Daftar Isi
Contoh Cerita Fiksi Pendek
Index :
- contoh cerita fiksi pendek singkat
- teladan cerita non fiksi pendek anak
- contoh dongeng non fiksi anak singkat
- acuan cerita non fiksi pendek untuk anak sd
- teladan cerita fiksi pendek beserta strukturnya
- teladan cerita fiksi singkat beserta bagian intrinsiknya
- acuan dongeng fiksi cerpen singkat
Contoh Cerita Fiksi Pendidikan
Mentari berkilau kekuningan. Kicau burung perlahan-lahan lenyap bareng mengeringnya embun. Situasi dalam ruangan kelas berasa sunyi dan damai. Siswa-murid asyik menatap lembar kertas dilema di setiap meja mereka. Ya, mereka telah siap untuk berperang. Tapi bukan perang mirip jaman sejarah.
Tetapi perang asumsi dan fokus untuk memperoleh nilai terbaik sebagai seorang pelajar. Kadang-kadang bunyi pintu berdecit berupaya untuk merusak kesunyian. Tapi mereka asyik terbenam dalam asumsi mereka masing-masing. Berkali-kali Mita memandang jam yang menempel pada dinding dan guru pengawas secara gantian.
Cari tahu seberapa banyak dikala yang tersisa. “Tidak boleh meniru atau melakukan pekerjaan sama. jikalau antara kalian ditemui lakukan manipulasi, alasannya adalah itu nilai kalian akan ibu kira nol. kalian ketahui?” sebut si guru mengingatkan. Semua termangu. Tanpa yang berani menyahut.
Mereka pilih repot kerjakan persoalan ujian mereka. Sembunyi-sembunyi Mita mendapati Dera ambil kertas jiplakan dari sakunya. “Tidak boleh memalsukan..” bisik Mita menasihati. Tapi Dera memandang Mita sinis. Tidak mempedulikan kata-katanya. Ujian berikutnya Dera masih kerjakan hal yang serupa. kembali lagi dianya menjiplak. “Dera, kita dilarang menjiplak. kalau guru tahu kau menjiplak, nilaimu kelak akan 0” anjuran Mita lagi.
Sayang, Dera demikian keras kepala. Bukanlah berdasarkan, Dera justru ajak Mita berdiskusi. “Bila nilaiku kecil, memang kamu ingin bertanggungjawab?” Ketus Dera.
Mita pada akhirnya berserah dan tutup mulutnya rapat. Ia berusaha untuk tidak lagi perduli pada Dera. “Dera!” panggil ibu guru pengawas. Dera mendangak terkejut dengan panggilan si guru. apa ia kedapatan? pikirnya. “Ibu lihat, sejak dari barusan kau dan Mita terus bicara. kalian bekerja bareng ?” “Ti.. tidak bu..” elaknya.
Ibu guru mendekati mereka. Dera yang waktu itu masih menggengam kertas temannya, panik. Kertas itu tanpa menyengaja jatuh dan ibu guru mengambilnya. “kalian menggandakan?” andal si guru. Mita dan Dera sama-sama pandang.
“Tidak bu. Mita yang meniru” tuduh Dera hasilnya. Alangkah jahatnya gadis ini. Karena hanya ingin tutupi tindakannya, Dera berani menfitnah Mita. “Apa betul kamu menggandakan Mita?”
“Tidak bu..” jawab Mita jujur. Mita menatap Dera bersedih. Dera coba menciptakan bersalah. “Berbohong bu.. Saya barusan menyaksikannya” sebut Dera tanpa ampun.
“Dera yang meniru bu bukan mita.. Saya barusan menyaksikannya” mahir suatu suara. Terlihat wawan coba membelanya. “Betul, kau yang memalsukan Dera?”
“Ti.. tidak bu..”
“Mari turut ibu ke kantor” Dera keluar kelas dengan tampang menunduk aib. semestinya ia mengikuti saran Mita tidak untuk memalsukan. Pada kesannya Dera memperoleh balasan alasannya adalah tindakannya sendiri.
