Hubungan Ulama dan Umara’ era Turki Usmani, blogspot.com |
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah swt. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kedatangan-Nya yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan pengerjaan makalah dengan judul “Hubungan Ulama dan Umara’ Masa Dinasti Turki Usmani”.
Makalah ini sudah penulis susun semaksimal mungkin serta sudah mendapat dukungan dari aneka macam pihak yang berguna untuk kelangsungan pembuatan makalah. Untuk itu, penulis sampaikan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah berkontribusi baik secara eksklusif ataupun tidak pribadi dalam pengerjaan makalah ini.
Terlepas dari semua itu penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun isi serta kelengkapannya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis mendapatkan segala bentuk kritik serta anjuran yang membangun dari pembaca sekalian. Akhir kata, biar makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian, Amiin.
Yogyakarta, Februari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Pengertian 5
2.2 Hubungan Ulama dan Umara Masa Turki Usmani 5
BAB III PENUTUP 9
3.1 Kesimpulan 9
DAFTAR PUSTAKA 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Umat Islam mengalami puncak kejayaan pada abad pemerintahan Abbasiyah. Ditandai dengan munculnya para pemikir Islam kenamaan yang pemikirannya banyak diperbincangkan dan dijadikan dasar pijakan bagi pemikir di masa mendatang, baik dalam bidang keagamaan ataupun biasa . Kemajuan Islam tercipta berkat usaha dari aneka macam komponen masyarakat, baik ilmuan birokrat, agamawan, militer dan ekonom maupun penduduk lazim.
Secara keseluruhan keadaan politik umat Islam mengalami perkembangan kembali setelah muncul tiga kerajaan besar, yakni ustmasi di Turki, Mughal di India, dan safawi di Persia. Kerajaan Ustmani di samping ialah kerajaan Islam pertama yang berdiri juga yang paling besar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ulama dan umara?
2. Bagaimana korelasi antara ulama dan umara masa Turki Usmani?
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami dengan jelas mengenai ulama dan umara
2. Untuk mengetahui hubungan antara ulama dan umara pada periode Turki Usmani
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Ulama dan umara yakni pasangan pemuka penduduk yang utama. Ulama dalam bahasa arab disebut juga ‘Alim, yakni pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugas mengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalam dilema-dilema agama maupun duduk perkara sehari-hari yang dibutuhkan baik dari segi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Secara harfiyah ulama mempunyai arti orang-orang yang memiliki ilmu. Sehingga yang dapat digolongkan sebagai ulama adalah orang Muslim yang menguasai ilmu agama Islam, mengerti syariat Islam secara menyeluruh dan mampu menjadi acuan umat Islam dalam mengerti serta mengamalkannya.
Sedangkan umara’ dalam KBBI yaitu pemimpin pemerintahan. Umara merupakan bentuk jama’ dari kata amir yang artinya pemimpin, penguasa. Selain memegang kekuasaan umara juga bertanggung jawab dalam menanggulangi aneka macam duduk perkara yang muncul. Di dalam Islam tidak ada pemisahan antara soal-soal yang sakral dengan yang sekular. Pemerintahan sepantasnya berlangsung di atas kebenaran dan bertindak sebagai imam yang shaleh. Kekuasaan ialah amanat yang harus ditunaikan dengan jujur, adil dan tulus, bukan untuk dibangga-banggakan dan disalahgunakan.
2.2 Hubungan Ulama dan Umara Masa Turki Usmani
Para raja Turki Usmani bergelar Sultan dan Khalifah sekaligus. Sultan menguasai kekuasaan duniawi dan khalifah berkuasa di bidang agama. Pada kurun Sulaiman al-Qanuni Kesultanan turki Usmani sudah sukses meraih puncak perkembangan dan kejayaan. Sebagai khalifah sekaligus sultan, Sulaiman sangat menyadari arti tanggungjawab dalam menjaga daerah-daerah suci kaum muslimin. Dia sadar bahwa semua itu ialah amanah dan tanggungjawab bagi pemerintahan Turki Usmani.
Kesultanan Turki Usmani semenjak pemimpinnya yang permulaan, menyebabkan Islam selaku landasan utama pemerintahannya. Para pemimpinnya dikenal sebagai ghazi (pejuang, mujahid) dan kesultanannya kadang disebut di dalam buku-buku sejarah selaku ghazi-state alasannya adalah menimbulkan jihad sebagai tonggak penting pemerintahan.
Ustman bahkan berpesan pada putranya Orhan untuk selalu berkonsultasi pada para ulama dalam hal-hal yang tidak dimengerti. Nasihat ini juga telah dikerjakan oleh Usman sendiri yang sering berhimpun dengan para ulama dan melibatkan mereka dalam persoalan pemerintahan. Maka hal ini juga dipegang kuat oleh para penerus Usman dan menjadi dasar yang mewarnai kebijakan pemerintahan mereka seterusnya. Seperti dalam penaklukan Konstantinopel, betapa besar peranan Syeikh Aq Syamsuddin sebagai guru spiritual Muhammad al-Fatih. Syeikh Aq Syamsuddin juga yang diminta oleh al-Fatih untuk mencari makam Abu Ayyub al-Ansari, sobat Nabi yang syahid dan dimakamkan di dekat tembok Konstantinopel. Kemudian makam itu dirapikan dan dibangun masjid di sebelahnya. Turki Usmani dan kiprah peradabannya yang besar dan berumur panjang itu yaitu representasi dari ijab kabul ulama dan umara, juga pernikahan antara tasawuf dan kemiliteran.
