Lincoln cilik berkembang menjadi perjaka jangkung dan tegap. Pakaiannya senantiasa tak pernah terlihat pas. Lengan bajunya selalu terasa pendek dan celananya selalu menggantung diatas mata kaki. Bila diamati, tampaknya beliau tak layak menjadi orang besar di lalu hari, yang ternyata terwujud.
Pertama kali Lincoln menyaksikan Perbudakan, ialah dikala ia menyewa kapal angkut untuk menenteng muatan menuju New Orleans di tahun 1828. Kemudian, ketika dia mendatangi kota itu untuk ke dua kalinya, dia berjanji kepada dirinya sendiri bahwa dia mesti menghapus praktik perbudakan ini.
Lincoln tidak mengikuti pendidikan seperti kebanyakan, namun ia ulet belajar membaca dan menulis hingga berhasil menjadi seorang pengacara. Meskipun kadang-kadang beliau dianggap selaku seorang ‘homo’ oleh para tetangga karena tingkah dan cara berpakaiannya, namun dia cukup supel kepada warga sekitar. Ini semata-mata sebab beliau memiliki rasa humor yang mencolokdan senantiasa membuat orang lain gembira. Cinta pertamanya jatuh pada seorang wanita bernama Anne Rutledge, anak tetangga pemilik losmen di mana ia tinggal. Ayah Anne-lah yang menyarankan agar Lincoln menggeluti ke dunia politik.
Di permulaan karir, Lincoln terpilih menjadi anggota DPRD untuk wilayah Illinois pada tahun 1834. Kemudian terpilih kembali pada tahun 1838 dan tahun 1840. Ketika itu, dia berjumpa seorang bernama Stephen Douglas, yang kemudian menjadi saingan baik dalam soal cinta maupun permasalahan politik. Mary Todd, perempuan yang mereka perebutkan, berasal dari Kentucky, lebih menentukan Lincoln sebagai suami, namun pernikahn mereka tidak bahagia. Pada tahun 1842, sesudah setahun akad nikah mereka, Lincoln membuka distributor hukum dengan seorang teman berjulukan William H. Herndon. Persahabatan kedua orang ini ternyata terus bertahan sampai maut Lincoln. Di lalu hari, Herndon-lah yang menulis biografi Abraham Lincoln.
Pada tahun 1846, Lincoln terpilih menjadi anggota Kongres. Namun keanggotaannya tidak diperpanjang alasannya adalah beliau merekomendasikan undang-undang untuk meng-akhiri perbudakan di distrik Columbia. Karena kecewa, beliau kembali mengaktifkan agen hukumnya. Ia menghentikan acara politiknya untuk sementara waktu, namun kemudian beliau lebih dikenal oleh penduduk selaku pengacara yang jujur.
Nyatanya, Lincoln tak bisa berhenti terlalu usang dari dunia politik. Pada tahun 1854, isu perbudakan menjadikannya menggeluti kembali ke dunia politik. Taampaknya ia harus berkompetisi dengan Stephen Douglas, yang mencoba menundukkan daerah Selatan Amerika yang mendukung perbudakan, sementara daerah Utara menentangnya. Lincoln tak menduga bahwa setengah dari negeri ini menjaga praktek perbudakan saat separuh kerabat sebangsanya menentang. Ia berfikir, tak mungkin bangsanya berisikan separuh budak separuh bukan. Bagaimanapun, ternyata Lincoln terpukul pada putaran pertama melawan Douglas, dalam memperebutkan dingklik Senat AS.
Meski kali ini beliau kalah, pada bulan Mei 1860, Lincoln terpilih sebagai kandidat presiden dari Partai Republik. Sementara itu, Partai Demokrat menyerangnya habis-habisan, dan mereka menyebutnya selaku ‘pengacara kacangan’, ‘tak becus berbahasa Inggris’ dan sebagainya. Namun balasannya, beliau ternyata terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Empat hari setelah beliau menjadi Presiden, negara bagian Selatan itu keluar dari Federasi Amerika Serikat. Negara-negara Selatan itu kemudian membentuk suatu Konfederasi sendiri. Lincoln merasa murung kesudahannya, dan berusaha mengupayakan diakhirinya pemisahan tersebut. Tetapi, konflik antara Utara dan Selatan itu malah kian memuncak dan menjadi Perang Sipil. Lincoln terus berusaha menghentikan pertentangan tersebut sekuat tenaga walaupun tak berhasil.
