close

Acuan Cerpen Dewasa Misterius Cinta

CONTOH CERPEN REMAJA “MISTERIUS CINTA”
MISTERIUS CINTA

Sore itu awal perkenalan Nisa dengan seseorang yang tak pernah dia duga. Kala itu sosok misterius itu datang dalam dunianya saat Nisa ingin membuka dunia baru untuk mengawali langkahnya dalam menggapai mimpi.

Seseorang itu tak pernah ia kenal sebelumnya. Tiba-datang ia datang dengan menenteng sejuta teka-teki yang penuh tanda Tanya. Akankah ini yang dinamakan takdir? Bagian dari scenario Allah yang menjadi dongeng hidup Nisa? Entahlah, yang pasti benar atau tidaknya ia itu cuma Allah yang tahu.
Music klasik bersenandung merdu. Membawakan nada suara yang nikmat di dengar. Suara itu tidak lain dan tidak bukan adalah nada panggilan masuk ponsel Nisa yang tergeletak di meja. Nomor abnormal yang tak tahu siapa pemanggilnya. Pemilik Nomor ajaib itu berjulukan Haviz mantan pacar sahabat nisa sewaktu SMA dulu.
Nisa sendiri heran dan kebingunan maksud cowo itu menelponnya, sedangkan nama itu abnormal baginya dan Nisa tidak merasa punya teman Sekolah Menengan Atas yang bernama Haviz. Nama yang abnormal dan gres beliau tahu bila nama itu ialah pacar Mulan sobat alumni Sekolah Menengan Atas dahulu. Nisa memang tidak terlampau akrab dengan Mulan. Jadi, dia tidak tahu-menahu urusan Mulan saat Sekolah Menengan Atas dulu.
“Hallo… ini Nisa kan? Alumni Sekolah Menengan Atas Sekar Arum? Kamu teman dekatnya Mulan bukan?”, Tanya Haviz cowo misterius itu dengan gaya mengintrogasi Nisa.
“Ya benar ini aku Nisa. Ma’af ini siapa ya?”, jawab Nisa dengan enteng dan sedikit penasaran sebab cowo misterius itu tahu nama dan asal sekolahku dulu.
“Nisa, kau tahu Mulan dahulu penah akrab dengan cowo siapa pun? sekarang beliau bersahabat dengan siapa?”
Nisa keheranan dengan pertanyaan cowo misterius. Datang tak diundang datang-tiba menanyakan hal abnormal yang buatnya tidak bisa menjawab karena sudah bertahun-tahun lamanya Nisa putus komunikasi dengan Mulan setelah lulus Sekolah Menengan Atas. Mungkin alasannya kesibukan masing-masing yang menciptakan jarak hubungan dan komunikasi menjadi renggag.
“Oalllahh… ya aku tidak tahu toh. Udah lama nyaris 5 th gak komunikasi sama ia sesudah lulus Sekolah Menengan Atas. Saya gak tahu-menahu permasalahan ia. Gak mau ikut campur persoalan orang lain. Ma’af, ini siapa ya?”, ujar Nisa.
“tuuuuuuutttttttttttttttt……”, cowo misterius itu memutus kan panggilan tanpa memberitahu namanya.
“dasar cowo asing, sok misterius. Mana tahu aku cowo Mulan. Posesif banget jadi cowo”, Ujar Nisa sedikin Menggerutu dalam hatinya.
Tak berapa lama kemudian, cowo misterius itu menginformasikan namanya lewan pesan singkat. cowo misterius itu mengirim SMS pada Nisa menceritakan problem yang dia alami dengan Mulan. Akan namun, Nisa tak menghiraukan isi SMS itu.
Dengan hati sedikit penasaran, nisa mengajukan pertanyaan lewat pesan singkat, “Dari mana kamu dapat no hp ku? Kenapa kamu tahu sobat-temanku dan asal sekolahku?”.
“Aku mampu no kamu dari Reza sobat sekelasmu. Ya saya tahu sebab dulu saya pernah melakukan pekerjaan di SMA Sekar Arum. Aku keponakan pak Yanto guru Sekolah Menengan Atas kamu dahulu”, balas ia.
