Adanya Harapan dan Kekecewaan Dalam Mobilitas Sosial – Struktur penduduk yang terbuka telah memberi peluang terjadinya mobilitas secara luas. Keterbukaan ini selain memperlihatkan potensi untuk terjadinya mobilitas naik, juga sekaligus menunjukkan kemudahan pula untuk terjadinya mobilitas menurun. Akibatnya, penurunan status dan kenaikan status sosial memiliki potensi yang serupa untuk dialami seseorang. Baik peningkatan maupun penurunan status dapat memiliki pengaruh positif dan negatif.
Mobilitas naik menunjukkan peluang bagi orang yang mengalaminya untuk menikmati hidup secara lebih baik. Seseorang yang mendapatkan kedudukan lebih tinggi berarti mendapatkan pemasukan tinggi pula untuk naik, sehingga kualitas hidupnya makin lebih baik, tingkat ekonomi, kesejahteraan dan kebahagiannya lebih baik dari pada orang yang statusnya lebih rendah. Hal ini juga sering menjadikan adanya kecemburuan sosial pada penduduk disekitarnya.
Masyarakat dengan metode mobilitas terbuka, kompetisi yang terjadi berdasarkan prestasi, siapapun yang unggul akan menduduki posisi puncak dalam struktur masyarakat. Akibatnya masyarakat akan dikontrol dan dikendalikan oleh orang-orang yang betul-betul berkualitas. Tetapi mobilitas terbuka juga mampu menimbulkan persaingan yang mengarah kepada konflik alasannya adalah setiap orang mempunyai kesempatan dan cita-cita terlalu tinggi. Tidak selamanya impian-keinginan yang lebih baik mampu tercapai. Pada kondisi mirip inilah seseorang mampu mengalami ketidakpuasan sehingga hidupnya tidak senang.
Orang yang belum siap mendapatkan kedudukan tinggi dapat merasa tidak tenteram dalam posisinya, karena tanggung jawab dan beban juga kian berat. Kesibukan yang bertambah menciptakan relasi orang bau tanah dengan anak menjadi berkurang. Jika bawah umur yang merasa kehilangan kasih saying dari orang bau tanah ini merasa tidak puas, mereka akan mencari pelampiasan. Demikian juga sebaliknya, orang yang kehilangan kekuasaan atau kedudukan sering mengalami postpower syndrome.
Sindrom ini merupakan ciri-ciri perilaku tertentu yang ditunjukkan seseorang selaku akibat kedudukan dan kekuasaan. Selama mempunyai kekuasaan dan kedudukan, beliau dihormati banyak orang alasannya pengaruhnya, sehabis tidak menduduki jabatan memiliki arti kehilangan kekuasaannya, hal ini membuat orang merasa kecewa, frustasi dan merasa kurang berharga dalam lingkungannya.