emosi yang menyertainya sehingga anak akan mulai berguru mengetahui kondisi orang lain. Pengembangan kecerdasan emosi dapat ditingkatkan melalui banyak sekali macam bentuk pelatihan diantaranya ialah pelatihan asertivitas, empati dan masih banyak lagi bentuk pelatihan yang yang lain.