Untuk mengerti latar belakang politik terjadinya Perang Sipil Amerika, perlu dijelaskan bagaimana asal mula Amerika terbentuk. Pada era ke 17, para pendatang dari Inggris, Perancis, Spanyol, Belanda dan Jerman dating ke Amerika Utara, yang mereka anggap sebagai negeri tak berpenghuni yang gres mereka temukan. Mereka datang demi mencari kemakmuran, mendapatkan keleluasaan beragama, serta untuk memperluas kekuasaan negeri asal mereka dan membangun imperium baru. Kerajaan Inggris lalu menerapkan Undang-Undangnya di situ, sehingga negeri yang gres itu mereka sebut selaku New England. Seusai perang kemerdekaan Amerika, wilayah-daerah bebas itu kemudian membentuk federasi yang kemudian mereka sebut Amerika Serikat. Masing-masing Federasi baru ini setuju untuk tetap mengurusi pemerintahannya sendiri-sendiri, meskipun mereka juga harus mengurusi kepentingan bareng . Karena, hal-hal mirip Pertahanan tetap menjadi permasalahan bareng .
Bagian selatan Amerika yang bergabung dalam federasi, membuatkan pertaniannya yang bergantung pada tenaga perbudakan. Bagian utara lebih banyak bergantung pada perdagangan dan industri, meskipun tetap menilai penting pertanian. Karena itu tak ada perbudakan di utara. Sementara, soal perbudakan menjadi isu panas bagi wilayah yang baru bergabung ke dalam Perserikatan, sedangkan rakyat di negara-negara bagian ini belum betul-betul siap dengan soal perbudakan itu. Sementara undang-undang Amerika menyatakan semua manusia sama-sama berhak atas ‘kehidupan dan keleluasaan untuk menemukan kebahagiaan’, namun juga melindungi hak milik eksklusif. Budak adalah milik pribadi. Pendapat bahwa budak ialah milik eksklusif sangat berlawanan dengan pertimbangan lain bahwa para budak ialah menusia yang juga memiliki hak atas kemerdekaannya. Inilah yang menjadi dasar problem bagi orang-orang di seluruh wilayah AS itu.
Sebenarnya banyak sisi yang mampu dilihat dari informasi ini. Pertama, apakah memperbudak insan juga adalah sebuah hak? Saat ini, perbudakan telah tidak dibenarkan di banyak negeri lain di seluruh dunia. Semua orang baiklah bahwa terang tidak dibenarkan mengekang keleluasaan orang lain. Namun orang-orang Selatan telah mengeluarkan banyak duit untuk membeli budak-budak. Kehidupan social, ekonomi, dan politik mereka berlangsung di atas dasar kepemilikan budak-budak. Makara, bahu-membahu tak susah mengetahui betapa pentingnya praktik perbudakan bagi mereka.
Ada pula sisi politisnya dalam duduk perkara kepemilikan budak bagi negeri-negeri Selatan. Bagaimana menjalankan suatu ‘Union States’ kalau beberapa wilayah berisikan ‘orang-bebas’ sementara lainnya yakni ‘budak’? Meski, memang ini yang dikehendaki pesaing Lincoln, Douglas. Jelas negeri-negeri Selatan cemas jika semakin banyak wilayah Federasi yang ‘jadi-bebas’, maka perbudakan akan jadi benar-benar dihapuskan. Mereka pikir jika ini terjadi, mereka akan gulung tikar, baik secara sosial maupun politik. Jalan satu-satunya mungkin mesti membentuk dua federal yang terpisah. Tetapi ini pun ternyata tak mungkin.
Ada perbedaan-perbedaan yang besar antara Utara dan Selatan. Di kawasan Utara lebih banyak populasi kulit putihnya. Mereka lebih maju dalam bidang bikinan barang sementara Selatan lebih baik dalam pertanian. Dalam banyak hal, Utara melebihi Selatan, meski militer daerah Selatan amat terampil, nyatanya perang lebih banyak terjadi di Selatan. Meski mereka lebih baik dalam hal bertempur. Peperangan tidak mudah mereka menangkan. Seperti kita ketahui, setelah beberapa penyerangan, kawasan Utara memenangkan peperangan. Ketika perang berlangsung, Lincoln, tetap mendesak diadakannya penyeleksian lagi di tamat masa dia menjabat selaku Presiden, dan ternyata beliau terpilih kembali untuk periode selanjutnya.
Pada bulan November 1863, dalam pertempuran Gettysburg, Lincoln menyampaikan pidato, yang diingat sepanjang sejarah. Ia mengatakan “…lahir sebuah bangsa gres, yang didirikan menurut kebebasan yang menjunjung tinggi pengukuhan bahwa semua insan diciptakan sederajat.” Kata-kata Lincoln di Gettysburg ini memberi dua prinsip kebebasan dan kesamaan – yang menjadi dasar didirikannya negara Amerika.
Lincoln meninggal dengan cara yang tak disangka-sangka. Saat sedang menyaksikan teater bersama istrinya, ia ditembak oleh seorang bernama John Wilkes Booth. Kematian menjemputnya tatkala perdamaian sudah sampai bagi Amerika. Mungkin itu ialah puncak kejadian yang harus terjadi selaku tumbal berakhirnya perbudakan di Amerika. Setelah kematiannya, Lincoln diketahui selaku orang besar, dan cita-cita yang sudah ditegakkannya terus dipertahankan oleh seluruh warga Amerika.