ARTI PUASA TARWIYAH DAN ARAFAH PADA PUASA MENJELANG HARI IDUL ADHA : Mungkin Anda pernah mendengar ibadah berpuasa jelang idul fitri haji pada sambutan hari raya IdulAdha, bagi sebagian orang mungkin masih gundah apa itu tarwiyah dan arafah di bulan Dzulhijjah pada puasa menjelang hari Idul Adha. Apabila penasaran dengan pemahaman Tarwiyah dan Arafah, supaya tidak terbalik dengan pengertian Arafah dan Tarwiyah khususnya saat akan membaca niatnya. Berikut klarifikasi tentang pengertian dari Tarwiyah dan Arafah berikut dalil keuntungannya.
ARTI PUASA TARWIYAH DAN ARAFAH PADA PUASA MENJELANG HARI IDUL ADHA
Tarwiyah dan Arafah yaitu ibadah puasa yang dikerjakan pada bulan Dzulhijjah sebelum tanggal 10 Dzulhijjah. Puasa Tarwiyah dan Arafah menurut para Ahli maupun pakar hukumnya sunnah. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits perihal hari-hari pada sepersepuluh bulan Dzulhijjah yaitu hari-hari yang istimewa. Abnu Abbas r.a meriwayatkan Rasulullah s.a.w bersabda:
ما من أيام العمل الصالح فيها أحب إلى الله من هذه الأيام يعني أيام العشر قالوا: يا رسول الله! ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله فلم يرجع من ذلك شيء
Artinya: Tidak ada tindakan yang lebih digemari oleh Allah SWT, dari pada perbuatan baik yang dijalankan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Para teman mengajukan pertanyaan : Ya Rasulullah! meskipun jihad di jalan Allah? Sabda Rasulullah: Walau jihad pada jalan Allah kecuali seorang laki-laki yang keluar dengan dirinya dan harta bendanya, lalu tidak kembali selama-lamanya (menjadi syahid). (HR Bukhari)
Pertama yaitu Puasa Tarwiyah. Maksud dari Tarwiyah yaitu dilakukan pada hari Tarwiyah ialah pada tanggal 8 Dzulhijjah. Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan dosa satu tahun, Namun menurut sejumlah ulama seperti dilansir Aswaja Center Nahdlatul Ulama PWNU Jawa Timur mengenai menggugat masalah puasa Tarwiyah:
ﺣﺪﻳﺚ: “ﻣﻦ ﺻﺎﻡ اﻟﻌﺸﺮ ﻓﻠﻪ ﺑﻜﻞ ﻳﻮﻡ ﺻﻮﻡ ﺷﻬﺮ ﻭﻟﻪ ﺑﺻﻮﻡ ﻳﻮﻡ اﻟﺘﺮﻭﻳﺔ ﺳﻨﺔ ﻭﻟﻪ ﺑﺼﻮﻡ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ ﺳﻨﺘﺎﻥ”.
Artinya: “Barangsiapa puasa 10 Dzulhijjah maka setiap hari seperti puasa 1 bulan. Baginya seperti puasa setahun jika berpuasa Tarwiyah. Dan baginya seperti puasa 2 tahun jika puasa Arafah.”
Kedudukan riwayat ini disampaikan oleh:
1. Syaikh Nashiruddin Al-Albani (dlaif)
(ﺣﺪﻳﺚ: ” ﺻﻮﻡ ﻳﻮﻡ اﻟﺘﺮﻭﻳﺔ ﻛﻔﺎﺭﺓ ﺳﻨﺔ “. اﻟﺤﺪﻳﺚ. ﺭﻭاﻩ ﺃﺑﻮ اﻟﺸﻴﺦ ﻓﻰ اﻟﺜﻮاﺏ ﻭاﺑﻦ اﻟﻨﺠﺎﺭ ﻋﻦ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻣﺮﻓﻮﻋﺎ (ﺻ 229) . * ﺿﻌﻴﻒ.
Hadis: “Puasa hari Tarwiyah adalah tebusan selama setahun.” HR Abu Syaikh Ibnu Hibban dalam ats-Tsawab dan Ibnu Najjar daei Ibnu Abbas secara Marfu’. *hadis dlaif (Irwa’ al-Ghalil 4/112)
Namun di dalam kitab al-Jami’ ash-Shaghir dia menganggap kalau hadits tersebut maudlu’ (17/88)
2. Syekh Ali Asy-Syaukani (maudlu’):
ﺭﻭاﻩ اﺑﻦ ﻋﺪﻱ ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ ﻣﺮﻓﻮﻋﺎ ﻭﻻ ﻳﺼﺢ ﻭﻓﻲ ﺇﺳﻨﺎﺩﻩ: اﻟﻜﻠﺒﻲ ﻛﺬاﺏ ﻭﺃﺧﺮﺟﻪ ﺃﺑﻮ اﻟﺸﻴﺦ ﻓﻲ اﻟﺜﻮاﺏ ﻭﺭﻭاﻩ اﺑﻦ اﻟﻨﺠﺎﺭ ﻓﻲ ﺗﺎﺭﻳﺨﻪ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺟﺎﺑﺮ .
