Tenaga Eksogen – Pengertian dan macam tenaga Eksogen. Eksogen berasal dari kata eksos yang mempunyai arti luar dan genos yang bermakna asal. Eksogen berarti tenaga pembentuk muka bumi yang berasal dari luar. Tenaga eksogen mempunyai sifat merusak karena dapat mengganti bentuk tampang bumi yang telah ada.
Tenaga eksogen dapat dibedakan menurut tenaga pem bentukannya, adalah selaku berikut.
1) Angin
Tenaga eksogen yang berasal dari tenaga angin mampu dengan mudah diperhatikan di kawasan arid dan semi arid. Tenaga angin mampu menimbulkan dua tenaga, ialah deflasi dan korosi.
Deflasi diartikan sebuah proses pengangkatan material dari satu tempat ke daerah lain. Misalnya, di daerah padang pasir angin yang bertiup sekaligus akan memindahkan material-material pasir ke kawasan lain. Selain di tempat gurun, angin juga mampu memberikan dampak kepada pergantian bentuk paras bumi di sekitar pantai dalam memindahkan material pasir ke tempat lain sehingga terbentuk bukit-bukit atau gumuk pasir yang disebut sand dunes.
Korosi artinya suatu proses benturan atau tabrakan terhadap sebuah ben tukan yang dilaluinya. Misalnya, terbentuknya watu jamur (mushroom rock) yang sudah mengalami proses pengikisan yang cukup lama.
Selain di darat, angin juga memberi dampak pada pembentukan wajah bumi di maritim. Angin yang bergerak di bahari akan menggerakkan air laut sehingga terjadi riak, ombak, hingga gelombang. Gelombang yang bergerak akan menyebabkan pergerakan berbagai material maritim. Gelom bang bahari yang besar akan mengikis batu-batuan yang ada di pantai sehingga lambat laun batuan tersebut akan berkembang menjadi suatu bentuk gres, mirip terbentuknya gua bahari.
2) Air
Tenaga eksogen lain yang dominan dalam mengganti bentuk wajah bumi ialah air. Air mempunyai daya perusak yang tinggi. Air yang mengalir khususnya pada kawasan-daerah berlereng curam atau terjal akan bergerak dengan kecepatan tinggi sehingga mengikis dan memuat lapisanlapisan tanah yang dilaluinya.
Adapun pada tempat yang datar, kecepatan air akan melambat sehingga material-material yang sudah terkikis kemudian diendapkan di daerahdaerah rendah berupa cekungan sehingga men ciptakan sebuah bentukan gres. Contoh konkret yang mampu terlihat yaitu pem bentukan delta sungai.
3) Gletser
Perubahan bentuk permukaan bumi balasan gletser (salju atau es yang mencair) disebut eksarasi atau abrasi glasial. Jenis perubahan bentuk muka bumi ini dapat dijumpai pada daerah-tempat pegunungan tinggi yang permukaannya tertutup salju. Lambat laun salju yang menumpuk akan mengalami peluruhan alasannya adalah massa yang dimiliki salju lebih berat. Akibat massa yang berat ini, bongkahan es tersebut akan ambruk terpengaruh oleh gravitasi bumi dan meluncur melalui salurannya ke daerah yang lebih rendah. Kecepatan longsoran bongkahan es sangat bergantung pada kemiringan lereng asal bongkahan tersebut. Semakin miring lerengnya maka akan semakin cepat pula kecepatan luncurannya. Ketika meluncur gletser tersebut akan mengikis batuan yang dilaluinya sehingga terbentuklah endapan hasil pengikisan oleh gletser yang disebut moreina.
Berdasarkan prosesnya, pergeseran bentuk tampang bumi selaku akhir tenaga eksogen mampu terjadi melalui proses-proses sebagai berikut.
1) Proses Pelapukan
Pelapukan adalah insiden penghancuran massa batuan, baik secara fisika, kimia, maupun secara biologis. Proses pelapukan batuan membutuhkan waktu yang sangat lama. Semua proses pelapukan lazimnya dipengaruhi oleh cuaca. Batuan yang telah mengalami proses pelapukan akan bermetamorfosis tanah.
