Bisakah ananda jelaskan struktur teks dr cerpen? Pada umumnya, cerpen mempunyai struktur yg membentuk seluruh teks cerpen. Ibarat sebuah bangunan, struktur cerpen berfungsi selaku kerangka yg memberi bentuk seluruh bangunan kisah cerpen. Suatu cerpen bisa dibilang selaku satu kesatuan dongeng yg utuh, padu, & lengkap apabila menampung seluruh struktur tersebut. Oleh karena itu, sebelum menciptakan karangan dongeng pendek, ananda mesti memiliki pengertian yg baik mengenai struktur ini.
Nah, dlm uraian kali ini, kami akan menunjukkan klarifikasi mengenai apa saja yg menjadi struktur dr suatu cerpen. Setelah membaca uraian ini, kami berharap pembaca dapat mengenali & memahami apa itu struktur cerpen semoga bisa membuat dongeng cerpen yg baik sesuai dgn kaidah yg berlaku. Berikut ini uraiannya:
Daftar Isi
Struktur Teks Cerpen
Struktur cerpen yg paling utama ada 6, yaitu; abstrak, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, & koda. Enam poin itulah yg membentuk seluruh bangunan dongeng cerpen. Berikut ini kami jelaskan satu per satu maksud dr masing-masing poin tersebut.
1. Abstrak Cerpen
Struktur cerpen yg pertama ialah abstrak. Dalam sebuah cerpen, absurd yaitu inti atau ringkasan dr keseluruhan kisah dlm cerpen. Dalam teknik pembuatan cerpen, abstrak inilah yg akan dikembangkan menjadi sebuah rangkaian-rangkaian kejadian atau insiden. Makara, kita bisa menyebutnya sebagai gambaran awal dr keseluruhan cerita yg akan dibangun nantinya. Meskipun, sifatnya opsional (boleh ada atau tidak), namun struktur ini penting dimengerti oleh para pembuat cerpen, alasannya bisa dijadikan bimbingan dlm proses pengerjaan cerpen.
2. Orientasi Cerpen
Struktur cerpen yg kedua yakni orientasi. Apa yg dimaksud dgn orientasi? Dalam suatu cerpen, orientasi ialah sesuatu yg berafiliasi dgn waktu, daerah, atau suasana yg berkaitan dgn kisah. Dalam pengertian yg lain, orientasi bisa diartikan pula sebagai pengenalan. Pada kepingan inilah akan dimunculkan seluruh tokoh yg terlibat dlm cerita pendek, lengkap dgn latarnya, baik latar tempat maupun latar waktu.
3. Komplikasi Cerpen
Struktur cerpen yg ketiga yakni komplikasi. Suatu cerpen yg baik harus mempunyai komplikasi, yakni urutan-urutan peristiwa yg saling berhubungan lewat hubungan alasannya adalah akibat. Para tokoh akan kelihatan akhlak atau karakternya dlm struktur ini lantaran pertentangan cerita mulai dimunculkan.
4. Evaluasi Cerpen
Struktur cerpen yg keempat adalah penilaian. Dalam suatu cerpen, evaluasi berkaitan dgn pertentangan-pertentangan yg terjadi dlm suatu cerita. Konflik tersebut akan diurut sedemikian rupa sehingga mengarah pada selesai dongeng. Dalam struktur ini pula akan ditampilkan cara penyelesaian pertentangan & tokoh-tokoh yg terlibat di dalamnya.
5. Resolusi Cerpen
Struktur cerpen yg kelima yakni resolusi. Jika pada struktur keempat di atas gres ditampilkan cara penyelesaian konflik, maka dlm struktur resolusi ini para tokoh seluruh konflik tersebut mulai tertuntaskan satu per satu. Pengarang cerpen mulai menunjukkan penyelesaian terhadap seluruh permasalahan yg terjadi.
6. Koda Cerpen
Struktur cerpen yg terakhir adalah koda. Dalam sebuah cerpen, koda berfungsi sebagai penutup kisah. Dalam bagian ini, akan ditampilkan pelajaran atau pesan yang tersirat yg terkandung dlm dongeng pendek.
Materi Cerpen Lainnya:
Contoh Analisis Struktur Cerpen
Setelah mengerti uraian di atas, maka kita bisa menerapkannya untuk menganalisis suatu karangan cerpen. Berikut ini akan kami tampilkan sebuah contoh teks dongeng pendek lengkap dgn analisis strukturnya.
