Tafsir Ilmi : Jasad Renik dalam Perspektif Al-Quran dan Sains

Tafsir Ilmi : Jasad Renik dlm Perspektif Al-Quran & Sains

Mikroorganisme atau jasad renik mempunyai satu kesamaan, yakni ukuran yg sungguh kecil & tak mampu dilihat dgn mata telanjang insan. Ilmu yg mempelajari perikehidupan & lingkungan hidupnya dinamai Mikrobiologi, sebuah cabang ilmu wawasan yg dimulai dgn penemuan jasad renik oleh Antony van Leeuwenhoek pada 1675.

Kehadiran jasad renik dibicarakan selaku suatu hipotesis selama berabad-kala sebelum penemuannya dibuktikan dengan-cara ilmiah pada abad ke-17. Teori pertama perihal jasad renik kemungkinan dikemukakan oleh seorang peneliti dr Roma, Marcus Trentis Carro, dlm bukunya yg mengatakan perihal pertanian. dia menyarankan semoga manusia tak membangun rumah di sekeliling rawa. Di kawasan itu, tulisnya, banyak makhluk sungguh kecil & tak terlihat oleh mata telanjang yg terbang di udara & memasuki tubuh lewat lisan & hidung yg akan menyebabkan timbulnya penyakit.

Pernyataan Marcus Trentis Carro ini memberikan bahwa masyarakat pada masa lalu telah memahami kemungkinan tersebarnya penyakit balasan organisme yg tak mampu dilihat dgn mata telanjang.

Ibnu Sīnā yg dikenal dgn nama latin Avicienna, seorang ilmuwan muslim & andal pengobatan dr Persia, menyatakan dlm bukunya al-Qānūn fī aț-Ţibb (The Canon of Medicine) bahwa tinja terkontaminasi dgn sebuah organisme yg tak terlihat . ia pula berteori perihal menularnya penyakit tuberculosis & beberapa penyakit abses lainnya, & menyarankan cara karantina untuk menghalangi penularan. ia sudah menulis sekitar 450 buku dlm banyak sekali subjek, seperti filosofi, astronomi, & yg terbanyak, perihal pengobatan

DOWNLOAD 
Itulah tulisan kami wacana ulasan & review “Tafsir Ilmi : Jasad Renik dlm Perspektif Al-Quran & Sains” gampang-mudahan bermanfaat bagi para pembaca & kalau goresan pena ini berguna bagi orang lain silahkan untuk berbagi dgn men SHARE pada orang lain & kalau ada lebih rezeki silahkan untuk BERDONASI untuk pertumbuhan blog ini
  Terjemahan Tafsir Fathul Qadir 4 - Imam Asy-Syaukani