KURIKULUM PELAJARANCG: Sejarah dan Tema Peringatan Hari Dokter Nasional (HDN) Ke-69 Tahun 2019. Peringatan Hari Dokter Nasional atau dikenal sebagai Hari Ulang Tahun Ikatan Dokter Indonesia diperingati setiap tanggal 24 Oktober oleh insan kesehatan dimana ini berawal dari ide Dr. Soeharto (pantia Dewan Pimpinan Pusat IDI waktu itu), atas nama sendiri, dan atas nama pengurus lainnya, ialah Dr. Sarwono Prawirohardjo, Dr. R. Pringgadi, Dr. Puw Eng Liang, Dr. Tan Eng Tie, dan Dr. Hadrianus Sinaga menghadap notaries R. Kadiman untuk mendapatkan dasar aturan berdirinya asosiasi dokter dengan nama ‘Ikatan Dokter Indonesia’, yang dalam Anggaran Dasarnya pada tahun 1952 berkedudukan “sedapat-dapatnya di Ibukota Negara Indonesia” dan diresmikan untuk waktu yang tidak ditentukan”.
Dalam tulisan Pelajaran Sejarah kali ini mari kita tentang Asal usul dan Tema Peringatan Hari Dokter Nasional (HDN) yang Ke-69 Tahun 2019. Sedang tulisan Pedoman untuk Juknis Tema Peringatan Hari Dokter Nasional (HDN) Ke-69 Tahun 2019 akan pelajarancg bahas dalam postingan tersendiri.
Peringatan Hari Dokter Nasional (HDN) mempunyai sejarah penting yang panjang kalau dilihat dari asal mula perayaan. Peringatan Hari Dokter Nasional yang diselenggarakan setiap tanggal 24 Oktober tidak semata-mata dimaksudkan untuk mengingat hari kelahiran suatu organisasi maupun Pahlawan dibidang Dokter Nasional, tetapi lebih merupakan suatu momentum untuk mengingat kembali suatu kejadian bersejarah tugas dokter yang menawarkan inspirasi/motivasi bagi seluruh bangsa Indonesia.
Salah satu upaya yang dilaksanakan pengelola besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) untuk merealisasikan tujuan tersebut adalah dengan Muktamar IDI. Hal ini dimaksudkan supaya dokter-dokter muda mengenang kembali filosofi dari nilai sejarah perkumpulan dokter dengan nama ‘Ikatan Dokter Indonesia’, dimana Para dokter muda mendirikan sebuah perkumpulan dokter warga negara Indonesia yang baru, dan merupakan wadah representasi dunia dokter Indonesia, baik dalam maupun keluar negeri sehingga pada 24 Oktober 1950 mendapatkan dasar hukum berdirinya perkumpulan dokter dengan nama ‘Ikatan Dokter Indonesia’ (disingkat IDI).
Adapun tujuan utamanya yaitu:
- Komitmen seluruh manusia Kesehatan terutama dokter termasuk pendidikan kedokteran untuk memiliki wadah representasi dunia dokter Indonesia, baik dalam maupun keluar negeri;
- Menumbuhkan rasa kesatuan atau meletakkan sendi-sendi persatuan dari profesi dokter Indonesia;
- Mengajak seluruh unsur Masyarakat Indonesia untuk mencintai kesehatan secara masif dan meluas di setiap acara sehari-hari;
- Komitmen Ikatan Dokter Indonesia secara Nasional untuk konsisten meningkatkan kesadaran dan kemauan penduduk akan teladan hidup bersih dan sehat;
- Menumbuhkan semangat mengajak semua lapisan masyarakat dan bentuk komitmen IDI dalam pengabdiannya menyehatkan masyakarat Indonesia.
Sejalan dengan tujuan tersebut, Hari Dokter Nasional (HDN) dan juga Ulang Tahun Ikatan Dokter Indonesia menjadi bab dalam daftar hari penting Nasional dalam mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan dalam membangun bangsa sehat berkarakter menuju SDM Unggul untuk Indonesia Maju berprestasi melalui dasar dan arah kenaikan berkelanjutan.
1. SEJARAH PERINGATAN HARI DOKTER NASIONAL (HDN) 2019
Sejarah telah mencatat berawal dari gagasan Dr. Soeharto (pantia Dewan Pimpinan Pusat IDI waktu itu), atas nama sendiri, dan atas nama pengelola yang lain, ialah Dr. Sarwono Prawirohardjo, Dr. R. Pringgadi, Dr. Puw Eng Liang, Dr. Tan Eng Tie, dan Dr. Hadrianus Sinaga menghadap notaries R. Kadiman untuk menemukan dasar hukum berdirinya asosiasi dokter dengan nama ‘Ikatan Dokter Indonesia, dalam pemahaman pada 24 Oktober 1950 menemukan dasar aturan berdirinya perkumpulan dokter dengan nama ‘Ikatan Dokter Indonesia’ (disingkat IDI), dari dasar hukum itulah yang menjadi landasan ditetapkannya Hari Dokter Nasional.
