Usulan Perihal Korelasi Umur Dan Status Imunisasi Kepada Peristiwa Ispa Pada Balita

BAB I
PENDAHULUAN
 1.1.        Latar Belakang                                                                                          
Infeksi pada neonatus di negara kita masih ialah problem yang gawat. Di Jakarta utamanya di RSCM, jerawat ialah 10-15% dari morbiditas perinatal. Hal ini mungkin disebabkan RSCM Jakarta adalah Rumah Sakit  tumpuan untuk Jakarta dan sekitarnya.
            Infeksi pada neonatus lebih sering diemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di Rumah Sakit. Dalam hal ini tidak tergolong bayi yag lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Bayi baru lahir menerima imunitas trasplasenta pada kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar pada basil yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain.
Terhadap basil yang disebut terahir ini, bayi tidak mempunyai imunitas. Salah satunya yakni Infeksi Saluran Penapasan Akut (ISPA) termasuk salah satu penyebab akhir hayat yang paling banyak terjadi pada anak di Negara sedang meningkat . Infeksi saluran pernapasan akut ini menjadikan 4 dari 15 jt perkiraan pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap tahunnya sebanyak dua pertiga akhir hayat tersebut ialah bayi (WHO, 2003).
                        ISPA yaitu suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara berkembang maupun dinegara maju (WHO, 2003 ). Penyakit saluran pernapasan pada era bayi dan belum dewasa mampu pula memberi kecacatan hingga pada abad sampaumur, dimana didapatkan adanya kekerabatan dengan terjadinya Chronic obstructive pulmonary disease (WHO, 2003).
                        Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat utamanya adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), ialah mencakup bisul akut kanal pernapasan bab atas dan infeksi akut terusan pernapasan bab bawah.          Kurangnya pengetahuan ibu ihwal pentingnya imunisasi pertusis menjadikan banykanya balita terkena ISPA, imunisasi perusis adalah imunisasi yang diberikan supaya balita tidak rentan terkena jerawat saluran pernapasan. Diperkirakan kasus pertusis sejumlah 51 juta masalah ajal lebih dari 600.000 orang, namun hanya 1,1 juta penderita yang dilaporkan dari 163 Negara dalam tahun 1983. Hampir 80% bawah umur yang tidak diimunisasi menderita pertusis sebelum umur 5 tahun. Kematian karena pertusis, 50% terjadi pada bayi  umur<1 tahun (WHO, 2003).
                                                  Tabel 1.1
Distribusi Frekuensi Jumlah Penyakit yang diderita Balita Berumur 0-5 Tahun Di Puskesmas Glugur
Kota Medan Tahun 2014
 dari Bulan Maret-Mei
No
Penyakit yang diderita
Daftar Kunjungan Ibu yang memiliki Balita 0-5 Tahun dari bulan Maret-Mei 2014
Jumlah
Maret
April
Mei
1
ISPA
36 Balita
55 Balita
61 Balita
152 Balita
2
Diare
59 Balita
37 Balita
40 Balita
136 Balita
3
Peyakit kulit
43 Balita
55 Balta
31 Balita
129 Balita
4
Demam / Febris
52 Balita
28 Balita
39 Balita
119 Balita
5
DBD
19 Balita
27 Balita
18 Balita
 64  Balita
Sumber : Laporan Dinas Kesehatan Puskesmas Glugur Kota Medan.
1.2  Rumusan Masalah
Dari data tabel diatas mampu kita uraikan bahwa Penyakit terbanyak yang Diderita oleh Balita Umur 0-5 Tahun yang berkunjung ke  puskesmas Glugur Kota Medan dari Bulan Maret-Mei Tahun 2014 di dominasi oleh Penyakit  Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Berjumlah 152 Balita 0-5 Tahun.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
    Untuk mengenali Hubungan Umur dan Status Imunisasi terhadap insiden ISPA pada balita di Puskesmas Glugur Kota Medan Tahun 2014.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengenali distribusi frekuensi ISPA pada Balita di Puskesmas Glugur Kota Medan Tahun 2014.
b. Untuk mengetahui distribusi umur pada Balita di Puskemas Glugur Kota Medan Tahun 2014.
c. Untuk mengetahui distribusi frekuensi status Imunisasi pada Balita Di Puskesmas Glugur Kota Medan Tahun 2014.
d. Untuk mengeahui relasi Umur pada Balita kepada kejadian ISPA di Puskesmas Glugur Kota Medan Tahun 2014.
e. Untuk mengetahui Hubungan status Imnunisasi kepada peristiwa ISPA di  Puskesmas Glugur Kota Medan Tahun 2014.
1.4  Manfaat Penelitian
1. Bagi  Dinas Kesehatan Kota Medan
  Sebagai pola dalam menyiapkan, memeriksa dan menentukan kebijakan acara pemberantasan penyakit ISPA selaku pembanding untuk observasi yang akan datang.
2. Bagi  Puskesmas Glugur
    Hasil observasi ini nantinya dapat dipakai selaku materi pertimbang dalam rangka mengembangkan program kesehatan utamanya yang bekerjasama dengan  penyakit ISPA yang ada di Puskesmas Glugur.
3. Bagi Institusi
   Memberi dukungan ajaran bagi Politeknik Kesehatan Dr. Rusdi Program Studi Keperawatan Medan.
4. Bagi Peneliti
     Meningkatkan ilmu Pengetahuan tentang ISPA kepada Balita 0-5 Tahun. 
1.5  Ruang lingkup
Pendekatan ini menggunakan sistem Deskripif Analitik dengan pendekatan cross sectional. Data primer didapatkan dengan melaksanakan wawancara pada responden yang merupakan ibu ibu yang mempunyai Balita 0-5 Tahun, yang datang berkunjung ke Puskesmas Glugur Kota Medan. Data sekunder didapatkan di  Puskesmas Glugur.

Penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Umur dan Status Imunisasi Terhadap Kejadian ISPA pada Balita 0-5 Tahun di Puskesmas Glugur kota Medan Tahun 2014.
>>>>>>>>>>SELANJUTNYA KLIK DI BAWAH<<<<<<