HR Ibnu Adi dari Aisyah secara marfu’, hadis tidak asli. Di dalamnya ada al-Kalbi, beliau pendusta. Juga diriwayatkan oleh Abu Syaikh dalam ats-Tsawab (juga lewat al-Kalbi). Dan Ibnu Najjar dalam Tarikhnya dari Jabir (Di dalamnya ada perawi Ibnu Abdil Malik al-Anshari al-Madani, dia pendusta dan pemalsu hadis)
Apakah lalu tidak boleh puasa Tarwiyah?
Berikut jawaban beberapa ulama:
1. Syekh Syuaib al-Arnauth, yang memakai dalil secara biasa baik dlaif maupun sahih:
ﻭﻣﺎ ﺭﻭﻱ ﻋﻨﺪ اﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ (1728) ، ﻭاﻟﺘﺮﻣﺬﻱ (758) ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻗﺎﻝ: ” … ﻭﺇﻥ ﺻﻴﺎﻡ ﻳﻮﻡ ﻓﻴﻬﺎ ﻟﻳﻌﺪﻝ ﺻﻴﺎﻡ ﺳﻨﺔ … “، ﻓﻀﻌﻴﻒ ﻟﻀﻌﻒ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﺑﻦ ﻭاﺻﻞ ﻭﺷﻴﺨﻪ اﻟﻨﻬﺎﺱ ﺑﻦ ﻗﻬﻢ.
Hadis riwayat Ibnu Majah dan Tirmidzi dari Abu Hurairah bahwa: “… Sesungguhnya puasa pada 10 hari Dzulhijjah ialah setara dengan puasa 1 tahun…” hadis ini dlaif sebab Mas’ud bin Washil dan gurunya Nahas bin Qahm yakni dlaif.
Metode Syekh Syuaib ini sama dengan yang disampaikan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar memakai dalil hadis sahih berikut:
ﻟﻜﻦ ﺟﺎء ﻓﻲ ﻓﻀﻞ ﻋﺸﺮ ﺫﻱ اﻟﺤﺠﺔ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﻏﻴﺮ ﻭاﺣﺪ ﻣﻦ اﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﻣﺮﻓﻮﻋﺎ: “ﻣﺎ ﻣﻦ ﺃﻳﺎﻡ اﻟﻌﻤﻞ اﻟﺼﺎﻟﺢ ﻓﻴﻬﺎ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻰ اﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻫﺬﻩ اﻷﻳﺎﻡ”، اﻧﻈﺮ ﺣﺪﻳﺚ اﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ اﻟﺴﺎﻟﻒ ﺑﺮﻗﻢ (1968) ، ﻭﺣﺪﻳﺚ اﺑﻦ ﻋﻤﺮ اﻟﺴﺎﻟﻒ ﺑﺮﻗﻢ (5446) . ﻭاﻟﻌﻤﻞ اﻟﺼﺎﻟﺢ ﻳﺸﻤﻞ اﻟﺼﻴﺎﻡ ﻭاﻟﺼﻼﺓ ﻭﺫﻛﺮ اﻟﻠﻪ ﻭﻗﺮاءﺓ اﻟﻘﺮﺁﻥ ﻭﻏﻴﺮﻫﺎ ﻣﻦ ﺃﻋﻤﺎﻝ اﻟﺒﺮ ﻭاﻟﻄﺎﻋﺎﺕ
“Namun dalil keutamaan 10 Dzulhijjah diriwayatkan lebih dari satu sobat secara marfu’: “Tidak ada amal saleh di dalam 10 Dzulhijjah yang laling dicintai Allah melebihi hari-hari tersebut…” [HR Ahmad dan al-Bukhari]. Amal saleh ini meliputi puasa, dzikir terhadap Allah, membaca al-Alquran dan amal baik lainnya.” (Ta’liq Musnad Ahmad)
2. Syekh Muhammad bin Soleh al-Utsaimin, ulama Wahabi:
Ketika beliau ditanyakan puasa Tarwiyah, maka tidak menyalahkan dan menjawab sebagai berikut:
ﻭﻳﻮﻡ اﻟﺘﺮﻭﻳﺔ ﻫﻮ اﻟﻴﻮﻡ اﻟﺜﺎﻣﻦ ﻭﻫﻮ ﻛﺒﺎﻗﻲ ﺃﻳﺎﻡ اﻟﻌﺸﺮ ﻟﻴﺲ ﻟﻪ ﻣﺰﻳﺔ ﺧﺎﺻﺔ ﻭﺇﻧﻤﺎ اﻟﻤﺰﻳﺔ ﻟﻴﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ ﻟﻐﻴﺮ اﻟﺤﺎﺝ
“Hari Tarwiyah yaitu hari kedelapan, sama mirip 10 hari bulan Dzulhijjah lainnya. Tidak ada keutamaan khusus di hari itu. Keistimewaan hanya ada di hari Arafah bagi selain orang haji.” (Fatawa Nur ala Darb 6534-74)
3. Ulama Madzhab Syafiiyah
ﻭﻳﺴﻦ ﺻﻮﻡ اﻟﺜﻤﺎﻧﻴﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻗﺒﻞ ﻳﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ ﻛﻤﺎ ﺻﺮﺡ ﺑﻪ ﻓﻲ اﻟﺮﻭﺿﺔ ﺳﻮاء ﻓﻲ ﺫﻟﻚ اﻟﺤﺎﺝ ﻭﻏﻴﺮﻩ “Disunahkan puasa 8 hari sebelum hari Arafah seperti klarifikasi an-Nawawi dalam ar-Raudlah, baik bagi orang haji atau lainnya (Imam ar-Ramli, Nihayat al-Muhtaj 3/207)
