Cara Pengendalian Sosial

Cara-Cara Pengendalian Sosial – Pengendalian sosial selaku suatu proses sosial memerlukan caracara untuk meraih maksudnya yaitu meraih terwujudnya masyarakat yang tertib dan terstruktur.
 Pengendalian sosial sebagai sebuah proses sosial memerlukan caracara untuk mencapai tujua Cara Pengendalian Sosial
Bagaimanakah cara suatu kalangan atau penduduk menciptakan para anggotanya untuk berprilaku sesuai dengan apa yang dibutuhkan, ialah di antara melalui;
1. Pengendalian sosial lewat sosialisasi
Sosialisasi membentuk kebiasaan, impian dan adat istiadat kita. Tata cara dan kebiasaan yang serupa di antara anggota penduduk akan mengakibatkan anggota penduduk mempunyai sikap yang serupa. Terhadap kebiasaan yang sudah dilakukan oleh penduduk akan mengundang anggota penduduk yang lainnya untuk beradaptasi dengan kebiasaan tersebut tanpa mereka sadari bahwa mereka sedang melaksanakan penyesuian. Melalui sosialisasi seseorang akan menginternalisasikan (menghayati) norma-norma dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam masyarakatnya. Melalui proses internalisasi ini orang secara otomatis akan berprilaku tanpa berfikir dikendalikan
2. Pengendalian sosial lewat tekanan sosial
Setiap individu ialah bagian dari suatu golongan sosial, sebab dalam setiap individu terdapat kecenderungan untuk berkelompok dan berupaya untuk menyesuaikan dengan kelompok. Lapire (1954) melihat pengendalian sosial dalam hal ini sebagai sebuah proses yang lahir dari keperluan individu akan penerimaan kelompok. Kelompok akan sungguh besar lengan berkuasa jika para anggota golongan itu erat dan berupaya menjaga eksistensi kelompok. Tekanan keinginan golongan adalah suatu proses yang berkesinambungan dan kuat terhadap perubahan diri seseorang. Seseorang tidak menyadari dirinya akan berganti sehabis menjadi anggota suatu kalangan, hal ini terjadi alasannya setiap orang condong mengeks-presikan pribadinya sesuai dengan kelompoknya.
Kita sering mendapatkan bahwa anggota baru sebuah kalangan akan berupaya untuk beradaptasi dengan kalangan dan bahkan mengiden-tifikasikan diri dengan kelompok dan menyatakan kesetiannya terhadap kelompok.
a. Pengendalian Kelompok Informal Primer
Kelompok primer yaitu kalangan kecil, erat, dan bersifat informal. Contohnya Keluarga, Klik, Kelompok bermain dan sebagainya. Pengendalian dalam kelompok primer dilakukan secara informal, spontan dan tanpa dijadwalkan. Para anggota kelompok akan cepat bereaksi apabila ada salah satu anggota kelompoknya yang tersakiti. Bilamana seorang anggota kalangan menyakiti anggota kelompoknya yang lain maka mereka akan membuktikan rasa ketidaksenangan, dengan cara mengejek, menertawai dan mengucilkan bahkan menyisakan anggota tersebut dari pergaulan.
b. Kelompok sekunder
Kelompok sekunder adalah kelompok yang bersifat impersonal, formal dan menurut kepentingan (utilitarian), seperti organisasi, perkumpulan dan perkumpulan. Kelompok sekunder kebanyakan lebih besar dan memiliki tujuan yang khusus. Tujuan dari kalangan sekunder ini yaitu untuk memenuhi kekerabatan insan dalam memenuhi keperluan manusiawi atau untuk menolong kita dalam menuntaskan pekerjaan. Kelompok sekunder berperanan efektif dalam pengendalian sosial informal seperti tertawaan, ejekan dan pengucilan. Namun dalam kalangan sosial pengendalian sosial lebih bersifat formal yang ialah ciri-ciri dari kalangan sekunder, pengendalian sosial formal itu yaitu peraturan resmi dan tata cara yang distandarisasikan, propaganda, relasi penduduk , rekayasa manusia, kenaikan kalangan (pangkat) pemberikan gelar, imbalan dan hadiah, hukuman dan eksekusi formal.
Pengendalian sosial lewat kelompok ini dapat dilaksanakan oleh beberapa unsur kalangan adalah;
1). Pengendalian kalangan oleh kalangan
2). Pengendalian kelompok kepada anggotanya
3). Pengendalian langsung terhadap pribadi lainnya.
3. Pengendalian sosial melalui kekuatan
Pada penduduk yang sederhana mampu menertibkan sikap anggota masyarakatnya dengan memakai nilai-nilai budbahasa, yang ditunjang oleh pengendalian informal oleh kalangan primer. Oleh sebab itu pada penduduk ini tidak diharapkan aturan formal dalam pelaksanaan eksekusi. Namun pada masyarakat yang jumlah penduduknya sangat besar dan mempunyai kebudayaan yang kompleks, diperlukan aturan yang formal, peraturan aturan dan pelaksanaan hukum. Masyarakat yang sangat kompleks dengan mempunyai banyak kalangan berpotensi untuk terjadinya kontradiksi antar kelompok. Oleh sebab itu penduduk mirip ini membutuhkan kekuatan dalam bentuk eksekusi formal dan peraturan hukum demi terciptanya masyarakat yang tertib.
Koentjaraningrat, menerangkan cara-cara pengendalian sosial mampu dilakukan dengan cara-cara selaku berikut, yaitu:
a. Mempertebal dogma para warga masyarakat akan kebaikan adat istiadat.
b. Memberi ganjaran dan semacam penghargaan kepada warga masyarakat yang selalu taat kepada budbahasa istiadat.
c. Mengembangkan rasa malu dalam jiwa warga masyarakat yang menyeleweng dari akhlak istiadat.
d. Mengembangkan rasa takut dalam jiwa warga masyarakat yang akan menyeleweng dari budpekerti istiadat dengan ancaman kekerasan.
Pelaksanaan pengendalian sosial mampu dikerjakan dengan cara usul atau tawaran (persuasif) yaitu dengan cara tanpa kekerasan. Cara ini mengajak atau membimbing dengan menunjukkan pengetahuan semoga orang tidak melakukan atau tidak mengulangi tindakan melanggar nilai dan norma. Teknik pengendalian sosial ini diubahsuaikan dengan keadaan, dalam keadaan bagaimana cara itu dipakai tergantung dari bentuk pelanggaran yang mungkin terjadi. Cara paksaan (coercive) ialah dengan kekerasan. Cara kekerasan ditempuh bila dengan cara proposal tidak sukses. Cara kekerasan tidak memiliki arti mesti terjadi bentrokan fisik tetapi dapat menggunakan alat-alat aturan atau pertaturan yang
mengetur wacana jenis-jenis pelanggaran. Cara pengendalian sosial yang ketiga yakni dengan membuat suatu suasana yang mampu mengganti sikap dan prilaku yang negatif, misalnya sekolah.
Sekian materi perihal Cara Pengendalian Sosial dari , semoga berfaedah.