Tikus & Manusia
Oleh: Jakob SumardjoEntah bagaimana caranya tikus itu memasuki rumah kami tetap sebuah misteri. Tikus berpikir dengan-cara tikus & manusia berpikir dengan-cara insan, hanya manusia-tikus yg bisa membongkar misteri ini. Semua lubang di seluruh rumah kami tutup rapat (sepanjang yg kami temukan), tetapi tikus itu tetap masuk rumah. Rumah kami dikelilingi kebun kosong yg luas milik tetangga. Kami mengira tikus itu yaitu tikus kebun. Tubuhnya cukup besar & bulunya hitam legam. (Orientasi)Pertama kali kami menyadari kehadiran penghuni rumah yg tak dipanggil, & tak kami ingini itu, tatkala saya tengah menonton Film The End of the Affair yg dibintangi Ralph Fiennes & Julianne Moore, seorang diri, sementara istri sudah mendengkur kecapaian di kamar. Waktu datang pada adegan panas pasangan menduakan Fiennes & Julianne, tengah bugil di ranjang, yg menciptakan saya menahan napas & pupil mata melebar, datang-datang kaki saya diterjang benda cuek yg meluncur ke arah televisi, & saya lihat tikus hitam besar itu berlari kencang bersembunyi di balik rak buku. Jantung saya hampir copot, darah naik ke kepala balasan terkejut, & otomatis kedua kaki saya angkat ke atas.Baru kemudian muncul kemarahan & dendam saya. Saya mencari semacam tongkat di dapur, & hanya saya temukan sapu ijuk. Sapu itu saya balik memegangnya & menuju ke arah balik rak buku.Tangan saya amat kebelet menghantam habis itu tikus. Namun, tak saya lihat wujud benda apa pun di sana. Mungkin begejil item sudah masuk rak penggalan bawah di mana terdapat lubang untuk memasukkan kabel-kabel pada televisi. Untuk memeriksanya, saya mesti mematikan televisi dahulu yg ternyata masih menayangkan adegan panas pasangan intelektual Inggris itu. Saya takut jika tikus keparat itu menyerang saya tiba-datang.Imigran gelap rumah itu saya biarkan selamat dahulu.Saya tak pernah menceritakan keberadaan tikus itu pada istri saya yg pembenci tikus, sampai pada suatu hari istri saya yg justru mengumumkan pada saya adanya tikus tersebut. Berita itu begitu pentingnya melebihi kegawatan masuknya teroris di kampung kami.“Pak, rumah kita kemasukan tikus lagi! Besar sekali! Item!”“Di mana Mamah lihat?”“Di dapur, lari dr rak piring menuju belakang kulkas!” Istri saya khawatir hebat, menahan napas, sambil mengacung-acungkan pisau dapur ke arah kulkas di dapur.“Sudah satu tahun enggak ada tikus. Rumah sudah higienis. Mengapa tikus masuk rumah kita? Tetangga jauh. Dari mana tikus itu?”“Itu tikus kebun, Mah,” jawab saya kalem sambil mengembalikan buku Nietsche ke rak buku.“Jangan kalem-santai saja Pah, cepat lihat kolong kulkas!”Wah, suasana kian gawat. Saya memenuhi perintah istri saya dgn menyalakan senter ke pecahan kolong kulkas. Tidak ada apa pun. Tikus keparat! Ke mana ia menghilang?Sejak itu istri saya amat ketat mempertahankan kebersihan. Semua piring di rak dibungkus kain, pula kawasan sendok. Tudung saji diberati dgn ulekan biar tikus tak bisa menerobos masuk untuk menggasak makanan sisa. Gelas bekas saya minum nescafe‑cream malam hari harus ditutup rapat. Tempat sampah ditutupi pengki penadah sampah sambil diberati batu. Strategi kami yakni semua daerah kuliner ditutup rapat-rapat sehingga tikus tak akan bisa menerobos.Istri saya memesan dibelikan lem tikus paling ahli, yakni merek Fox. Selembar kertas minyak tebal dilumuri lem tikus oleh istri saya & di tengah-tengah lumuran lem itu ditaruh ampela ayam belahan makan malam saya. Jebakan lem tikus ditaruh di kaki kulkas. Pada malam itu, tatkala istri saya tengah asyik menonton sinetron “Cinta Kamila”, yg setiap malam setengah sembilan selalu menangis itu, istri saya tiba-datang berteriak memanggil saya yg sedang mengulangi membaca Filsafat Nietsche di kamar kerja, bahwa si tikus terperangkap.Saya secepatnya menutup buku & lari ke dapur menyusul istri. Benar, seekor tikus hitam sedang meronta-ronta melepaskan diri dr kertas yg berlem itu.