Lafadz إِذْ Dan إِذَا Serta Penjelasannya Dalam Nahwu

Nahwu – Hal dasar yang mesti dikuasai dalam mengetahui gramatika arab yakni penguasaan ilmu nahwu, shorrof, dan i’lal. Ketiga kajian tersebut dihentikan terpisahkan selaku aqaid untuk mengerti kitab kuning. Tentunya Mufradat dan tatbiqpun tidak kalah penting untuk diseriusi untuk dikaji.

nahwu seakan tidak pernah ada habisnya. Walaupun ialah kajian yang statis yang tidak akan mengalami pergantian sesuai keadaan zaman, tetapi banyak penjelasan yang mesti dikenal lebih mendalam secara rinci. Diantara penjelasan tersebut yaitu terdapat dalam lafadz إذ dan إذا , lafadz إذ dan إذا tersebut termasuk kalimat apa dalam nahwu? Isim, Fi’il, ataukah Huruf? Selanjutnya bagaimana fungsinya dalam susunan kalimat? Serta keduanya masuk kategori mu’rab atau mabni?.

إِذْ dan إِذَا Kalimat Isim dan Huruf

Saat ditanya, apakah إِذْ dan إِذَا itu kalimat apa? Maka jawabannya yaitu bisa dimasukkan pada kalimat Isim dan mampu juga dijawab dengan kalimat abjad. Sebab keduanya memang dapat berada dalam kedua bentuk kalimat tersebut, sebagaimana dengan ما yang mampu berupa aksara nafi dan mampu juga sebagai isim maushul. Berikut beberapa penjelasan dari keduanya dengen penjelasan secara terpisah:

Macam macam kedudukan إِذْ dalam Nahwu

Sebagaimana penjelas di atas, bahwa إِذْ dapat berfungsi selaku kalimat isi dan karakter.
1. Lafadz إِذْ dapat digunakan sebagai isim yang terdapat pada beberapa sisi, yakni Dhorof Zaman, Maf’ul bih, Badal dan Mudhof Ilaih sebagaimana detail beserta conhoth berikut:
  • Dhorof zaman untuk waktu lampau, misalnya firman Allah : إذ أوى الفتية إلى الكهف
  • Dhorof zaman untuk waktu yang hendak tiba, contohnya : فسوف يعلمون إذ الأغلال في أعناقهم
  • Maf’ul bih yang khusus sesudah fiil أذكر misalnya : واذكروا إذ كنتم قليلا فكثركم
  • Badal, apabila maf’ul bih dari fiil أذكر ditampakkan, misalnya : واذكر في الكتاب مريم إذ انتبذت من أهلها مكانا شرقيا، واذكر عبدنا أيوب إذ نادى ربه أني مسني الشيطان (Maka إذ pada contoh pertama ialah badal dari مريم dan pada teladan kedua yaitu badal dari أيوب)
  • Mudhof ilaih, kebanyakan jatuh sehabis بعد، حين، يوم، قبل، ساعة misalnya : ربنا لا تزغ قبوبنا بعد إذ هديتنا، فلولا إذا بلغت الحلقوم وأنتم حينئذ تنظرون، يومئذ يود الذين كفروا وعصوا الرسول لو تسوي بهم الأرض
  Sajak Cita-Cita Dalam Untaian Kata-Kata Pandangan Baru
2. Lafadz إِذْ dapat dipakai selaku abjad yang terdapat dalam dua segi, yakni Huruf Fuja’iyah dan Huruf Ta’lil sebagaimana detail beserta teladan berikut:
  • Huruf Fuja’iyah (حرف الفجائية) yang berarti “tiba-datang” lazimnya tiba setelah بينا atau بينما misalnya perkataan Umar bin Khottob رضي الله عنه : بينما جلوس عند رسول الله صلى عليه وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب
  • Huruf ta’lil حرف التعليل yakni mempunyai arti “alasannya adalah” misalnya : لن ينفعكم اليوم إذ ظلمتم أنكم في العذاب مشتركون

Macam macam kedudukan إِذَا dalam Nahwu

1. Lafadz إِذَا dapat dipakai selaku isim, ialah ketika menjadi إِذَا Dhorfiyyah.
إِذَا Dhorfiyyah ialah isim yang mengandung makna dhorof zaman lil Mustaqbal (untuk memperlihatkan waktu yang mau tiba). إِذَا Dhorfiyyah terbagi dua macam, yaitu :
  • إِذَا Dhorfiyyah Syarthiyyah yakni إِذَا yang mengandung makna waktu yang mau datang dan pada umumnya dibarengi oleh fi’il Madhi setelahnya, bisa juga dengan fi’il Mudhari. إِذَا Dhorfiyyah Syarthiyyah membutuhkan dua jumlah untuk melengkapinya, jumlah pertama dinamakan Jumlah Syarthiyyah dan jumlah kedua dinamakan Jumlah Jawab Syarath yang biasanya diawali oleh aksara “Fa”. Contoh : إذأ قَرَأْتَ القرآن فـَاسْتَعْذْ بِاللهِ، إذا قُمْتُمْ إلى الصلاةِ فـاغْسِلُوْا
  • إِذَا Dhorfiyyah Ghoir Syarthiyyah yaitu إِذَا yang mengandung makna waktu dan tidak membutuhkan jumlah syarath dan jumlah Jawab Syarath, melainkan cukup dengan satu jumlah saja. Contoh : و الليلِ إذَا سَجَى artinya Demi Malam dikala akan gelap
2. إِذَا Fujaa’iyyah. إِذَا Fujaa’iyyah yaitu sebuah abjad yang tidak mengandung makna waktu, dan dinamakan Fujaa’iyyah alasannya beliau mengandung makna datang-tiba , yang sering diartikan dengan terjemahan ” ternyata “, dan sesudahnya harus berbentukjumlah Ismiyyah, alasannya bila sesudahnya jumlah Fi’liyyah maka beliau bukan إذا Fujaa’iyyah tetapi jadi إذا Zharfiyyah. Contoh : جِئْتُ إِلَى المَدْرَسَة فـإذَا النلاميذ يلعبون في الملعب artinya Saya tiba ke sekolah lalu ternyata murid-murid sedang bermain di lapangan.