Faktor-Faktor Yang Mensugesti Proses Pembelajaran Ditinjau Dari Faktor Pelajar, Guru, Dan Lingkungan

Belajar difasilitasi atau dihambat oleh beberapa faktor yang mungkin bersifat intrinsik (dari dalam) atau ekstrinsik (dari luar) bagi pelajar individu. Faktor-aspek yang mempengaruhi pembelajaran mampu dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu pelajar itu sendiri, guru dan lingkungan / budaya.

1. Pelajar

Sebagai penerima atau pengguna akhir dari proses pembelajaran, pelajar menjadi aspek penting dalam proses mencar ilmu-mengajar (pembelajaran). Pelajar (disebut juga siswa / akseptor bimbing) yaitu satu-satunya yang dapat mengatakan apakah pembelajaran telah terjadi dan sejauh mana prosesnya. Selain itu, terdapat beberapa variabel yang dapat memfasilitasi atau menghalangi pembelajaran ditinjau dari diri pelajar itu sendiri, mirip usia, minat, motivasi, dan lain-lain

Jenis kelamin dan usia pelajar adalah aspek penting karena tingkat berguru dapat beragam menurut jenis kelamin dan usia. Faktor terkait tesebut contohnya ialah kecerdasan yang dapat bermacam-macam di antara akseptor didik dan bahkan mungkin menurun seiring bertambahnya usia. 

Ilustrasi mencar ilmu, (source: gambar google)  

Nilai-nilai (misal: keyakinan) yang dianut pelajar itu sendiri, minat, aspirasi, dan motivasi untuk berguru akan sungguh menghipnotis tingkat berguru serta retensinya. Dua aspek pelajar penting lainnya yang guru mesti memperhitungkan adalah gaya belajar mereka dan kepribadian / personality. Pertimbangkan fatwa saat ini kecerdasan emosi sudah sejajar dengan kecerdasan kognitif selaku aspek penting dalam keberhasilan orang.Yang mana dulu kita sering sekali berkutat bahwa bawah umur yang arif menjumlah (matematik) condong dianggap terpelajar dari pada anak-anak yang bodoh kepada mengkalkulasikan tersebut, padahal kenyataannya tidak demikian. Sejatinya, belum dewasa / pelajar seluruhnya ialah pandai, dengan bagaimana cara kita selaku seorang guru maupun orang tua menyaksikan kepintaran tersebut. Ada teori yang menawan yang membahas hal tersebut, salah satunya yaitu teori multiple intelligence / Kecerdasan Berganda oleh Howard Gardner, yang mana hal ini sekilas telah pernah di diskusikan, pada artikel-postingan sebelumnya. 

  Ekspresi Keberagamaan Insan Psikologi Kelahiran, Aging, Akhir Hayat (Death And Dying) Dan Duka Cita (Bereavemen) Dalam Perspektif Psikologi Agama Modern Dalam Islam

2. Guru / Fasilitator

Guru (pendidik) atau orang yang memfasilitasi pembelajaran sama pentingnya untuk pembelajaran yang efektif terjadi. Beberapa orang beropini bahwa berguru sangat bergantung pada guru sebab ia ialah penyedia wawasan dan keahlian yang harus dipelajari. Dengan demikian, pendidik mengusulkan bahwa bila pengajaran dan pembelajaran ingin ditingkatkan, kenaikan pertama-tama mesti dimulai dengan guru. Beberapa variabel guru yang diidentifikasi oleh Lupdag (1984) sebagai penting untuk proses belajar-mengaja, diantaranya yakni:

 

a) Jenis Kelamin – Studi menawarkan bahwa jenis kelamin guru berpengaruh pada sosialisasi peserta latih. Guru wanita cenderung memberikan lebih banyak kesempatan terhadap siswa perempuan yang pada gilirannya lebih responsif terhadap mereka. Namun, ada perbedaan dalam interaksi sosial di tingkat dasar, menengah dan tersier. Lebih dari itu, perbedaan jenis kelamin dalam interaksi kelas tergantung pada guru dan siswa itu sendiri.

 

b) Usia Usia guru memengaruhi fungsi sosial, emosional, dan perseptualnya serta fatwa, minat, dan nilai-nilai, Ini mampu memengaruhi kekerabatan dan kredibilitasnya dengan siswa.