“Mana pukul besi?!” saya panik mencari pukul besi yg entah disimpan di mana di dapur itu.“Jangan dipukul Pah!”“Lalu bagaimana?” Saya menjawab mendongkol.“Selimuti dgn kertas koran. Bungkus rapat-rapat. Digulung supaya seluruh lem lengket ke badannya.”“Lalu diapakan?” Saya makin dongkol.“Buang di daerah sampah!”“Aah, mana pukul besi?” Kedongkolan memuncak.“Nanti darahnya ke mana-mana! Bungkus saja rapat-rapat!”Saya mengalah. Tatkala tikus itu akan saya tutupi kertas koran, matanya kuyu sarat ketakutan menatap saya. Ah, persetan! Saya menekan rasa belas kasihan saya. Tikus saya kemasan rapat-rapat, kemudian saya buang di tong sampah di depan rumah, sambil tak lupa menyanggupi perintah istri saya biar penutupnya diberati batu.Siang harinya sepulang dr mengajar, istri saya terbata-bata memberi tahu saya bahwa tikus itu lepas tatkala Mang Maman tukang sampah mau menuangkan sampah ke gerobaknya. Cerita Mang Maman, ada tikus meloncat dr gerobak sampahnya & lari ke kebun sebelah dgn terbungkus kertas coklat. Cerita lepasnya tikus ini beberapa hari kemudian diperkuat oleh Bi Nyai, pembantu kami, bahwa ia menyaksikan tikus hitam yg belang-belang kulitnya. Geram pula saya, & diam-membisu saya berbelanja dua jebakan tikus. Tatkala mau saya pasang malam harinya, istri saya keberatan.“Darahnya ke mana-mana,” katanya.“Ah, mudah, urusan saya. Kalau kena lantai, saya akan pel pakai karbol,” jawabku.Istri saya menyerah, & rupanya merasa punya andil bersalah juga. Coba kalau tikus itu dahulu kupukul kepalanya, tentu beres.Pada waktu subuh istri membangunkan saya.“Tikusnya kena, Pah!”Memang benar, seekor tikus hitam terjepit jebakan persis pada lehernya. Darah tak banyak keluar. Tatkala saya amati dr akrab, ternyata bukan tikus yg kulitnya sudah belang-gundul.“Ini bukan tikus yg lepas itu, Mah!”“Masa?”Ia mendekat mengamati.“Kalau begitu ada tikus lain.”“Mungkin ini istrinya,” celetekku.Tatkala mau saya lepas dr jebakan, istri saya melarangnya.“Buang saja ke kawasan sampah dgn jebakannya.”Rasa tak aman masih menggantung di rumah kami.Tikus belang itu masih hidup. Dendam kami belum terbalas. Berhari-hari kemudian kami memasang lagi lem tikus dgn bergantiganti umpan, seperti sate ayam, sate kambing, ikan jambal kegemaran saya, sosis, tetapi tak pernah sukses menangkap si belang.Bibi merekomendasikan semoga dikasih umpan ayam bakar. Saya membeli sepotong ayam bakar di kedai makanan padang yg paling ramai dikunjungi orang. Sepotong kecil paha ayam itu dipasang istri saya di tengah lumuran lem Fox, sisanya saya pakai lauk makan malam.Gagasan Bi Nyai ternyata ampuh. Seekor tikus menggeliat-geliat melepaskan diri dr karton tebal yg dilumuri lem.Tikus itu benar-benar musuh istri saya, di beberapa pecahan badannya sudah tak berbulu. Kasihan pula menyaksikan sorot matanya yg memelas seolah minta ampun.“Mah, cepat ambil pukul besinya.”Istri saya mengambil pukul besi di dapur & diberikan pada saya. Tatkala mau saya hantam kepalanya, istri saya melarang sambil berteriak.