Cerpen Hari Lahir Pancasila Ihwal Kecintaan Kepada Tanah Kelahiran

Sobat , kira-kira adakah hubungan antara perayaan Hari Lahir Pancasila tanggal 1 Juni dengan cinta tanah air?

Pastinya ada, ya. Pancasila yakni dasar NKRI, persepsi hidup, serta sumber dari segala sumber hukum di negeri ini. Dengan demikian, mengembangkan kecintaan terhadap tanah air adalah petikan kebaikan dalam memaknai Hari Lahir Pancasila.

Nah, berikut disuguhkan seutas cerpen bertema Hari Lahir Pancasila yang berkisah tentang kecintaan anak muda terhadap tanah kelahiran.

Mari disimak ya:

Cerpen: Cinta Tanah Kelahiran

Oleh Sri Rohmatiah Djalil

Cerita Penerapan Sila Pancasila Tentang Persatuan Indonesia

Agak lelah juga berjalan, maklumlah telah lama tidak jalan kaki. Selama di kota saya dimanjakan oleh kondisi.

Jika orang tuaku tidak bisa mengantar jemput sekolah, ada jasa ojek online yang siaga. Berbeda sekali dengan belum dewasa di kampung sini, mereka jalan kaki atau naik sepeda untuk hingga di sekolah. 

Akhirnya aku istirahat di sebuah gubuk pinggir sawah sambil menyapu peluh yang bercucuran melewati pipi.

Setelah beberapa usang, kembali berjalan. Kali ini berlangsung bersama belum dewasa yang berpakaian adat tadi.

Iseng aku bertanya, “Adik, ko memakai busana adab, ada acara apa?”

Salah seorang anak perempuan menjawab, “Kakak, kami akan memperingatinya Hari Lahir Pancasila, kata Pak Guru Ozy, dengan menggunakan busana adab, kami mampu saling mengenal dan menghormati budaya yang ada di Indonesia.”

Aku pun tersentak, gres ingat jika Hari Lahir Pancasila tanggal 1 Juni, jadi aib dengan pertanyaan tadi. Untuk melalaikan rasa malu, kembali mengajukan pertanyaan, “Adik mau jadi dokter ya, pakaiannya putih?”

Dia tersenyum malu-malu.

“Eh … adik itu pakaiannya seperti bapak tani, cita-citanya ingin jadi Menteri Pertanian ya?” Anak yang berpakaian baju tani impulsif menjawab di luar dugaanku.

“Bukan kakak, aku ingin jadi petani sama seperti orang tuaku.”

“Bagus, anggun, Dik, keren keinginan kalian, biar tercapai ya, silakan lanjut ke sekolah, Kakak belok ke kiri ya, dah,” ujarku sambil melambaikan tangan pada mereka.

***

Boleh Baca: Cerpen Gotong Royong

Aku terus berjalan sambil mempertimbangkan apa kata anak sekolah dasar tadi. Makara teringat akan harapan Tari sobat satu bangku yang hendak aku datangi saat ini. 

Ketika akhir cobaan Nasional, guru kami bertanya, “Linda kamu cita-citanya mau jadi apa?”

“Aku ingin jadi dokter, Bu Guru. Setelah lulus SD, kami sekeluarga akan pindah ke Jakarta.”

Bu Guru tepuk tangan, “Hebat, andal, agar tercapai, sekolah yang tekun ya,” ungkapnya. 

“Dan kamu Tari, ingin jadi apa besok kalau sudah lulus SMA?” tanya Bu Guru. 

“Aku ingin jadi petani, Bu Guru,” jawabnya tegas.

“Lho kenapa jadi petani? bukankah cukup orang tuamu saja yang jadi petani, anak-anaknya mesti punya impian yang lebih tinggi,” seru Bu Guru.

“Jika siapa pun sekolah dan bekerja di kota, siapa yang hendak merawat tanah kita. Tanah kampung ini sangat subur. Aku mengasihi tanah Negeri ini dan akan terus merawatnya, Bu,” jelas Tari.

Kali ini Bu Guru tepuk tangan lebih keras, “Kalian boleh memiliki cita-cita yang berbeda, tetapi tetap mengasihi dan menjaga kampung halaman ya!” ungkapnya.

Kalimat itulah yang selalu teringat, hingga membawaku kembali ke kampung ini untuk meningkatkan desa.

“Tari saya kembali untuk kampung kita, kini aku sarjana pertanian,” gumamku sambil mempercepat langkah.

***

Boleh Baca: Cerpen Tentang Pentingnya Menjaga Bahasa Persatuan Indonesia

Demikianlah tadi hidangan berupa cerpen wacana Hari Lahir Pancasila yang mengajarkan kepada kita ihwal pentingnya cinta tanah air dan dedikasi kepada negeri sendiri.

Semoga memberi ide
Salam.

  Dari Balik Jendela | Cerpen Ahmad Sastra