Makalah Efek Globalisasi Terhadap Pendidikan Islam

Berikut ini ialah pola makalah dampak globalisasi terhadap pendidikan Islam. Bahasannya pasti akan lebih lengkap jikalau referensinya ditambah alasannya acuan berikut hanyalah acuan makalah sederhana.

A. Pendahuluan
Globalisasi bukanlah fenomena baru khususnya bagi masyarakat muslim Indonesia. Masyarakat muslim tidak mampu menghindarkan diri dari proses globalisasi jikalau ingin bertahan dan berjaya di tengah perkembangan dunia yang kian kompetitif di segala bidang. Globalisasi yang berjalan dan melanda penduduk muslim Indonesia sekarang ini memperlihatkan sumber dan tabiat yang berbeda. Proses globalisasi cukup umur ini cenderung bersumber dari Barat yang terus memegang supremasi dan hegemoni dalam aneka macam sisi kehidupan masyarakat dunia secara biasa .

Globalisasi yang terjadi saat ini tampil dengan etika ekonomi politik, dan sains teknologi tentu mempunyai efek nyata dan negatif. Abuddin Nata dalam buku Paradigma Pendidikan Islam terbitan Grasindo Jakarta, 2001 mengemukakan bahwa efek negatif tersebut diantaranya terjadinya dislokasi, dehumanisasi, sekularisasi. Sementara efek positifnya antara lain terbukanya berbagai fasilitas dan ketentraman baik dalam lingkungan ekonomi (eksonosfer), info (infosfer), teknologi (teknosfer), sosial (sosiosfer), dan psikologi (psikosfer).

Menyikapi globalisasi tersebut, kita menginginkan meminimalisasi dampak negatifnya, utamanya bagi dunia pendidikan dan memanfaatkan sebaik-baiknya efek faktual yang ditimbulkannya. Oleh alasannya itu kami mengangkat judul makalah “dampak globalisasi kepada pendidikan islam”

B. Pengertian Globalisasi Menurut Para Ahli

Menurut David Held dan Anthony Mc Grew tidak ada pemahaman globalisasi yang tepat yang disepakati bareng . Globalisasi dapat saja diketahui sebagai kedekatan jarak, ruang, waktu yang menyempit, serta pengaruh yang cepat. Dari sudut pandang pengistilahan, perumpamaan globalisasi sesungguhnya masih mengalami masalah karena relativitas serta subyektivitas pemakaian kata tersebut.

David Held dan Anthony Mc Gre dalam The Global Tranformation Reader, Malden: Blackwell Publisher Ltd., 2000, hal. 3, menjelaskan bahwa globalisasi secara sederhana mampu ditunjukkan dalam bentuk perluasan skala, pengembangan kawasan, dan percepatan pengaruh dan arus serta pola-teladan inter-regional dalam interaksi sosial.

Sementara itu menurut sebagian orang, globalisasi adalah menghilangkan dinding dan jarak antara satu bangsa lain, dan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Sehingga semuanya menjadi bersahabat dengan kebudayaan dunia, pasar dunia dan keluarga dunia. Sebagian lain menyampaikan globalisasi yakni mengganti dunia menjadi perkampungan dunia.

Ada juga yang menatap globalisasi ialah kelanjutan dari tren yang telah lama mapan, adalah liberarisasi mirip dianut oleh kaum neo-liberal. Namun berdasarkan Paul Rust dan Graham Thompson seperti dikutip oleh Giddens bahwa globalisasi merupakan kelanjutan fenomena ekonomi yang kini menuju ke arah global. Tetapi kedua persepsi di atas tidaklahmerepresentasikan globalisasi secara utuh mengenang cakupannya sangat luas dan menggejala ke dalam berbagai sektor.

Yusuf Qardhawi dalam buku Islam dan Globalisasi Dunia mengatakan bahwa globalisasi mengandung arti menetralisir batas-batas kenasionalan dalam bidang ekonomi (perdagangan) dan membiarkan sesuatu bebas melintas dunia dan menembus level internasional, sehingga terancamlah nasib suatu bangsa atau negara.