Dalam catatan sejarah organisasi kedokteran Indonesia, bahwa organisasi ini mulanya bermula dari perhimpunan yang bernama Vereniging van lndische Artsen tahun 1911, dengan tokohnya yaitu dr. J.A. Kayadu yang menjabat selaku ketua dari asosiasi ini. Selain itu, tercatat pula nama-nama tokoh kedokteran seperti dr. Wahidin, dr, Soetomo dan dr Tjipto Mangunkusumo, yang bergerak dalam lapangan sosial dan politik. Yang akibatnya pada tahun 1926 asosiasi ini berubah nama menjadi Vereniging van lndonesische Geneeskundige atau disingkat VIG.
Dalam VIG, pada era dulu diketahui 3 macam dokter Indonesia, diantaranya: dokter Jawa keluaran sekolah dokter Jawa, Indische Arts keluaran Stovia dan NIAS hingga dokter lulusan Faculteit Medica Batvienis pada tahun 1927.
Sayangnya pada era pendudukan Jepang tepatnya pada tahun 1943, VIG dibubarkan dan diganti menjadi Jawa Izi Hooko Kai. Dalam waktu hampir serentak berkembang pula Persatuan Thabib Indonesia (Perthabin) cabang Yogya yang dianggap sebagai kelanjutan VIG abad tersebut. Hingga pada tahun 1945, dokter-dokter Indonesia belum memiliki kesempatan untuk mendirikan suatu wadah dokter di Indonesia yang berskala nasional. Selanjutnya pada tahun 1948 didirikan Perkumpulan Dokter Indonesia (PDI), yang dimotori kelompok dokter-dokter muda di bawah pimpinan dr. Darma Setiawan Notohadmojo. Kaprikornus tidaklah mungkin kedua organisasi kedokteran; Perthabin dan PDI sekaligus mejadi wadah dokter di Indonesia, oleh sebab itu diraih mufakat antara Perthabin dan Dewan Pimpinan PDI untuk mendirikan suatu perhimpunan dokter baru.
Tepat pada tanggal 30 Juli 1950, PB Perthabin (Persatuan Thabib Indonesia) dan DP-PDI (Perkumpulan Dokter Indonesia) menyelenggarakan rapat. Atas ajuan Dr. Seno Sastromidjojo dibentuklah panitia Muktamar Dokter Warganegara Indonesia (PMDWNI), yang diketuai Dr. Bahder Djohan. Kemudian pada tanggal 22 – 25 September 1950, Muktamar I Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park yang kemudian menjadi gedung pertemuan Kotapraja Jakarta. Dalam muktamar IDI itu, Dr. Sarwomo prawirohardjo terpilih menjadi ketua lazim IDI pertama. Untuk pemgukuhan resmi, pada tanggal 24 Oktober 1950, Dr. Soeharto menghadap notaris untuk mendapatkan dasar aturan berdirinya perkumpulan dokter dengan nama “Ikatan Dokter Indonesia” .
Dari dasar aturan berdirinya perkumpulan dokter dengan nama “Ikatan Dokter Indonesia”, nama yang tercantum di akta IDI yaitu Dr. Soeharto, Dr.Sarwomo Prawihardjo, Dr. R. Pringgadi, Dr. Puw Eng Liang, Dr. Tan Eng Tie, dan Dr. Hadrianus Sinaga. Maka semenjak itu mulai ditetapkan selaku hari lahirnya ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Hari lahirnya ikatan Dokter Indonesia (IDI) pada tanggal 24 Oktober kemudian ditetapkan sebagai Hari Dokter Nasional (HDN). Peringatan atau peringatan Hari Dokter Indonesia, bertujuan selaku rasa hormat kepada seluruh dokter yang telah bisa menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh keikhlasan serta telah sukses menumbuhkan rasa kesatuan atau meletakkan sendi-sendi persatuan dari profesi dokter Indonesia.
Pada saat itu, bila ditilik asal mula semangat mengajak semua lapisan penduduk dan bentuk komitmen IDI dalam pengabdiannya menyehatkan masyakarat Indonesia dan sendi-sendi persatuan dari profesi dokter Indonesia. Itulah sebabnya mengapa ditetapkan hari jadi IDI (Ikatan Dokter Indonesia ) pada tanggal 24 Oktober sebagai Perayaan Dokter Nasional (HDN).
Adapun maksud dan tujuan penyelenggaraan Muktamar Dokter Warganegara Indonesia (PMDWNI), yang diketuai Dr. Bahder Djohan adalah untuk menawarkan terhadap dunia luar, bahwa dunia profesi kedokteran bangsa Indonesia mempunyai kedudukan yang sama antara dokter-dokter Nasional dengan dokter negara lain dalam segi mutu layanannya.