 

c) Kualifikasi Akademik – Seorang guru yang mempunyai antisipasi akademik yang lebih baik lebih mungkin untuk memperlihatkan pengajaran yang baik dibandingkan dengan yang tidak memenuhi syarat . Namun, bukan cuma penguasaan bahan pelajaran yang dipertimbangkan dalam pengajaran yang efektif namun lebih dari metode dan strategi pengajaran yang efektif yang digunakan guru.  

d) Kecerdasan dan Kemampuan – Sebagai fasilitator pembelajaran, guru diperlukan mempunyai setidaknya IQ rata-rata dan kecakapan mengajar. Diasumsikan bahwa semakin tinggi kesanggupan guru, semakin baik mereka dalam mengajar. Karena argumentasi inilah pemerintah membuat kebijakan mirip adanya sertifikasi guru atau pendidikan profesi guru.

  Respon Belajar Siswa

 

e) Pengalaman – Tidak ada keraguan bahwa guru yang mempunyai 10 tahun pengalaman mengajar akan lebih efisien ketimbang orang gres alasannya dia dikatakan sudah menguasai kemampuan. “Pengalaman adalah guru terbaik” begitulah peribahasa yang tepat, diharapkan untuk menawarkan kinerja yang lebih baik. Namun, faktor-aspek lain mirip usia, kecerdasan dan bakat, dan kepribadian mampu berinteraksi dengan pengalaman.  

 

f) Minat – Agar efektif, seorang guru pada mulanya mesti memiliki minat dalam mengajar selaku karier, dalam mata pelajaran yang ia ajarkan, dan dalam jenis pelajaran yang ia tangani.

 

g) Motivasi – Selain memiliki minat, guru juga mesti sangat termotivasi untuk memburu pekerjaan mengajar. Prestasi, legalisasi, tanggung jawab , hubungan interpersonal, dan pengawasan adalah sumber kepuasan kerja yang baik. Sayangnya, pendapatekonomi tetap menjadi motivator utama yang menggerakkan para guru untuk mencari penghasilan tambahan, mengejar-ngejar pekerjaan lain atau mencari padang rumput yang lebih hijau di mancanegara. Nilai- nilai guru sama pentingnya. Jika ia lebih menghargai pemenuhan diri dari imbalan uang, ini akan memengaruhi upayanya dalam memfasilitasi pembelajaran.

 

h) Kepribadian – Bagi beberapa siswa, bukan apa yang guru ajarkan namun bagaimana beliau memiliki masalah dengan mereka yang terpenting. Dengan demikian, guru yang mudah didekati, ramah, baik hati, sabar, dan toleran lebih dihargai ketimbang orang yang tidak gampang didekati, kaku, ketat, tidak tabah, dan berwibawa.

 

Selain variabel-variabel yang disebutkan di atas, karakteristik guru lain yang pantas dipertimbangkan adalah kecerdasan emosi , keahlian administrasi stres, dan gaya mengajar mereka. Lebih banyak orang kini mengakui bahwa EQ lebih penting dibandingkan dengan IQ. Bukan cuma kesanggupan, tetapi bagaimana seseorang mengurus emosinya dan menghadapi situasi yang menekan yang berkontribusi lebih banyak untuk perjuangan yang sukses. Demikian juga, jikalau seorang guru mencocokkan gaya mengajarnya dengan gaya berguru siswa, itu akan lebih condong menciptakan pengajaran dan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

  Hubungan Psikologi Dengan Ilmu-Ilmu Lain

Selanjutnya pada era sekarang, dengan teknologi canggih, peran guru atau fasilitator pembelajaran dapat didelegasikan ke mesin atau komputer. E-learning dan pendidikan interaktif, dengan manfaatnya dalam hal komunikasi yang cepat, daya saing global dan pembelajaran kreatif akan terus mendominasi bidang pendidikan. Meskipun demikian, jenis pembelajaran ini masih perlu dilakukan di bawah pengawasan seorang insan, seorang guru yang berpengalaman.

3. Lingkungan / Budaya

Lingkungan mengacu pada lingkungan atau kekuatan sosial dan fisik yang bersifat eksternal bagi individu. Keluarga, lingkungan, sekolah, kawasan beragama, sobat, masyarakat dan media massa seluruhnya ialah lingkungan sosial yang mampu memengaruhi pembelajaran, baik secara faktual maupun negatif. Di segi lain, lingkungan fisik berisikan struktur dan kemudahan sekolah, bahan mencar ilmu dan peralatan yang harus menawarkan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran yang efektif. Lingkungan juga harus dilihat dalam konteks perubahan budaya dan akulturasi yang memiliki dampak pada penduduk , misalnya pada ketika ini penggunaan teknologi, sosial media, media massa, dan lain sebagainya.