  Imbas Struktur Kepemilikan Institusional Dan Kualitas Audit Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responcibility (Csr)

Ditegaskan pula Yusuf Qardhawi dalam buku Ummat Islam menyongsong Abad 21, globalisasi mempunyai arti pula eliminasi batas-batas teritorial antara suatu bangsa dengan bangsa yang lain, antara tanah air yang satu dengan yang lain, antara kebudayaan yang satu dengan yang lain.

Kondisi tersebut dikarenakan terjadinya perkembangan pesat dalam teknologi komunikasi, transformasi, dan informasi. Pada tataran rancangan, globalisasi tidak berlawanan dengan Islam. Bahkan Islam sejalan dengan globalisasi. Ini disebabkan alasannya Islam bersifat universal atau “rahmatan lil ’aalamiin”. Namun globalisasi yang terjadi akhir-akhir ini cenderung mengarah pada pemaksaan hegemoni politik, ekonomi, sosial, dan budaya AS terhadap dunia, utamanya dunia Timur atau dunia ketiga, dan lebih khusus lagi kepada dunia Islam.

Cukup berargumentasi bila dibilang bahwa globalisasi mampu berarti “westernisasi dunia”. Konsep ini ialah ungkapan santun bagi imperialisme gaya baru yang sudah menanggalkan baju lama dan cara-cara kunonya, untuk memainkan hegemoni baru dengan payung perumpamaan yang lembut, adalah “globalisasi”. Untuk melengkapi pemahaman globalisasi demi kesempurnaan teladan makalah pengaruh globalisasi ini simak pula pengertian globalisasi berdasarkan para jago.

C. Dampak Globalisasi

Globalisasi memiliki dampak atau efek yang sungguh besar bagi kehidupan umat insan dalam banyak sekali aspek kehidupan, baik sosial, politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain tergolong pendidikan. Dalam hal ini globalisasi sudah mengubah kehidupan sehari-hari terutama dirasakan negara berkembang dan pada ketika yang sama telah membuat sistem dan kekuatan-kekuatan trans-nasional baru.

Globalisasi sudah menghipnotis generasi muda Islam, terutama di negara-negara Timur Tengah atau negara-negara Islam dan negara-negara berkembang, tergolong Indonesia. Budaya konsumerisme, hedonisme, dan ketergantungan terhadap budaya Barat menjadi fenomena gres bagi generasi muda Islam kita ketika ini.

Model dan cara berpakaian yang tidak islami (mempertontonkan aurat), jenis masakan dan minuman yang dinikmati telah jauh dan menu dan kekhasan lokal, pengaruh bebas dan pergaulan muda-mudi yang tidak mengenal tata krama merajalela di mana-mana, kian terkikisnya nilai kekeluargaan dan gotong royong dan sebagainya yakni merupakan efek negatif dari globalisasi.

Globalisasi juga sangat besar lengan berkuasa terhadap penyelenggaraan pendidikan, baik tujuan, proses, relasi guru-murid, akhlak, metode ataupun yang yang lain. Dalam hal tujuan, terdapat kecenderungan yang mengarah terhadap materialisme, sehingga hal pertama yang mungkin ditanyakan oleh orang tua yakni adakah lembaga pendidikan daerah ia berguru mampu menjamin periode depan kehidupan belum dewasa mereka? Demikian juga dengan kurikulumnya, lebih mengarah pada bagaimana hal-hal yang materialistik itu dapat diraih. Dalam hal ini mencar ilmu lebih terfokus pada aspek penguasaan ilmu (kognitif) belaka dibandingkan dengan bagaimana seorang siswa memiliki sikap yang tepat dengan nilai-nilai Islam.