Panjang Lebar ia mencurahkan isi hatinya ihwal masalah yang ia alami dengan Mulan. Tak terasa setiap hari Nisa dan Haviz saling berkomunikasi dengan jarak yang memisahkannya. Meskipun kata dia mengenal Nisa dan pernah melihat Nisa waktu Sekolah Menengan Atas dulu, walaupun kata ia pernah melakukan pekerjaan di Sekolah Menengan Atas dulu Nisa belajar, tetapi Nisa tak pernah melihatnya apalagi mengenalnya. Mungkin aku pernah menyaksikan dia, namun saya tidak tahu nama beliau.
Mungkin gila dan tidak masuk logika, mungkin ini bisa dibilang sesuatu hal yang sia-sia saja sebab menyayangi seseorang yang belum pernah beliau lihat dan dia temui. Mungkin ini cuma membuang-buang waktu saja. Walaupun kerap kali hati kecil Nisa merasa ragu akan kebenaran yang dia ceritakan, tetapi entah seperti ada sesuatu yang mengganjal di hati. Sesuatu yang menjadikannya menjadi berlawanan, sesuatu yang membuatnya merasa nyaman.
Tak terasa hubungan mereka semakin jauh, walaupun cuma melalui SMS dan Telepon. Hubungan yang mereka jalani yang dibatasi oleh jarak dan waktu. Hubungan yang tak pernah tahu bagaimana huruf satu sama lain yang sebetulnya. Aku tak tak pernah melihatnya, tetapi ia pernah melihatku. Entah apakah dia benar-benar mengetahui Nisa atau cuma sekedar sandiwara saja.
Mungkin ini Gila dan tidak masuk akal, tapi tak mampu dielakkan lagi bahwa ini rasa yang ada di tengah-tengah bayang-bayang delusi. Entah ini imajinasi, imajinasi, atau hanya kisah belaka, tetapi ini kenyataan yang Nisa alami.
Nisa senantiasa berharap supaya ini bukan sekedar mimpi belaka, tetapi dia tiba di hadap nisa secara eksklusif untuk bisa mencicipi secara positif. Terkadang menahan rasa rindu yang tak tentu arah dan tak pasti itu membuat Nisa terasa sakit. Ingin rasanya berlari dan terbang tinggi mengepakkan sayap-sayap kegundahan supaya sedikit-demi sedikit rasa sakit ini sirna.
Rasa sakit yang tak mampu terbalaskan alasannya adalah entah sampai kapan ia dapat bertahan dengan keadaan mirip ini. Menunggu yang tidak niscaya kedatangannya untuk menampakkan diri di depan Nisa. Menanti janji yang dia katakan jika dia akan datang menemui Nisa
Terkadang keraguan tiba silih berganti menyambangi hati dan fikiran Nisa. Tak pernah letih Nisa mencari Informasi wacana ia pada sahabat-sobat yang penah cowo misterius itu ceritakan. Teman itu tidak lain yaitu teman-teman sekelasku dahulu waktu Kelas XI. Entah mengapa banyak kejanggalan dan keraguan yang tumbuh dalam benaknya.
“Apakah dia benar-benar ada? Apakah perasaan yang dia ungkapkan itu benar? Apakah perasaan ini benar? Oh Tuhan, aku tak pernah tahu bagaimana bahu-membahu dia yang sebetulnya. Tolong beri aku petunjukmu. Mungkin saya telah terjebak. Akankah ini sandiwara??”, ujar Nisa mengajukan pertanyaan-tanya dalam dirinya sendiri.
Sudah terlalu usang Nisa menunggu dan sarat harapan-harapan kosong yang tak niscaya. Terlalu lama Nisa bertaham dalam keadaan dan suasana yang menyakitkan. Terlalu letih untuk bertahan dengan hal yang menyita waktu. Terlalu rendah mengharap sesuatu yang tak niscaya kebenaran dan keberadaannya.
***