Ada empat macam faktor yang memengaruhi terjadinya pelapukan batuan, yaitu selaku berikut.
a) Keadaan Struktur Batuan
Struktu batuan adalah sifat fisik dan kimia yang dimiliki oleh batuan. Sifat fisik batuan, seperti warna batuan, sedangkan sifat kimia batuan adalah komponen-bagian kimia yang terkandung dalam batuan tersebut. Kedua sifat inilah yang mengakibatkan perbedaan daya tahan batuan kepada pelapukan. Batuan yang mudah lapuk misalnya kerikil lempeng (batuan sedimen) dan batuan yang susah lapuk contohnya batuan beku.
b) Keadaan Topografi
Topografi tampang bumi turut memengaruhi terjadinya proses pelapukan batuan. Batuan yang berada pada lereng yang curam cenderung akan mudah melapuk jikalau ketimbang batuan yang berada di kawasan yang landai. Pada lereng yang curam, batuan akan dengan sangat gampang terkikis atau akan gampang terlapukkan karena langsung bersinggungan dengan cuaca sekitar. Namun, pada lereng yang landau atau rata, batuan akan terselimuti oleh aneka macam endapan sehingga akan memperlambat proses pelapukan dari batuan tersebut.
c) Cuaca dan Iklim
Unsur cuaca dan iklim yang memengaruhi proses pelapukan ialah suhu udara, curah hujan, sinar matahari, atau angin. Pada tempat yang mempunyai iklim berair dan panas, batuan akan cepat mengalami proses pelapukan jika ketimbang kawasan yang memiliki iklim acuh taacuh. Pergantian temperatur antara siang yang panas dan malam yang cuek akan semakin mempercepat pelapukan.
d) Keadaan Vegetasi
Vegetasi atau berkembang-tanaman juga akan memengaruhi proses pelapukan. Akar-akar tumbuhan tersebut mampu menembus celahcelah batuan. Jika akar tersebut semakin membesar, ke kuatannya akan semakin besar pula dalam menerobos bebatuan. Selain itu, serasah dedaunan yang gugur juga akan menolong mempercepat proses pelapukan batuan. Serasah batuan tersebut mengandung zat asam arang dan zat humus yang mampu merusak kekuatan batuan.
Dilihat dari prosesnya, pelapukan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu selaku berikut.
a) Pelapukan Mekanik
Pelapukan mekanik (fisis), yakni proses atau insiden hancur dan lepasnya material batuan, tanpa mengganti struktur kimiawi batuan tersebut. Pelapukan mekanik ialah penghancuran bongkah batuan menjadi bab-bab yang jauh lebih kecil.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelapukan mekanik, yaitu sebagai berikut.
(1) Perbedaan temperatur, hasilnya batuan akan mengalami proses pemuaian kalau panas dan sekaligus pengerutan pada waktu cuek. Jika proses ini terus berjalan maka lambat laun batuan akan mengelupas, terbelah, dan pecah menjadi bongkah-bongkah yang kecil.
(2) Akibat erosi di tempat pegunungan dan akibat membekunya air di sela-sela batuan. Air yang membeku di sela-sela batuan volumenya akan membengkak, sehingga air tersebut akan menjadi sebuah tenaga tekanan yang menghancurkan struktur dari sebuah batuan.
(3) Pengaruh kegiatan makhluk hidup, mirip binatang dan tumbuhtumbuhan. Akar tumbuhan akan menghancurkan struktur batuan, begitu juga dengan hewan yang selalu menjinjing butir-butir batuan dari dalam tanah ke permukaan. Selain hewan dan berkembang-tanaman, manusia juga menunjukkan andil dalam terjadinya pelapukan mekanis (fisik). Dengan wawasan dan teknologinya, batuan sebesar kapal dapat dihancurkan dalam sekejap dengan memakai dinamit.
(4) Berubahnya air garam menjadi kristal. Jika terjadi pada air tanah yang mengandung garam, pada siang hari airnya menguap dan garam akan mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan mampu menghancurkan batuan yang tersebar di sekitarnya, utamanya batuan karang yang terdapat di daerah pantai.
b) Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi, ialah proses pelapukan massa batuan dibarengi dengan pergeseran susunan kimiawi batuan yang lapuk tersebut. Pelapukan ini terjadi dengan santunan air dan dibantu dengan suhu yang tinggi. Proses yang terjadi dalam proses pelapukan kimiawi disebut Dekomposisi.