Dalam hal pergaulan, tidak jarang kita pahami dari aneka macam media era yang memperlihatkan keadaan yang memprihatinkan, selaku balasan dari penjajahan budayaan Barat yang mengumbar pergaulan bebas. Demikian halnya dengan korelasi guru murid sering kita peroleh berita yang menciptakan berdiri bulu kuduk, yakni dengan berlangsungnya korelasi bebas guru dan murid, alasannya adalah tukar barang nilai. Kerap juga terdapat hubungan guru dengan murid yang tidak harmonis akhir akhlak siswa kepada guru yang kurang menempatkan kedudukan guru pada posisi yang tepat.

  Teladan Kata Pengirim Skripsi

Proses globalisasi yang sedemikian berpengaruh bagi kelancaran kemajuan identitas tradisional dan nilai-nilai agama, tentu saja tidak dapat dibiarkan begitu saja. Kalangan agamawan, pemikir, pendidik, bahkan penguasa mesti merespons secara konstruktif kepada aneka macam masalah yang ditimbulkan sebagai akibat dan efek globalisasi ini.

Namun demikian tidak mampu kita sangkal bahwa globalisasi juga mempunyai efek yang konkret bagi kehidupan umat manusia. Kita pahami bahwa globalisasi juga dekat kaitannya dengan abad informasi dan teknologi canggih.

Era globalisasi menjadikan berita semua terbuka. Apa yang terjadi di penggalan dunia yang satu, di penggalan dunia yang lain dapat dengan cepat dikenali. Hubungan seseorang dengan yang yang lain menjadi sedemikian erat dan mudah. Informasi, wawasan, dan lain-yang lain dengan gampang ditemukan dan berbagai media baik media cetak maupun elektro. Dengan demikian, banyak aspek yang dapat mendorong pendidikan dari segi kenaikan kualitas, baik kelembagaan, tujuan, kurikulum maupun tata cara yang diaplikasikan.

D. Sikap Terhadap Globalisasi

Dalam menyikapi gosip globalisasi, umat Islam terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu : golongan yang menerima secara mutlak, golongan yang menolak sama sekali, dan kelompok pertengahan.

Kelompok Yang Menerima Secara Mutlak

Kelompok ini disinggung oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya bahwa mereka mengikuti cara-cara dan ajaran umat lain sejengkal demi sejengkal, sehingga apabila umat lain itu masuk ke lubang biawak, mereka juga akan mengikutinya. Inilah perilaku para penyeru westernisasi yang berlebihan di dunia Islam.

Kelompok Yang Menolak Sama Sekali

Kelompok ini menjauhi setiap hal-hal baru, tidak peduli dengan dunia ajaran, ekonomi, politik, dan sejenisnya. Selain kelompok ini juga terdapat kalangan lain yang kerap disebut kalangan fundamentalis. Bedanya mereka tidak mengasingkan diri, tetapi malah mengambil posisi berhadapan dengan hal-hal yang mereka tolak atau perihal. Mereka menganggap globalisasi akan menghancurkan sendi-sendi budaya Islam.

Kelompok Pertengahan

Kelompok ini menyikapi globalisasi secara proporsional. Menurut Yusuf Qardhawi inilah perilaku yang baik sebagai pola, selaku jalan tuntunan Islam yang moderat. Inilah juga perilaku orang beriman yang berwawasan luas dan terbuka, bangga dengan identitasnya, paham tentang risalahnya, dan memegang teguh orisinalitasnya. Ia tidak menghindar hal-hal yang baru dan tidak pula menerima secara berlebihan. Dalam kondisi ini, kita tentu mampu memilah dan menentukan mana yang dianggap baik dan sesuai dengan anutan Islam dan mana yang tidak cocok.

