Teks Khutbah Idul Adha Yang Menjamah Hati: Membangun Impian Dunia Dan Akhirat

Teks Khutbah Idul Adha Yang Menyentuh Hati: Membangun Cita-Cita Dunia dan Akhirat

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ اَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
أَمَّا بَعْدُ ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Kaum muslimin yang berbahagia!
Betapa besar karunia Allah Ta’ala kepada kita semua. Betapa tidak terhingga nikmat-Nya untuk kita semua. Ada yang kita sadari, namun lebih banyak yang luput dari kesadaran kita. Marilah kita renungkan betapa banyak kedurhakaan kita terhadap-Nya. Betapa hari demi hari yang kita jalani tidak pernah luput dari kelalaian untuk mengingat-Nya. Tapi dengan semua kelalaian itu, Allah Azza wa Jalla tidak pernah teledor dan bosan untuk terus-menerus mencurahkan nikmatNya terhadap kita. Semua kedurhakaan kita tidak membatasi Dia yang Maha perkasa untuk tetap menyelimuti kita dengan kasih sayangNya.

Dan hari ini, Ia masih membolehkan kita untuk sekali lagi bersujud kepadaNya, untuk sekali lagi bertakbir dan bertahlil mengagungkan namaNya, dan untuk sekali lagi bertaubat kepadaNya. Kita tidak pernah tahu, hadirin sekalian, boleh jadi inilah sujud terakhir kita padaNya di dunia ini. Inilah takbir dan tahlil terakhir kita untukNya. Dan inilah taubat kita untuk terakhir kalinya kepadaNya.
Allahu akbar, Allahu akbar, walillahilhamd.

Kaum muslimin rahimahukumullah!
Idul Adha akan selalu mengingatkan pada sosok Ibrahim alaihissalam dan keluarganya. Hari ini, di saat jutaan saudara kita kaum muslimin bergegas menyelesaikan prosesi ibadah haji yang agung, di tanah air ini, kita duduk sejenak untuk merenungkan pelajaran-pelajaran yang dititipkan Allah kepada kita melalui dongeng monumental Nabi Ibrahim dan keluarganya ‘alaihimussalam.  Allah Subhanaau Wa Ta’ala berfirman:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

“Sungguh bagi kalian terdapat acuan yang baik dalam (diri) Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya…” (al-Mumtahanah: 4)

Sosok Ibrahim ‘alaihissalam ialah pola pengorbanan yang lapang dada. Nabi Ibrahim mengajarkan kepada kita bahwa seorang mukmin mesti sepenuhnya hidup untuk sebuah obsesi dan cita-cita yang tinggi. Bahwa obsesi dan cita-cita seorang mukmin tidak akan pernah terhenti sampai dia menjejakkan kakinya di dalam Surga Allah. Obsesi dan impian itulah yang membuatnya rela melakukan pengorbanan demi pengorbanan di kehidupan dunia yang terlalu singkat ini.

Nabi Ibrahim ‘alaihissalam mengajarkan terhadap kita bahwa obsesi dan impian hidup kita sepenuhnya harus senantiasa diukur dengan keridhaan dan kecintaan Allah Azza wa Jalla. Apa yang diridhai dan dicintai oleh Allah dan RasulNya, maka itulah obsesi dan harapan kita. Jika tidak, maka obsesi dan cita-cita itu mesti secepatnya kita hapus dan buang jauh-jauh dari kehidupan kita. Karena obsesi dan cita-cita yang tidak diridhai oleh Allah Ta’ala hanya akan menjinjing kehidupan kita dalam serial bencana dan kehancuran yang tidak akan habisnya.

Maka demi obsesi dan impian tertingginya akan Surga, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam melintasi gurun sahara yang kering, di bawah cengkraman terik matahari dan pelukan malam-malam yang acuh taacuh. Dan ia tidak sendiri dalam perjalanan itu. Istri dan bayi mungilnya berpartisipasi “menikmati” perjalanan sarat obsesi itu. Obsesi akan Surga Allah.

Bayangkanlah, pengunjung sekalian, betapa tidak mudahnya perjalanan itu! Tapi inilah caranya untuk mengambarkan terhadap Allah Azza wa Jalla bahwa mereka benar-benar dengan obsesi ihwal Surga itu. Dan kita semua pasti mengenali bahwa pengorbanan Nabi Ibrahim dan keluarga kecilnya itu tidak berhenti sampai di situ.