Pohon-pohon rindang menari indah, meliuk-liuk tertiup angin yang cukup kencang. Daun-daun saling berguguran. Awan di langit terlihat pekat. Hujan di sore hari ini akan turun membasahi permukaan bumi. Suasana tampak sepi. Nisa duduk sendiri menikmati alam menjelang senja.
Memandang bahari yang terhampar luas, deru ombak memecah karang,  burung-burung berterbangan bersuka ria, kapal-kapal yang saling berderet, berlayar mengelilingi bahari untuk mengais rejeki, buki-bukit yang menjulang tinggi, mentari yang mulai bersembunyi di singgahsananya, tebing-tebing yang menjadi dinding panorama itu terlihat cukup eksotis.
Merenung diri menikmati indahnya pantai. Ingin sekali berteriak sekeras mungkin biar beban yang mengikat jiwa dan menyesakkan data perlahan hilang. Namun, percuma saja. Hal itu tidak dapat menuntaskan masalah.
Biarlah saya teriak hingga memecah karang, biarlah burung-burung menertawakanku karna melihatku menangis tersedu, biarlah sang mentari mongolok-olokku alasannya adalah saya tampaklemah dan tak perdaya oleh rasa cinta yang terus menggebu. Biarlah ombak itu menjadi saksi kesedihanku “Entah hingga kapan semua ini rampung. Haruskan suasana, dan waktu yang mau mengakhirinya. Aku lelah dengan semua ini…”, teriaknya dalah benak Nisa.
Apalah arti cinta jikalau hati senantiasa terluka. Apakah ada yang istimewa dari kata cinta? Kenapa aku harus mengenal cinta bila hanya untuk coba-coba saja? Nisa tampaktak berdaya. Dia duduk sendiri dengan paras lusuh, air matanya senantiasa setia mengawalkesendiriannya.
Kartika sebagai kakaknya cuma dapat membisu melihat sahabatnya dari kejauhan. Melihat adik kesayangannya terus menangis dengan mata yang tampakmerah, tampang yang penuh kabut pekat, dan sorotan matanya yang tampaktanpa semangat. Rasa iba timbul di hati Kartika ketika menyaksikan sahabatnya terlihat terpuruk.
“Nisa, bersandarlah di bahu kakak ini. Teruslah kamu menangis kalau itu membuatmu sedikit tenang, teruslah berteriak bila itu menciptakan bebanmu menjadi berkurang. Tapi, janganlah kau berlarut-larut dalam keterpurukan. Ayo bangkitlah sayang.. kau sahabatku yang sungguh tegar. Kau pasti bisa melewatinya. Ingatlah periode depan kita masih panjang. Haruskah kita terpuruk hanya alasannya adalah cinta??”, ujar Kartika yang mendekatinya dan duduk bersama di samping Nisa.
“Kak… tolong aku… kenapa jadi seperti ini??”, ujar Nisa sembari menitihkan air mata.
“sudahlah dik. Semuanya telah jelas. Dia tak patut untuk kau pertahankan. Kalau memang dia betul-betul denganmu niscaya beliau akan tiba padamu, beliau pasti akan menepati janjinya”, ujar Kartika memeluk adik manisnya itu.
“Iya lalu harus hingga kapan aku menanti yang tidak pasti. Terlalu usang saya menanti. Aku lelah dengan semua ini. Aku tidak mengetahui apa beliau sungguh-sungguh serius denganku atau hanya untuk coba-coba saja. saya merasa dia menghubungiku jikalau dia merasa sepi, bosan, dan membutuhkanku. Dia tak pernah mau peduli dengan keadaanku. Aku tak mengetahui lagi dengan semua ini. Ingin kuakhiri semua ini, tetapi tidak mampu. Aku mesti bagaimana”, jawab Nisa dengan kepala menunduk. Seakan-akan ia tak kuasa menahan lara di hatinya.
“kalau kamu mengajukan pertanyaan padaku mesti bagaimana, aku tak mampu menjawabnya. Nisa, lihatlah aku. Hanya dirimulah yang mengetahui diri kamu sendiri. Buat apa dipertahankan jikalau memang semuanya itu cuma menyakiti diri kamu sendiri. Kamu harus mampu berdiri, Nisa. Lupakanlah ia. Biarlah tangan Allah yang membawanya di hadapanmu nanti”, jawab Kartika.
“Jadi menurutmu, aku harus move On dari ia? Apakah aku bisa? Sebenarnya, telah berkali-kali saya coba bahkan dengan aneka macam cara saya kerjakan semoga saya bisa berhenti untuk berpikir tentangnya, tapi apa yang terjadi itu membuatku makin terluka. Semakin saya memaksakan diri untuk melupakannya, kian hatiku mendesak untuk berpikir tentangnya. Aku tak mengetahui lagi”, ujar Nisa dengan tatapan kosong.
“hai Nisa, lihatlah kapal-kapal yang sedang berlayar di tengah laut sana! Lihatlah dengan sarat keibaan! Dia tegar, berpengaruh melawan arus, menerjang oimbak, bahkan dia tidak menimbang-nimbang balasannya yang terjadi nanti di tengah laut sana. Itu beliau lakukan demi istri dan anak-anaknya. Dik, kau masih muda, masih punya banyak mimpi yang harus kau kejar dank au raih. Haruskah waktumu kau habiskan untuk laki-laki yang telah membuatmu terluka?”, Tanya abang dengan raut tampang yang sarat iba dan lapang dada menasihati adik kesayangannya.
“ya kak, Nisa memahami sekarang. Nisa keliru selama ini. Nisa salah karena tidak mau mnuruti hikmah kakak. Dulu abang penah bilang untuk tidak ters-jalan masuk menyikapi beliau, tetapi aku bersikukuh dengan sikapku yang pada kesannya buatku terluka sendiri. Terima kasih kak, sidah setia menasihatiku dan menemaniku kurun aku terpuruk”, ujar Nisa.
“ya sama-sama adikku sayang.. sudahlah tidak ada yang perlu disesali. Yang paling penting kini kau mesti bangkit. Buka lembaran gres. Kau kejar mimpimu itu setinggi-tingginya. Jadilah anak yang membanggakan orang renta dan abang. Buktikanlah pada dunia bila kamu bisa menaklukan dunia. Sudah, hapus air matamu itu!”, ujar Kak Kartika meyakinkanku untuk tetap semangat dan tegar.
Sekeras-kerasnya hati abang, tak pernah meninggalkan adik kesayangannya dalam kesusahan, ketika dihinggapi dengan kekecewaan, bahkan dalam keadaan terpuruk sekalipu. Dialah selalu setia ada untuk Nisa. Dialah selalu setia memayunginya ketika hujan angin kencang mengguyur sekujur tubuhnya.
***

  Sogok | Cerpen Yuditeha

Satu tahun lamanya tidak terasa Nisa Move On dari cowo misterius itu. waktu yang menenteng Nisa untuk melupakan semua hal tentang dia berhenti mengharap sesuatu yang sarat kepalsuan dan ketidakpastian.

Karya : Mike Azminatul Khayatika, S.Pd.
—-