Penulis menampung kitab beserta terjemahannya secara bersiklus, dengan tujuan sebagai edukasi via situs web bagi siapa saja yang bersedia mempelajarinya. Berikut bagian 4 – Penjelasan wacana hukum berhubungan intim
قَالَ الإِمَامُ العَالِمُ العَلَّامَةُ جَلَالُ الدِّين عَبْدُ الرَّحْمَن السُّيُوطِي فِي الرَّحْمَة. إِعْلَمْ أَنَّ الجِمَاعَ لَا يَصْلُحُ إِلَّا عِنْدَ هَيَجَانِ الشَّهْوَةِ مَعَ اسْتِعْدَادِ المَنِي. فَيَنْبَغِي أَنْ يُخْرِجَهُ فِي الحَالِ كَمَا يُخْرِجُ الفُضْلَةَ الرَّدِيئَةَ بِالإسْتِفْرَاغاَتِ كَالمُسْهِلَات فَإنَّ فِي حَبْسِهِ عِنْدَ ذَلِكَ ضَرَراً عَظِيمًا. وَالمكْثِر مِنَ الجِمَاعِ لَا يَخْفَى هَرَمُهُ سَرِيعًا وَقِلَّةِ قُوَّتِهِ وَظُهُورِ الشَّيْبِ فِيه.
Imam Jalaluddin Abdurrahman Al-Suyuti berkata dalam Kitab Ar-Rahmah: Ketahuilah bahwa senggama tidak baik kecuali ketika memuncakya birahi serta siapnya sperma. Maka dia hendaknya mengeluarkan sperma seketika, mirip dia mengeluarkan sisa kotoran dengan buang air besar seperti sakit perut, alasannya adalah dengan menahan sperma dikala memuncaknya birahi mampu menyebabkan ancaman yang besar. Orang yang pada umumnya melakukan senggama niscaya cepat penuaanya, lemah tenaganya dan tumbuhnya uban
وَلِلْجِمَاعِ كَيْفِيَةٌ وَهِيَ أَنْ تَسْتَلْقِىَ المَرْأَةُ عَلَى ظُهُورِهَا. وَيَعْلُوهَا الرَّجُلُ مُلَاعَبَةً خَفِيفَةً مِنَ الضَّمِّ وَالتَّقْبِيلِ وَنَحْوِ ذَلِك، حَتَّى إِذَا حَضَرَتْ شَهْوَتُهَا أَوْلَجَ وَتَحَرَّك. فَإِذَا صَبَّ المَنِيُّ فُلَا يَنْزِعُ بَلْ يَصْبِرُ سَاعَةً مَعَ الضَّمِّ الجَيِّدِ لَهَا.
Bersenggama itu ada cara yakni hendaknya isteri terlentang di atas punggungnya. dan suami berada di atasnya seraya melaksanakan cumbuan ringan berupa mendekap, mencium dan lain sebagainya. Sampai saat isteri berdiri birahinya maka maka suami memasukkan dzakar dan menggesek – gesekkannya, hingga ketika suami telah ejakulasi maka jangan mencabut, melainkan sabar beberapa dikala diikuti dekapan baik terhadap istri
فَإِذَا سَكَنَ جِسْمُهُ سُكُونًا عَظِيمًا نَزَعَ وَمَالَ عَلَى يَمِينِهِ حِينَ النَّزْع. فَقَدْ ذَكَرُوا أَنَّ ذَلِكَ مِمَّا يَكُونُ بِهِ الوَلَدُ ذَكَر ًوَيَمْسَحَانِ فَرْجَهُمَا بِحِرْقَتَينِ نَظِيفَتَينِ لِلرَّجُلِ وَاحِدَةً وَلِلْمَرْأَةِ وَاحِدَة. وَلَا يَمْسَحَانِ بِحِرْقَةٍ وَاحِدَةٍ فَإنَّ ذَلِكَ يُورِثُ الكَرَاهَة.
Baru sehabis badan suami sudah damai maka beliau mencabut dan beliau codong pada segi kananya saat mencabut. ulama’ mengambarkan bahwa tindakan demikian ialah penyebab anak akan menjadi laki-laki. dan keduanya mengelap alat kelamin masing-masing dengan dua kain, untuk suami satu dan untuk isteri satu. Jangan hingga keduanya menggunakan satu kain alasannya adalah hal itu mampu mengakibatkan perkelahian
وَأَحْسَنُ الجِمَاعِ مَا يَعْقِبُهُ نَشَاطُ وُطِيبُ نَفْسٍ وَبَاقِى شَهْوَة. وَشَرُّهُ مَا يُعْقِبُهُ رَعْدَةٌ وَضِيقُ نَفْسٍ وَمَوتُ أَعْضَاءٍ وَغَشِيَانٌ وَبُغْضُ الشَّخْصِ المَنْكُوحِ فَإنْ كَانَ مَحْبُوبا. فَهَذَا القَدْرِ كَافٍ فِي تَدْبِيرِ الأَصْلَحِ مِنَ الجِمَاع.
Bersenggama yang paling baik ialah senggama yang diiringi dengan sifat garang, kerelaan hati dan masih menyisakan syahwat. dan senggama yang paling jelek adalah senggama yang diiringi gemetar, bingung, anggota badan terasa mati, pingsan, dan marahnya seorang yang dinikahi, meskipun ia dicintai. keterangan ini sudah cukup untuk mengontrol senggama yang paling baik.