E. Peran Pendidikan Dalam Menghadapi Globalisasi

Pendidikan menjadi sarana efektif menghalangi pengaruh negatif yang mungkin terjadi akhir globalisasi. Pendidikan yang dimaksud khususnya pendidikan agama sebagai landasan nilai dan etika. Agar tugas pendidikan berfungsi maksimal untuk mengantisipasi dan menangkal efek negatif globalisasi maka ada beberapa hal pantas diamati:

  1. Peningkatan mutu sumber daya manusia. Diantara kelebihan yang mutlak dimiliki bangsa dan negara ialah penguasaan ilmu wawasan dan teknologi serta kelebihan mutu sumber daya insan (SDM). Pengalaman di banyak negara seperti Amerika, Jerman, Prancis, Jepang, dan Negara-negara lain menawarkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi ialah salah satu faktor terpenting yang mengantarkan perkembangan bagi negara-negara tersebut.
  2. Pengembangan ilmu sosial profetik. Islam membuka diri kepada seluruh warisan peradaban. Apabila ilmu sosial profetik sudah menginternalisasi ke dalam badan penduduk kita maka kita akan mengkaji sampai mengambil aneka macam manfaat globalisasi atau westernisasi sekalipun.
  3. Mendekonstruksi metode dan administrasi. Metodologi dan administrasi yang selama ini kita pakai mesti dirombak dan dibangun yang baru, yang dapat membawa semangat dan konsep gres sehingga menciptakan tujuan yang di harapkan mengikuti perkembangan zaman.
  4. Memadainya sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana ialah komponen penting yang sungguh menunjang kelancaran dan kesuksesan proses pendidikan. Karena itu, sarana dan prasarana akademik mutlak dibutuhkan.
  5. Adanya kurikulum yang tangguh berwawasan kurun kini dan abad depan. Kurikulum ini dibutuhkan mampu membuat manusia bermutu dan mempunyai kemampuan dan kecakapan dalam hidup.
  Pola Makalah Bagaimana Imbas Implementasi Kebijakan Metode Self Assessment Pada Kepatuhan Wajib Pajak Orang Langsung?

F. Kesimpulan

Berdasarkan uraian contoh makalah singkat ini, dapat diambil beberapa kesimpulan:

  1. Globalisasi adalah suatu keadaan di mana telah tidak ada lagi batas-batas teritorial antara satu bangsa dengan bangsa lainnya, antara tanah air yang satu dengan tanah air yang lain, antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain. Hal ini terjadi dikarenakan adanya perkembangan teknologi komunikasi, transportasi, dan gosip yang cukup pesat.
  2. Globalisasi secara konsepsional tidak bertentangan dengan Islam, bahkan Islam sejalan dengan globalisasi. Konsep globalisasi telah lebih dulu ada dalam Islam, alasannya adalah Islam ialah aliran yang universal. Hanya saja dalam implementasinya globalisasi condong menjadi pemaksaan hegemoni dunia Barat kepada dunia non-Barat, sehingga perlu kehati-hatian mencermati dan menghadapinya.
  3. Globalisasi kuat cukup besar bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam segala bidang kehidupan.
  4. Sikap yang tepat dalam menghadapi globalisasi ialah perilaku proporsional, dimana tidak menolak secara mutlak juga tidak menerima secara mutlak. Yang baik diambil dan dikembangkan, sedangkan yang tidak baik ditolak dan dikesampingkan.
  5. Pendidikan berperan penting dalam menangkal dan mengatasi efek negatif globalisasi, dan dalam merespons secara positif faedah dari globalisasi.

G. Daftar Bacaan

  • Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Masyarakat Milenium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 2000.
  • Effendi, Bahtiar. Masyarakat Agama dan Tantangan globalisasi : Mempertimbangkan Konsep Deprivatisasi Agama.
  • Giddens,Anthony, The Third Way, Jakarta: Gramedia, 2000.
  • Nata, Abuddin, Paradigma Pendidikan Islam, Jakarta : Grasindo, 2001.
  • Qardhawi, Yusuf, Islam dan Globalisasi Dunia, Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
  • Qardhawi,Yusuf, Ummat Islam menyongsong Abad 21, Solo: Era Intermedia, 2001.

Sekian pola makalah imbas globalisasi terhadap pendidikan Islam. Penting untuk mengembangkan makalah ini dengan memperbesar referensi biar bahasannya lebih padat dan berbobot.