Berdasarkan sejarah singkat inilah, sudah semestinya Dokter-dokter muda di Indonesia mempunyai tekad kuat dalam membangun peningkatan mutu dan prestasi kesehatan dibidang ilmu kedokteran melalui pembinaan dan pengembangan dokter yang didukung oleh prasarana dan sarana pendidikan kedokteran, serta penerapan ilmu wawasan teknologi dan teknologi dokter baik yang dijalankan pemerintah, pelajar, mahasiswa, dokter, perawat, bidan dan semua unsur kesehatan serta kedokteran Indonesia.
Inilah alasan mengapa pemerintah Indonesia merasa sangat penting mengadakan Peringatan Hari Dokter Nasional (HDN) bukan cuma sekedar mengenal sejarah, tema dan logo dalam bentuk kata bijaksana ataupun ucapan motivasi semata.
2. LOGO PERINGATAN HARI DOKTER NASIONAL (HDN) KE-69 TAHUN 2019
Adapun logo perayaan Hari Dokter Nasional (HDN) senantiasa dipakai juga sebagai momentum Hari Bakti Dokter Indonesia (HBDI) dan Hari Ulang Tahun IDI.
Gambar logo IDI untuk HDN (Hari Dokter Nasional) 2019 |
Gambar Logo HUT IDI ke 69 tahun 2019 |
Catatan: Sebagaimana Siaran pers IDI pada senin 7 Oktober, menyebutkan acara bertajuk IDINESIA (IDI untuk Indonesia) yang diselenggarakan di sekeliling Jakarta, Tangerang, Bogor, dan Banten pada Oktober hingga November mendatang itu, ialah komitmen dan keikutserta IDI dalam pembangunan kesehatan bangsa dimana ini juga sebagai pemikiran resmi peringatan ke-69 tahun 2019 untuk HDN dan keempat logo ini sudah banyak terdapat di spanduk maupun baliho pelaksanaan kegiatan Pra-HDN dalam menyambut HDN di 2019.
Baca:
- KEBUGARAN FISIK: PENGERTIAN, KOMPONEN, TUJUAN, MANFAAT, KONSEP & FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUGARAN JASMANI
- PENGERTIAN GIZI ATAU NUTRISI
- PELAJARAN SEJARAH: LOGO DAN TEMA HARI BIDAN INTERNASIONAL 2019
3. TEMA PERINGATAN HARI DOKTER NASIONAL (HDN) KE-69 TAHUN 2019
Sebagaimana diliris dalam info Facebook resmi oleh PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), tema utama yang diangkat dalam Peringatan Hari Dokter Nasional (HDN) tahun 2019 ke 69 ialah “IDI UNTUK INDONESIA”. dengan tema ini diperlukan menjadi saat-saat untuk mengajak mengajak Sejawat Dokter Anggota IDI melakukan pendidikan dan penanggulangan persoalan kekerdilan (Stunting), penyakit tidak menular, dan kesehatan reproduksi remaja dalam upaya mendukung pembangunan sumber daya manusia yang sehat, produktif, dan berdaya saing.
4. MAKNA LOGO SEJARAH DAN TEMA PERINGATAN HARI DOKTER NASIONAL (HDN) 2019
Adapun memaknai HDN tahun 2019 ke-69 yang tersirat dalam tema dan logo Peringatan Hari Dokter Nasional atau ulang tahun IDI ini mampu artikan bahwa perlunya menumbuhkan motivasi dengan semangat mengajak semua lapisan masyarakat: baik pelajar, masyarakat, pekerja/ karyawan, ihwal pentingnya Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) juga pendidikan dan penanggulangan persoalan kekerdilan (Stunting), penyakit tidak menular, dan kesehatan reproduksi akil balig cukup akal dalam upaya mendukung pembangunan sumber daya insan yang sehat, produktif, dan berdaya saing lewat aktivitas upaya menanggulangi dilema kesehatan di Indonesia, utamanya kekerdilan dan kesehatan reproduksi cukup umur, tugas semua bagian penduduk , termasuk organisasi profesi mirip IDI, diperlukan yang mesti dilaksanakan ditengah aktivitas apapun sehari-hari. Inilah hakekat yang mestinya menjadi makna sebetulnya bukan sekedar kata ataupun ucapan semata.
Akhir kata dari pembahasan pelajarancg.blogspot.com mengucapkan selamat memperingati Hari Dokter Nasional (HDN) dan Dirgahayu IDI untuk Indonesia lebih baik, bareng Dokter, insan kesehatan mari lakukan hal sederhana tetapi memiliki pengaruh besar, dimulai dari konsisten mengembangkan kesadaran dan kemauan masyarakat akan teladan hidup bersih dan sehat, berkala basuh tangan yang bagus dan benar sebab dapat menangkal penyebaran penyakit.