Pertanyaan pentingnya untuk kita semua yaitu:
Sudahkah obsesi dan harapan hidup kita sepenuhnya untuk Allah?
Jika jawabannya yakni iya, maka seberapa besar sudah pengorbanan yang kita tunjukkan kepadaNya untuk itu?
Bersyukurlah jika tahun ini kita ikut menyembelih hewan kurban, namun untuk obsesi sehebat Surga, pasti mesti lebih dari itu!
Dalam konteks pengorbanan ini pula, maka kita teringat kepada dongeng heroik Keluarga Yasir di permulaan Islam, ketika mereka melewati penyiksaan demi penyiksaan atas janji keislaman mereka, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghibur mereka dengan mengatakan:

  Teks Khutbah Idul Adha Yang Menggetarkan Jiwa: Pengorbanan Atas Dasar Cinta Terhadap Allah Swt

صَبْرًا يَا آلَ يَاسِرٍ ، فَإِنَّ مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةُ

“Bersabarlah, wahai Keluarga Yasir! Karena bantu-membantu akad pertemuan kalian ialah Surga.”

Allahu akbar, Allahu akbar, walillahil hamd!

Kaum muslimin yang berbahagia!

Hingga detik ini, negeri kita yang secara umum dikuasai muslim ini terus-menerus menjadi panggung kawasan dipentaskannya banyak sekali macam krisis dan bencana akhlak dan akhlak yang memilukan. Kisah-kisah para pejabat Negara yang korupsinya tidak pernah puas, yang didukung oleh keadaan penegakan keamanan dan keadilan yang berat sebelah dan memihak kepentingan tertentu, sudah menjadi konsumsi rutin kita tiada henti. Pembasmian korupsi seperti lebih sering mendapatkan jalan buntu, namun penangkapan dengan alasan terorisme begitu sering mengukir prestasi.

Lalu datang-datang kita dikejutkan oleh seorang hakim pengadilan negeri yang tertangkap basah dalam pesta narkoba di suatu hotel, yang tanpa ragu menggelontorkan uang sebesar 10 juta rupiah dalam satu malam itu saja! Begitulah, ternyata krisis etika dan etika sudah melanda orang-orang renta di negeri ini. Lalu bagaimana dengan generasi mudanya?

Menurut catatan PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) Kalimantan Timur, sepanjang tahun 2008 saja dari sekitar 300 lebih responden yang diteliti (Pelajar Sekolah Menengah Pertama dan SMA), sebagian besar di antaranya sudah sering berzina, bahkan ada yang telah hamil.

Sekitar 14 % dari mereka melaksanakan perbuatan amoral (zina) itu di lingkungan sekolah, sedangkan 28 % dari mereka melakukannya di rumah. Sisanya, di kawasan rekreasi dan di hotel-hotel.

Di Papua, terdapat sekitar ratusan pelajar yang mengidap HIV/AIDS. Dari jumlah tadi, 60 % lebih diderita pelajar orisinil asal Papua dan 40 % lagi pelajar non Papua (pendatang), sebagaimana disampaikan oleh Komisi Penanggulangan HIV/AIDS (KPAD) Provinsi Papua. Dan semua itu yakni fenomena gunung es. Sedikit yang terungkap, dan lebih banyak lagi yang tidak terungkap. Kita juga tentu mengikuti fenomena tawuran antar pelajar dan mahasiswa yang terkadang disebabkan oleh hal-hal remeh yang tidak masuk di nalar.

Dengan semua fenomena kebobrokan kaum muda Indonesia itu, kita kemudian dikejutkan dengan klaim sebuah media televisi bahwa forum-lembaga Rohis adik-adik kita di Sekolah Menengan Atas ialah sarang pengkaderan teroris. Stasiun televisi itu lupa bahwa Rohis ialah benteng utama pembinaan moral belum dewasa kita. Kenyataan dan fakta ini tentu saja membuat kita mengajukan pertanyaan: Mengapa itu semua terjadi?

Dalam konteks usaha Nabi Ibrahim, kita dapat menyampaikan bahwa banyak generasi bau tanah dan generasi muda telah kehilangan obsesi dan impian hidup yang bahwasanya. Banyak orang berjalan dalam obsesi-obsesi semunya. Mereka semua mungkin tahu bahwa korupsi, berzina dan melaksanakan kezhaliman itu dosa. Tapi lemahnya obsesi dan cita-cita darul baka, menciptakan mereka takluk tak berdaya pada godaan dunia yang merusak abad depan alam baka mereka. Karena obsesi semacam ini pula, banyak orang renta yang lupa bahwa anak-anak mempunyai kebutuhan yang jauh lebih besar daripada duit dan bahan. Mereka membutuhkan belaian cinta dan panduan penuh kasih sayang dari orang tua mereka.

Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd!

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah!

Tapi impian menjadi lebih baik selalu ada, sebagaimana pintu taubat Allah senantiasa terbuka bagi siapapun di antara kita yang ingin bermetamorfosis hamba yang lebih baik. Sekali lagi, marilah mencar ilmu dari Nabi Ibrahim alaihissalam. Beliau ialah acuan bagi setiap orang renta yang mengasihi anaknya. Beliau mengajarkan terhadap kita cara yang benar dalam mengasihi anak kita. Bukan dengan memuaskan segala permintaannya, tapi dengan mendekatkan mereka terhadap Allah dengan penuh pesan yang tersirat dan kelembutan.

إِنَّ إِبْرَاهِيمَ لَحَلِيمٌ أَوَّاهٌ مُنِيبٌ

“Sesungguhnya Ibrahim itu adalah seorang yang lembut, pengasih dan selalu kembali (terhadap Allah).” (Hud: 75)

Inilah sifat dan karakter dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang renta: lemah lembut, pengasih dan yang tidak kalah pentingnya: senantiasa kembali dan bersandar terhadap Allah yang Mahakuat. Coba renungkan doa yang dipanjatkan Ibrahim sebab kecintaannya terhadap keluarga dan anak-anaknya:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آَمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berdoa: ‘Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang kondusif dan jauhkanlah aku serta keturunanku dari menyembah berhala…” (Ibrahim: 35)

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

  Khutbah Jumat Pertama Kali Dijalankan Pada

“Wahai Tuhanku, jadikanlah aku sebagai orang yang menegakkan shalat, beserta keturunanku. Duhai Tuhan kami, terimalah doaku…” (Ibrahim: 40)

Kaum muslimin yang berbahagia!

Demikianlah kegalauan dan kekhawatiran Ibrahim kepada keturunannya. Karena itu, mirip Nabi Ibrahim, sebaiknya kita senantiasa khawatir bila bawah umur kita balasannya tidak lagi menyembah Allah dan menghambakan diri terhadap selain Allah. Seharusnya kegalauan anak kita tidak shalat dan mengerjakan perintah Allah lebih besar daripada saat ia kehilangan karirnya.

Di sinilah Nabi Ibrahim alaihissalam –sekali lagi- mengajarkan terhadap kita untuk berani berkorban demi obsesi dan cita-cita akhirat kita.
Kita mesti berani mengorbankan obsesi politik kita, kalau itu hanya akan merusak kurun depan akhirat kita.
Kita harus berani mengorbankan obsesi karir dan jabatan kita, jika itu cuma akan membuat Allah murka terhadap kita.
Kita mesti berani mengorbankan obsesi nafsu kita, kalau itu cuma akan membuat kita menyesal di ketika penyesalan tidak akan pernah berguna lagi di Padang Mahsyar.
Semua obsesi keduniaan itu tidak akan membuat kita senang, kalau pada akhirnya cuma akan menorehkan nama-nama kita dalam barisan makhluk yang dimurkai oleh Allah Azza wa Jalla.

Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd

Hadirin yang dimuliakan Allah!

Kepada mereka yang mendapatkan amanah untuk memimpin dan mengontrol negeri ini, mulai dari level nasional sampai level lokal…Kepada aparatur peradilan dan keselamatan…Tunaikanlah amanah mengontrol negeri ini dengan sarat rasa takut terhadap Allah. Jangan pernah berlaku zhalim sedikit pun, alasannya adalah itu –kata Rasulullah- akan menjadi kegelapan yang berlapis-lapis pada hari akhir zaman. Renungkanlah senantiasa firman Allah Ta’ala ini:

وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ

“Dan jangan pernah sekalipun engkau menyangka Allah akan teledor dengan apa yang dikerjakan oleh orang-orang zhalim. Sungguh Allah cuma mengulur mereka hingga hari di mana pandangan mata mereka terbelalak.” (Ibrahim: 42)

Kepada rekan-rekan generasi muda, jangan pernah terlena dengan tubuh yang masih berpengaruh, mata yang masih tajam, kulit yang mesih kencang dan usia yang belum tua. Semua itu sama sekali bukan jaminan bahwa perjalanan Anda di dunia masih usang. Sebab tua dan muda mempunyai kedudukan yang sama di hadapan ajal. Gunakanlah tubuh yang besar lengan berkuasa dan usia muda ini untuk melakukan pekerjaan menjangkau kesuksesan dunia dan akhirat Anda.