Terdapat empat proses yang termasuk pada pelapukan kimia, ialah sebagai berikut.
(1) Hidrasi, ialah proses pembentukan batuan dengan cara mengikat batuan di atas permukaannya saja.
(2) Hidrolisa, ialah proses penguraian air (H2O) atas komponen-unsurnya menjadi ion-ion positif dan negatif. Jenis proses pelapukan ini terkait dengan pembentukan tanah liat.
(3) Oksidasi, yakni proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalami proses oksidasi biasanya akan memiliki warna kecokelatan sebab kandungan besi dalam batuan mengalami pengkaratan. Proses pengkaratan ini ber eksklusif sungguh usang, namun batuan akan mengalami pelapukan.
(4) Karbonasi, adalah proses pelapukan batuan oleh karbondioksida (CO2). Gas ini terkandung pada air hujan dikala masih menjadi uap air. Jenis batuan yang mudah mengalami karbonasi ialah jenis batuan kapur.
Reaksi antara CO2 dan batuan kapur akan menyebabkan batuan menjadi rusak. Pelapukan ini berjalan dengan dukungan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (zat asam arang) mampu dengan mudah melarutkan kerikil kapur (CaCO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menim bulkan tanda-tanda karst. Proses pelapukan batuan secara kimiawi di kawasan karst disebut kartifikasi. Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di tempat karst, di antaranya dolina (danau karst), gua dan sungai bawah tanah, serta stalaktit dan stalagmit.
c) Pelapukan Organik (Biologis)
Pelapukan Organik, ialah pelapukan batuan yang terjadi dikarenakan oleh makhluk hidup. Pelapukan jenis ini mampu bersifat kimiawi ataupun mekanis, yang menjadi pembedanya ialah subjek pelakunya, yakni makhluk hidup berupa manusia, binatang, ataupun flora. Misalnya, lumut, cen dawan, ataupun kuman yang merusak permukaan batuan.
2) Erosi (Erosion)
Erosi yaitu proses pelepasan dan pemindahan massa batuan secara alami dari satu tempat ke tempat lain dengan mediator suatu tenaga yang bergerak di atas permukaan bumi.
Ablasi ialah abrasi oleh air yang mengalir. Erosi disebabkan oleh air yang mengalir terbagi kedalam beberapa tingkatan, ialah selaku berikut.
a) Erosi Percik (Splash Erosion), yaitu proses erosi tanah yang terjadi oleh percikan air. Percikan tersebut berupa partikel tanah dalam jumlah yang kecil dan kemudian diendapkan di kawasan lain.
b) Erosi Lembar (Sheet Erosion), ialah proses pengikisan tanah yang tebalnya sama dan merata dalam sebuah permukaan tanah.
c) Erosi Alur (Rill Erosion), terjadi karena air yang mengalir berkumpul dalam sebuah cekungan sehingga di cekungan tersebut terjadi pengikisan tanah yang lebih besar. Alur-alur akhir abrasi dapat dihilangkan dengan cara pengolahan tanah secara biasa.
d) Erosi Parit (Gully Erosion), proses terjadinya sama halnya dengan pengikisan alur, tetapi saluran-susukan yang terbentuk sudah dalam sehingga tidak mampu dihilangkan dengan pembuatan tanah biasa.
Abrasi, yakni abrasi yang disebabkan oleh air laut selaku hasil dari abrasi marine. Tinggi rendahnya abrasi balasan air laut dipengaruhi oleh besar kecilnya kekuatan gelombang. Erosi oleh air maritim ialah erosi di pantai oleh pukulan gelombang maritim yang terjadi secara terus-menerus terhadap dinding pantai. Bentang alam yang diakibatkan oleh pengikisan air bahari, antara lain cliff (tebing terjal), notch (takik), gua di pantai, wave cut platform (punggung yang terpotong gelombang), tanjung, dan teluk.
Eksarasi, yakni erosi yang disebabkan oleh hasil pembuatan es. Jenis pengikisan ini hanya terjadi pada daerah yang mempunyai isu terkini salju atau di tempat pegunungan tinggi. Proses terjadinya erosi diawali oleh turunnya salju di sebuah lembah pada lereng atau perbukitan. Lama kelamaan salju tersebut akan menumpuk pada lembah sehingga menjadi padat dan terbentuklah massa es yang berat. Dengan gaya gravitasi massa es tersebut akan merayap menuruni lereng pegunungan atau perbukitan.