Meskipun para ulama menyertakan adanya kesunnahan puasa Tarwiyah yang dijalankan pada hari Tarwiyah, yaitu pada tanggal 8 Dzulhijjah. Ini didasarkan pada satu redaksi hadits lain, bahwa Puasa pada hari Tarwiyah menghapuskan dosa satu tahun, dan puasa pada hari Arafah menghapuskan (dosa) dua tahun. Dikatakan bahwa hadits ini dloif (tidak besar lengan berkuasa riwayatnya) tetapi para ulama memperbolehkan mengamalkan hadits yang dloif sekalipun sebatas hadits itu diamalkan dalam kerangka fadla’ilul a’mal (untuk menemukan keistimewaan), dan hadits yang dimaksud tidak berkaitan dengan dilema aqidah dan hukum sebagaimana penjelasan diatas.
Niat dan Fadhilah Tarwiyah Pada puasa Menjelang Idul Adha 10 Dzulhijjah. Puasa Tarwiyah direkomendasikan bagi yang berhaji maupun yang tidak sedang berhaji, bahkan beserta tujuh hari sebelumnya, adalah tanggal 1-7 Dzulhijjah. Adapun bacaan niatnya ialah:
نويتُ صومَ تَرْوِيَة سُنّةً لله تعالى
Artiya: “Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala“
Yang kedua adalah Puasa Arafah. Untuk Puasa sunnah Arafah ialah puasa sunnah yang dijalankan pada hari Arafah adalah tanggal 9 bulan Dzulhijah pada kalender Islam Qamariyah/Hijriyah. Puasa ini sangat disarankan bagi kaum Muslimin yang tidak melaksanakan ibadah haji.
Menurut sejumlah ulama mirip dilansir NU Online, Kesunnahan puasa Arafah tidak didasarkan adanya wukuf di Arafah oleh jamaah haji, namun sebab datangnya hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah. Maka bisa jadi hari Arafah di Indonesia tidak sama dengan di Saudi Arabia yang hanya berlawanan waktu 4-5 jam. Ini pasti berbeda dengan kalangan umat Islam yang mengharapkan adanya ‘rukyat global’, atau kalangan yang ingin mendirikan khilafah islamiyah, dimana penanggalan Islam disamaratakan seluruh dunia, dan Saudi Arabia menjadi acuan terutama.
Baca:
- Pengertian Dari Puasa, Syarat dan Keutamaan Puasa Ramadhan
- UCAPAN DAN KATA UNTUK HARI RAYA IDUL ADHA 2019
Adapun wacana fadhilah atau keutamaan berpuasa hari Arafah tanggal 9 Dzulhijjah didasarkan pada hadits berikut ini:
صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ مَاضِيَةً وَمُسْتَقْبَلَةً وَصَوْمُ عَاشُوْرَاَء يُكَفِّرُ سَنَةً مَاضِيَةً
Puasa hari Arafah menebus dosa setahun yang kemudian dan setahun yang akan tiba dan puasa Asyura (10 Muharram) menebus dosa setahun yang sudah lewat. (HR Ahmad, Muslim dan Abu Daud dari Abi Qotadah)
Para ulama menambahkan adanya kesunnahan puasa Tarwiyah yang dijalankan pada hari Tarwiyah, ialah pada tanggal 8 Dzulhijjah. Wallahualam bissawab,
Bagaimana, sekarang telah mengerti ihwal maksud dari Puasa Arafah dan Tarwiyah pada puasa menjelang Hari Idul Adha 10 Dzulhijjah?.
agar berguna!!