Kemajuan Turki Usmani meliputi banyak sekali bidang, ialah bidang politik, ekonomi, perdagangan, dan hasil pajak. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan mampu dikatakan tidak terlampau mencolokdi dalam pengembangannya. Hal itu dikarenakan Turki Usmani lebih konsentrasi pada perkembangan dalam bidang militernya. Meskipun pada bidang pendidikan Islam kurang mendapat perhatian yang serius dan juga terhambat kemajuannya, tetapi tidak mampu disangkal bahwa pada tiap-tiap periode pasti akan timbul tokoh-tokoh atau ulama kenamaan.
Berikut ini yaitu ulama-ulama yang masyhur pada periode Turki Usmani:
1. Syaikh Hasan bin Ali Ahmad Al-Sabi’iy yang termashur dengan Al-Madabighy. Ia juga adalah pengarang Khasiyah Jam’ul dan Syarah al-Jurmiyah (w. 1170 H/1756 M)
2. Syamsuddin Ramali (w. 1004 H/ 1595 M) pengarang Nihayah.
3. Ibnu Hajar Al-Haijsyamy (w. 975 H/ 1567 M)
4. Muhammad bin Abdur Razaq, Murtadhoh al-Husaini al-Zubaidi pengarang sejarah al Qamus, berjulukan Tajuul Urusy (w. 1205 H/ 1790 M).
5. Abdurrahman Al-Jabartiy (w. 1240 H/ 1825 H) pengarang kitab Tarikh Mesir bernama al-Zaibul atsar fi al-Tarjim wa al-Akbar.
6. Syaikh Hasan Al-Kafrawy Al-Safi’y Al-Azhary (w. 1202 H/ !787 M) pengarang kitab Nahwu, Syrah al-Jurumiyah, berjulukan Al-Kafrawi.
7. Syaikh Sualiman bin Muhammad bin Umar Al-Bijrmy Al-Syafi’iy (w. 1221 H/ 1806 M) pengarang syarah-syarah dan khasiroh-khasiroh.
8. Syaikh Hasan Al-Atthar (w. 1250 H/ 1834 M) andal ilmu niscaya dan ilmu kedokteran.
9. Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Arfah Al-Dusuqy Al-Maliki (w. 1230 H/ 1814 M) mahir filsafat dan ilmu falak serta ilmu ukur.
Pemerintahan Turki Usmani juga sangat berkepentingan dalam proses penyebaran agama Islam di Eropa Tenggara. Salah satu buktinya, banyak juga ulama yang diantarkan oleh sultan ke aneka macam penjuru wilayah kekuasaanya. Selain itu, Turki Usmani juga berpegang teguh pada Syariah Islam, sehingga tidak abnormal saat aliran dari ulama menjadi sesuatu hal yang sangat penting dalam menjawab problematika keagamaan umat Islam.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ulama dalam bahasa arab disebut jug ‘Alim yakni pemuka agama atau pemimpin agama yang bertugasmengayomi, membina dan membimbing umat Islam baik dalam persoalan-duduk perkara agama maupun problem sehari-hari yang dibutuhkan baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Sedangkan umara’ dalam KBBI yaitu pemimpin pemerintahan. Umara merupakan bentuk jama’ dari kata amir yang artinya pemimpin, penguasa.
Hubungan antara ulama dan umara pada era Turki Usmani terjalin sangat bagus dengan para ulama. Salah satu cara yang digunakan supaya kerjasama antara ulama dan umara ini terjalin baik adalah dengan jalan pernikahan. Pernikahan itu langgeng dan menawarkan keberkahan sebab para umara-nya betul-betul dalam Islam dan perjuangannya dan para ulamanya zahid terhadap dunia serta jujur terhadap Rabbnya dalam menunaikan amanah ilmunya.
DAFTAR PUSTAKA
Mughni, Syafiq. 1997. Sejarah Kebudayaan Islam di Turki. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Nata, Abddin. 2016. Sejarah Pendidikan Islam pada Periode Klasik dan Pertengahan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sucipto. 2014. Sulaiman A-Qanuni 1520-1566 M. Yogyakarta: Fakultas Adab dan Ilmu Budaya.
Wikipedia, Ulama, diakses di https://id.wikipedia.org/wiki/Ulama, pada 15 Februari 2019 pukul 13.22
Alatas, Alwi, Ulama-Umara dalam Sejarah Daulah Usmani, diakses di , pada tanggal 17 Februari 2019 pukul 20.30