Kepada para muslimah yang mulia, kaum wanita yaitu pilar utama bangunan sebuah penduduk . Dan kaum wanita cuma bisa menjadi pilar utama itu bila mereka tetap berada dalam fitrah kewanitaan mereka sesuai yang digariskan Allah dan RasulNya. Dan hari ini, Indonesia yang tertatih-tatih ini menunggu kehadiran Anda, para wanita sejati, yang membelai dan mendidik anak-anaknya dengan cinta, yang mencar ilmu setinggi-tingginya semoga mampu menjadi ibu yang cerdas dan bijak bagi anak-anaknya, bukan untuk yang yang lain…

Kepada para penanggung jawab dan pelaksana media info, pesan kami cuma satu: tulis dan sampaikan apa saja yang ingin Anda sampaikan, tapi ingatlah bahwa setiap kata dan ucapan itu akan Anda pertanggungjawabkan di hadapan Allah Azza wa Jalla. Tak satu pun kata yang tertulis atau terucapkan yang hendak luput dari pengadilan Allah kelak. Karenanya berhati-hatilah dengan pena dan ucapan Anda.

Allahu akbar, Allahu akbar, walillahilhamd

Kaum muslimin yang berbahagia!

Mari berkurban sesuai tuntunan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam , binatang yang mampu dikurbankan yaitu domba yang genap berusia 6 bulan, kambing yang genap setahun, sapi yang genap 2 tahun. Syaratnya, hewan kurban dilarang memiliki cacat atau penyakit yang mampu kuat pada dagingnya, jumlah maupun rasanya, contohnya: kepicakan pada mata, kepincangan pada kaki dan penyakit pada kulit, kuku atau verbal.

Seekor domba atau kambing cuma mencukupi untuk kurban satu orang saja, sedangkan seekor sapi boleh berserikat untuk tujuh orang, kecuali berserikat pahala maka boleh pada semua jenis tanpa batas. Sebaiknya pemilik kurban yang menyembelih sendiri binatang kurbannya, tetapi ia bisa mewakilkannya terhadap penjagal, dengan syarat seorang muslim yang menjaga shalatnya, mengetahui aturan-aturan menyembelih dan upahnya tidak diambilkan dari salah satu bab hewan kurban itu sendiri, kulit atau daging, walaupun dia juga mampu menerima bab dari hewan kurban sebagai sedekah atau hadiah. Waktu penyembelihan hewan kurban ialah seusai pelaksanaan shalat Idul Adha sampai tiga hari tasyriq setelahnya.

Pembagian hewan kurban yang telah disembelih mampu dibagi tiga bagian, sepertiga buat pemiliknya, sepertiga buat kado dan sepertiga buat sedekah kepada fakir miskin. Nilai pahala hewan kurban seseorang di sisi Allah Ta’ala tidak cuma diukur dengan banyaknya daging yang dihasilkan atau banyaknya darah yang dikucurkan, tetapi sifat keikhlasan pemiliknya, olehnya itu luruskanlah niat cuma mengharap akibat dariNya semata.

  Khutbah Jumat Dongeng Inspiratif: Allah Swt Masih Menutupi Aib Kita

Dan alasannya hari ini bertepatan dengan hari Jum’at, maka perlu dikenali bila hari raya bertemu dengan hari Jum’at, maka keharusan shalat Jum’at menjadi gugur bagi kaum pria yang mengikuti shalat Ied, sehingga beliau cuma wajib melakukan shalat Zhuhur. Namun yang afdhal kalau dia tetap hadir shalat Jum’at. Tetapi para imam dan khathib Jum’at dibutuhkan tetap menunaikan shalat Jum’at, semoga syiar Jum’at tetap terjaga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اجْتَمَعَ فِي يَوْمِكُمْ هَذَا عِيدَانِ فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ مِنْ الْجُمُعَةِ وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ

“Telah bertemu pada hari kalian ini 2 hari raya. Maka barang siapa yang hendak, maka shalat Ied itu sudah mencukupkannya dari shalat Jum’at, namun kami (tetap) melaksanakan shalat Jum’at.”

Hadirin yang berbahagia!

Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar walillahilhamd!

Akhirnya, di ujung khutbah ini, marilah kita tundukkan hati dan jiwa serta seluruh badan ini kepada Allah, untuk berdoa dengan penuh keikhlasan padanya.

الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على رسوله الأمين و على آله وصحبه والتابعين،
اللَّهُمَّ إِنَّا نَحْمَدُكَ بِأَنَّكَ أَهْلٌ أَنْ تُحْمَد وَنَشْكُرُكَ بِأَنَّكَ أَهْلٌ أَنْ تُشْكَر وَنُثْنِيْ عَلَيْكَ الْخَيْرَ كُلَّهُ فَإِنَّكَ أَنْتَ أَهْلُ الْمَجْدِ وَالثَّناَءِ ، رَبَّناَ ظَلَمْناَ أَنْفُسَناَ ظُلْماً كَثِيْراَ وَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ فَاغْفِرْ لَناَ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْناَ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَحِيْم

Duhai Allah yang Maha pengasih, yang Mahalembut…kami tidak pernah mampu mengkalkulasikan karuniaMu terhadap kami, seperti kami tidak pernah sanggup menjumlah berapa banyak kedurhakaan kami kepadaMu. Seharusnya kami patuh pada perintahMu, tapi kami lebih sering durhaka. Seharusnya kami jauhi laranganMu, tetapi kami lebih sering mengikuti hawa nafsu kami.

Duhai Allah yang Maha pengampun, tidak ada yang bisa mengampuni dan menutupi semua dosa kami selain Engkau. Engkaulah Penguasa segalanya. Ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa yang acak-acakan di sepanjang hidup kami…Ampuni kelalaian kami mengingatMu…Ya Allah, kalau Engkau tak lagi berkenan mengampuni kami, maka entah ke mana lagi kaki ini melangkah mencari pengampunan itu.

Duhai Allah yang Maha melihat, yang Maha mendengar…hari ini, untuk kesekian kalinya kami menundukkan jiwa kami dan mengakui betapa seringnya kami durhaka terhadap kedua orang tua kami. Tidak jarang kami membantah dan berbicara tidak pantas terhadap mereka…Betapa seringnya kami mengabaikan keperluan mereka…Kami kerap kali lupa bahwa mereka-lah pintu kami memasuki Surga-Mu, ya Allah.

Duhai Allah yang Maha luas ampunanNya, ampunilah semua kedurhakaan dan kelalaian kami terhadap mereka…liputilah kedua orang bau tanah kami dengan ampunan dan rahmatMu…terangi alam kubur mereka yang telah tiada dan berikan kekuatan berzakat shaleh terhadap mereka yang masih hidup…Ya Allah, izinkan kami untuk berbakti sebaik-baiknya kepada mereka sampai kehidupan kami selsai di dunia ini.

Ya Allah, yang Maha perkasa dan Maha bijaksana…Nun jauh di sana, ratusan bahkan ribuan kerabat kami sedang melewati episode-episode yang berat dalam hidup mereka. Di Suriah, Irak, Palestina dan tempat lainnya, kerabat-saudara kami tetap membesarkan dan mengagungkan Nama-Mu di bawah cengkraman lawan-musuhMu yang zhalim. Ya Allah, tidak ada satupun yang luput dari pengetahuanMu…Dengan keMahakuasaanMu, segerakanlah pemberian dan kemenangan untuk mereka…Segerakanlah kehancuran dan kekalahan kepada siapapun yang berkonspirasi menzhalimi mereka, Ya ‘Aziz, Ya Jabbar, Ya Dzal Jalaali wal ikram.

Ya Allah, Tuhan yang Maha mendengar dan Maha menyaksikan…karuniakanlah terhadap kami pemimpin-pemimpin yang tidak pernah takut kecuali kepadaMu. Berikan hidayah kepada mereka untuk senantiasa beribadah dan menegakkan ketetapanMu…Karuniakanlah kepada kami para pemimpin yang memimpin kami dengan cinta, yang nrimo memimpin untuk kebaikan kami di dunia dan akhirat…

Ya Allah, Zat Yang Maha Mengabulkan doa kabulkanlah doa kami, penuhilah usul kami. Kami adalahlah hamba-Mu yang lemah, impian kami cuma kepadaMu, Engkau Maha Mendengar, Engkaulah Penguasa satu-satunya Yang Haq, Engkaulah sebaik-baik Pemberi yang diharap.

رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ ،
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ،
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