close

Golongan Informal, Formal, Okupasional, Volunter, Keanggotaan Dan Penekan

Kelompok Informal (Informal Group) dan Kelompok Formal (Formal Group)

Kelompok informal yakni kesatuan hidup manusia yang tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu. Kelompok-golongan tersebut umumnya terbentuk sebab pertemuan berulang kali dan pertemuan tersebut menjadi dasar bagi bertemunya kepentingankepentingan dan pengalaman yang sama. Contohnya, Klik (clique) ialah suatu golongan kecil tanpa struktur formal yang sering muncul dalam kelompok-kelompok besar. Klik tersebut ditandai dengan adanya pertemuan-pertemuan timbal balik antaranggota, umumnya bersifat antara kita saja (egalitas).
Kelompok formal adalah golongan-kelompok yang memiliki peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan oleh angota-anggotanya untuk mengontrol korelasi antara anggota-angotanya. Hubungan antaranggota berjalan secara terkoordinasi melalui perjuangan-perjuangan untuk meraih tujuan menurut bab-bab organisasi yang bersifat keutamaan. Kegiatannya didasarkan pada hukum-aturan yang sebelumnya sudah diputuskan. Organisasi umumnya ditegakkan pada landasan mekanisme administratif. Staf administratif bertanggung jawab memelihara organisasi dan mengkoordinasikan kegiatankegiatan organisasi. Contohnya, unit kepolisian kemudian lintas terdiri atas bab-bab, yakni bagian manajemen, lapangan atau patroli, logistik, pelatihan atau penyuluhan.

Kelompok Okupasional (Occupational Group) dan Kelompok Volunter (Voluntary Group)

Kelompok okupasional yakni kelompok yang terdiri atas orangorang yang melakukan pekerjaan sejenis. Kelompok okupasional lazimterdapat pada masyarakat heterogen. Pada masyarakat ini meningkat metode pembagian kerja yang semakin didasarkan pada pengkhususan atau keutamaan. Warga penduduk melakukan pekerjaan sesuai dengan talenta dan kesanggupan masing-masing. Melalui keahliannya, mereka membantu masyarakat untuk melakukan fungsi-fungsi tertentu. Oleh karena itu, muncul kelompok-kalangan profesi yang terdiri atas kalangan profesional yang seperti mempunyai monopoli terhadap bidang ilmu dan teknologi tertentu.
Semakin berkembangnya tata cara komunikasi mengakibat kan ruang jangkau sebuah masyarakat kian luas. Secara praktis tidak ada penduduk yang tertutup kepada dunia luar. Hal ini menyebabkan makin heterogennya masyarakat tersebut sehingga tidak semua kepentingan individual warga dapat dipenuhi secara mantap. Salah satu akhir dari tidak terpenuhinya kepentingankepentingan tersebut, baik material maupun spiritual yakni hadirnya kelompok-kalangan volunter. Kelompok volunter meliputi orang-orang yang mempunyai kepentingan sama, tetapi tidak menerima perhatian masyarakat yang daya jangkaunya kian luas. Mereka menjajal memenuhi kepentingan anggota dengan kemampuan yang dimilikinya sehingga tidak mengganggu kepentingan masyarakat secara luas.
Kelompok-kelompok volunter mungkin didasarkan pada kepentingan-kepentingan primer yang mencakup keperluan pangan, sandang, dan papan, keselamatan jiwa dan harta benda, harga diri, berbagi potensi diri, kasih sayang, dan sebagainya. Selain itu, kepentingan primer juga didasarkan pada kepentingan sekunder, misalnya keperluan rekreasi. Dengan aneka macam landasan tersebut, muncul berbagai golongan volunter yang mungkin bermetamorfosis kelompok-golongan yang mantap dan diakui masyarakat biasa .
 Kelompok informal adalah kesatuan hidup manusia yang tidak mempunyai struktur dan organis Kelompok Informal, Formal, Okupasional, Volunter, Keanggotaan dan Penekan

Kelompok Keanggotaan (Membership Group) dan Kelompok Acuan (Reference Group)

Kelompok keanggotaan (membership group atau appartenance group) yakni golongan yang menunjukkan seseorang secara resmi dan secara fisik menjadi anggota. Orang lain mampu dengan mudah dan niscaya memilih dari kalangan mana orang tersebut berasal atau sebagai anggota kelompok mana lewat tanda pengenal yang dimilikinya. Contohnya, Andi berprofesi selaku guru, bukti yang menunjukkan ia sebagai anggota dari membership group yaitu Kartu Anggota PGRI yang menjelaskan bahwa Andi sudah diterima secara sah sebagai anggota PGRI.
Dalam masyarakat yang belum mengenal administrasi secara baik, keanggotaan seseorang ditunjukkan dengan keberadaannya secara fisik yang senantiasa bahu-membahu dengan anggota kalangan. Kelompok acuan (reference group) adalah golongan sosial yang menjadi teladan bagi seseorang (bukan anggota kalangan) untuk membentuk eksklusif dan perilakunya. Seseorang yang bukan anggota golongan (orang dari luar golongan) menerima efek dari sebuah golongan, ia menjalin ikatan batin dan berupaya beradaptasi serta mengidentifikasikan diri dengan golongan tadi karena ia berpandangan bahwa kelompok tersebut memiliki kegunaan untuk mengembang kan kehidupannya. Contohnya, Andi selaku anggota PGRI menjalin kekerabatan secara tersembunyi atau terang-terangan dengan koperasi yang ada di wilayahnya. Walaupun bukan anggota koperasi tersebut, beliau berusaha mengembangkan prinsip-prinsip koperasi dalam kehidupannya alasannya adalah terbukti bahwa koperasi sungguh berfaedah bagi pengembangan ekonomi keluarganya. Koperasi dalam hal ini ialah reference group bagi Andi.
Kenyataan sosial menawarkan bahwa jumlah anggota masyarakat yang menjadi reference group jumlahnya relatif banyak, utamanya dengan kelompok keagamaan. Artinya tidak menjadi anggota resmi agama tertentu, tetapi mereka berusaha menyesuaikan diri dengan aliran agama yang secara hakiki dapat membuat ketenangan dan kebahagiaan hidup.
Dalam keadaan tertentu, antara reference group dan membership group agak sulit dipisahkan. Contohnya, seorang anggota partai politik menjadi anggota dewan perwakilan rakyat. DPR ialah membership baginya, tetapi jiwa dan jalan pikirannya tetap terikat pada partainya. Hal ini sering menampak kan sisi-segi negatif karena anggota dewan yang terhormat terlampau berpegang pada prinsip-prinsip reference group (partainya).

Kelompok Penekan (Pressure Group)

Kelompok penekan adalah suatu kalangan yang anggotaanggotanya bertujuan memperjuangkan kepentingan mereka di tengah masyarakat luas dengan cara menggunakan tekanan sosial. Kelompok penekan tergolong kalangan sekunder dan lazimnya mempunyai anggota relatif besar, namun yang dipakai sebagai penekan hanyalah sebagian kecil dari anggota kelompoknya. Mereka terdiri atas orang-orang memiliki potensi yang mampu menguasai dan mengatur masyarakat sehingga bisa mempromosikan kepentingannya. Kelompok penekan biasanya terdapat dalam masyarakat yang menganut tata cara demokrasi liberal, yaitu setiap individu sebagai anggota penduduk mempunyai kebebasan yang sangat besar untuk menyam paikan aspirasinya.