Contoh Cerita Fiksi Singkat
Contoh Cerita Fiksi Anak : Cerita Jack Dan Pohon Kacang
Pada zaman jaman dulu, hiduplah seorang anak yang namanya Jack. Jack
yaitu seorang anak Inggris yang paling pemberani. la tinggal dengan
ibunya. Mereka hidup miskin. Harta yang mereka punyai hanya satu ekor
sapi yang air susunya mulai mengering.
Satu hari, ibu Jack putuskan akan jual sapi itu. la memerintah
Jack menjualnya ke pasar. Di tengah-tengah jalan ke arah pasar, Jack berjumpa
dengan seorang kakek.
“Hai, Jack. Maukah kau mengganti sapimu dengan kacang aneh ini?” kata
kakek itu pada Jack.
“Apa? Mengganti sebutir kacang kecil itu dengan sapiku? Kau bermain-main,
Kakek,” kata Jack kaget campur resah.
“Tidak boleh mengejek, ya. Ini yaitu kacang abnormal. Bila kau menanamnya,
dalam tadi malam kacang ini akan tumbuh sampai ke langit,” kata sang kakek
menunjukan.
Sesaat Jack berpikir. Selanjutnya, dia putuskan setuju dengan penawaran
sang kakek.
Sesampai di dalam rumah, ibu Jack geram besar. “Betul-betul terbelakang kau
ini, Jack. Bagaimanakah mungkin kita hidup cukup dengan sebutir biji kacang
ini?” kata si ibu sekalian melemparkan biji kacang abnormal itu ke luar.
Tetapi, apa yang terjadi keesoi:an harinya? Ternya- ta kacang itu berkembang
jadi pohon raksasa yang tinggi membubung capai langit.
“Wah, rupanya betul apa yang disebutkan oleh kakek itu,” gumam Jack.
Dengan berhati-hati, Jack memanjat pohon raksasa itu. Tetapi, walau
telah usang sekali memanjat, Jack tidak juga mendapati puncak
pohonnya.
“Aduh, kenapa tidaklah hingga ke ujung po- hon, ya?” berpikir Jack. Jack
melihat ke bawah. Rumah- rumah sudah kelihatan benar-benar kecil.
Pada akhirnya, ketika Jack hingga ke awan, ia melihat suatu istana raksasa.
Jack mendekati istana mengetok pintunya dan itu.
Mendadak, pintu itu terbuka. Lalu, ada se- orang perempuan yang besar.
“Ada apakah, Nak?” bertanya perempuan raksasa.
“Selamat pagi, aku lapar. Apa boleh aku meminta sedikit makanan?” jawab
Jack.
“Wah, kamu anak yang santun sekali. Baik, masuk, Nak,” kata perempuan
raksasa.
Saat Jack sedang makan, mendadak kedengar suara Iangkah kaki yang
keras. Rupanya, suami perempuan raksasa yang datang. Tidak seperti sang
perempuan, ia ialah raksasa jahat pemakan manusia.
“Nak, segeralah bersembunyi! Suarniku tiba,” kata wanita raksasa.
“Huahahaha. lstriku, saya pulang. Cepat persiapkan makan!” teriak raksasa
itu. Raksasa itu mendadak menghirup bacin manusia.
Segera istrinya mengatakan, “Itu berbau manusia yang kita bakar kemarin.
Biarlah hening saja. Ini kuliner untukmr telah aku rencanakan di meja.”
Sesudah makan, raksasa keluarkan pundi- pundi yang berisi uang
emas hasil curiannya. Tidak berapakah usang dia juga tertidur. Menyaksikan hal tersebut,
Jack selekasnya keluar persembunyiannya. Saat sebelum pulang, dia
ambil beberapa uang emas sang raksasa itu untuk ibunya.
Jack juga menuruni pohon kacang dan pada karenanya hingga di rumah.
“Ibu, lihatlah emas ini. Mulai saat ini, kita bisa menjadi orang kaya.”
“Mustahil kau menerima uang sekitar ini dengan mudah. Apa
yang kau lakukan?” bertanya ibu Jack.
Jack juga bercerita semua kejadian pada ibunya. Semenjak waktu itu, Jack
dan ibunya tak pernah kembali hidup dalam kelemahan.