Pendekatan Teori Behavioural Dalam Pembelajaran

Pengantar

Sejumlah teori tentang pembelajaran sudah diajukan. Beberapa berevolusi dari desain atau teori-teori sebelumnya / pendahulu mereka. Meskipun beberapa teori berlainan dan beberapa saling tumpang tindih dalam formulasi mereka, formulasi tersebut secara luas diklasifikasikan sebagai behavioral/sikap dan kognitif. Kategori ketiga yang diakui ialah domain sosial-humanistik. Lainnya yaitu kombinasi dari rancangan dan prinsip yang ditemukan dalam sudut pandang behavioral/perilaku, kognitif, dan sosial. 

Psikolog yang mengikuti perkembangan teori Behavioristik percaya bahwa perilaku mesti diterangkan dengan pengalaman yang mampu diperhatikan, bukan oleh proses mental. Di segi lain, psikolog kognitif beropini bahwa proses mental memediasi antara tayangan stimulus dan langkah-langkah respons yang tepat dari sebuah organisme. 

Fig. Teacher smile (Source: google image) 

Bagi behavioris, perilaku yaitu segala sesuatu yang kita kerjakan yang mampu diamati. Misalnya, seorang anak mengikat tali sepatunya atau seorang guru tersenyum pada seorang siswa yang menolong menghapus papan tulis. 

  Fig. Student remember (Source: google image)

Proses mental meliputi pikiran, perasaan dan motif yang kita masing-masing alami namun tidak mampu diamati oleh orang lain. Meskipun mereka tidak mampu dilihat dengan mata telanjang, proses mental ini tidak kalah faktual. Contohnya adalah: seorang anak memikirkan cara untuk mengikat renda sepatunya, atau seorang guru merasa bahagia perihal seorang anak yang sangat menolong.

Read more

Operant Conditioning / Pengkondisian Operant Dan Penerapannya Dalam Proses Pembelajaran

Pada postingan sebelumnya telah dibahas mengenai Pendekatan Teori Behavioural Dalam Pembelajaran yang berhubungan dengan pengkondisian klasik atau classical conditional. Kita pahami bahwasannya dalam melaksanakan pembelajaran atau melakukan kegiatan mencar ilmu mengajar ada baiknya kita mempertimbangan teori-teori yang ada, yang mana dengan adanya teori-teori tersebut kita mampu menyesuaikan tindakan yang mana yang sesuai dengan anak latih yang kita ajarkan. 
 
Sebelumnya, pengondisian klasik sangat membantu dalam mengerti panik dan kecemasan siswa. Namun, itu tidak seefektif dalam menerangkan sikap sukarela siswa. Perilaku sukarela siswa disini yang dimaksud yaitu perilaku yang dengan sengajanya siswa melakukannya secara sukarela, mirip mengapa siswa berguru keras untuk ujian, atau seorang siswa IPS lebih menyukai pelajaran sejarah dibandingkan pelajaran sosiologi. Untuk domain atau hal ini, pengkondisian operan / Operant Conditioning dianggap lebih lebih berhubungan .

Read more