Deflasi, adalah erosi yang disebabkan oleh tenaga angin. Pada mulanya angin cuma menerbangkan pasir dan bubuk. Akan namun, kedua benda tersebut dijadikan senjata untuk menghantam batuan yang jauh lebih besar sehingga akan mengikis batuan tersebut.
3) Pergerakan Batuan atau Tanah (Masswasting)
Masswasting (massmovement) ialah proses perpindahan massa batuan dan tanah dalam volume yang besar karena imbas gravitasi.
Berdasarkan bahan dan kecepatannya, masswasting dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
a) Slow flowage disebut juga rayapan massa (creep), yakni perpindahan massa tanah dalam waktu yang sangat lambat. Peristiwa ini cuma mampu diketahui dengan mengenali bangunan yang miring, seperti tiang listrik yang bangun miring.
b) Rapid flowage, yakni perpindahan massa batuan atau tanah yang relatif cepat, alasannya dibantu oleh pedoman air.
c) Landslide atau longsoran, ialah perpindahan massa batuan atau tanah dalam bentuk blok-blok besar dalam jangka waktu yang cepat.
4) Pengendapan (Sedimentasi)
Sedimentasi adalah proses terbawanya material hasil dari erosi dan pelapukan oleh air, angin, atau gletser kedalam suatu wilayah yang lalu diendapkan.
Semua batuan hasil pelapukan dan erosi yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi batuan sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan daerah lain akan sangat berbeda.
Berikut ini yakni beberapa bentang alam balasan proses pengendapan menurut tenaga pengangkutnya.
a) Pengendapan oleh Air Sungai
Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil pengendapan oleh air sungai, antara lain meander, dataran banjir, tanggul alam, dan delta.
Meander ialah sungai yang berkelok-kelok yang terbentuk karena adanya pengendapan. Proses pembentukan meander terjadi pada tepi sungai, baik bab dalam maupun tepi luar. Pada bagian sungai yang alirannya cepat akan terjadi pengikisan, sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan. Jika hal tersebut berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander. Meander kebanyakan terbentuk pada sungai bagian hilir, di mana erosi dan pengendapan terjadi secara berturut turut. Proses pengendapan yang terjadi secara terus menerus akan menimbulkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari pedoman sungai sehingga terbentuk oxbow lake.
Delta ialah dataran yang luas, lazimnya berada di muara sungai sebagai akhir dari adanya pengendapan. Pembentukan delta memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus di sepanjang pantai tidak terlampau berpengaruh. Ketiga, pantai mesti dangkal. Contoh bentang alam ini ialah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.
Dataran banjir merupakan dataran di tepi sungai selaku akhir dari volume air meningkat (banjir) yang mengendapkan materi-materi yang dibawa oleh air sungai tersebut. Adapun tanggul alam yaitu tepian sungai yang lebih tinggi dari dataran banjir.
b) Pengendapan oleh Air Laut
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air maritim dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air bahari, antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.
Pesisir ialah daerah pengendapan di sepanjang pantai, terdiri atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sungguh beraneka ragam bergantung pada pergeseran keadaan cuaca, arah angin, dan arus bahari.
Arus pantai memuat material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi pergantian arah, arus pantai akan tetap mengangkut material-material ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke maritim yang dalam terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material tersebut disebut spit.
Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan makin panjang. Terkadang spit terbentuk melalui teluk dan membentuk penghalang pantai (barrier beach). Jika di sekeliling spit terdapat pulau, umumnya spit pada kesannya tersambung dengan daratan sehingga membentuk tombolo.
c) Pengendapan oleh Angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dunes). Gumuk pasir dapat terjadi di tempat pantai maupun gurun. Gumuk pasir terbentuk bila terjadi akumulasi pasir yang lumayan banyak akibat tiupan angin yang besar lengan berkuasa. Angin mengangkut dan mengendapkan pasir di sebuah daerah secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
d) Pengendapan oleh Gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser yakni bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada ketika animo semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil erosi juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berupa U.