“Tunggu dahulu! Pukul besinya dikemas koran dulu. Kepala tikus pula dikemas koran. Darahnya bisa enggak ke mana-mana!”Begitu jengkelnya saya pada istri yg tak pernah berguru bahwa tikus yg merontaronta itu bisa lepas lagi.“Cepat sana. Cari koran!” bentakku jengkel.“Kenapa sih murka-murka saja?” sahut istri saya dongkol juga. Saya membisu saja, tetapi cukup tegang mengawasi tikus yg meronta-ronta makin hebat itu. Kalau dahulu berpengalaman lepas, pasti ia bisa lepas pula sekarang.Akhirnya tikus hitam itu saya hantam tiga kali pada kepalanya. Bangkainya dibuang bibi di daerah sampah. (Komplikasi)Beberapa hari sesudah itu istri saya mulai kendur ketegangannya. Kalau saya lupa menutup kopi nescafe, biasanya ia marah-murka jika bekas kopi susu itu dijilati tikus, tetapi kini tak mendengar lagi sewotnya. Begitulah kedamaian rumah kami mulai nampak, hingga pada suatu pagi istri saya mendengar sayup-sayup cicit-cicit suara bayi tikus! Inilah tanda-tanda perang baratayuda akan dimulai lagi di rumah kami. (Evaluasi)“Harus kita peroleh sarangnya! Bayi-bayi tikus itu kelaparan ditinggal kedua orangtuanya. Kalau mati bagaimana? Kalau mereka hidup, rumah kita menjadi rumah tikus!” kata istri.Lalu kami melakukan pencarian besar-besaran. Bagian-penggalan tersembunyi di rumah kami obrak-abrik, namun bayi-bayi tikus tak ketemu. Bayi-bayi itu pula tak kedengaran tangisnya lagi.“Mungkin ada di para-para. Tapi bagaimana naiknya?” kata saya.“Nunggu Mang Maman bila ambil sampah siang,” kata istri. Tatkala Mang Maman mau mengambil sampah di depan rumah, bibi minta kepadanya untuk naik ke para-para mencari bayi-bayi tikus.“Di sebelah mana, Bu?” tanya Mang Maman.“Tadi hanya terdengar di dapur saja. Mungkin di atas dapur ini atau erat-dekat sekitar situ,” sahut istri saya.Sekitar setengah jam kemudian Mang Mamang berteriak dr para-para bahwa bayi-bayi tikus itu didapatkan. Mang Maman membawa bayi-bayi itu di kedua genggaman tangannya sambil menuruni tangga.“Ini Bu ada lima. Satu bayi telah mati, yg lain sudah lemas. Lihat, napas mereka sudah tersengal-sengal.”Istri saya bergidik menyaksikan bayi-bayi tikus merah itu.“Bunuh & buang ke daerah sampah, Mang” kata istri saya.“Ah, jangan Bu, mau saya bawa pulang.”“Mau memelihara tikus?” tanya istri saya heran.“Ah ya tak Bu. Bayi-bayi tikus ini mampu dijadikan obat besar lengan berkuasa,” jawab Mang Maman sambil meringis.“Obat kuat? Bagaimana memakannya?”“Ya ditelan begitu saja. Bisa pula dicelupkan ke kecap lebih dulu.”Setelah memberi upah sepuluh ribu rupiah, istri saya masih terbengong-bengong menyaksikan Mang Maman memasukkan keempat bayi tikus itu ke kedua kantong celananya, sedangkan yg seekor dijinjing dgn jari & dilemparkan ke gerobak sampahnya. (Resolusi)Tikus-tikus tak terpisahkan dr hidup insan. Tikus senantiasa mengikuti insan & mengkonsumsi makanan insan juga. Meskipun bagi sementara orang, utamanya wanita, tikus-tikus amat menjijikkan, mereka sukar dimusnahkan. Perang melawan tikus ini tak akan pernah rampung. (Koda)Saya masih menunggu, pada suatu hari istri saya akan terdengar teriakannya lagi oleh penampakan tikus-tikus yg baru.
- Abstrak Cerpen: Cerita di atas mengisahkan ihwal pasangan suami istri yg direpotkan dgn permasalahan tikus-tikus di rumahnya.
- Untuk struktur yg lainnya telah kami tampilkan dlm cerpen. Kami beri tanda goresan pena cetak tebal hitam.
Demikianlah klarifikasi perihal Struktur Teks Cerpen & Contohnya. Bagikan materi ini pada teman yg membutuhkan. Terima kasih, simpel-mudahan berfaedah.