Prinsip Teknik Dasar Pembuatan Peta dan Pemetaan – Umumnya kita mengenal peta sebagai gambar rupa muka bumi pada suatu bidang datar atau selembar kertas dengan ukuran yang lebih kecil atau diskalakan. Bentuk rupa bumi yang digambarkan dalam sebuah peta meliputi unsur-komponen alamiah dan bagian-komponen buatan manusia. Kemajuan teknologi komputer secara positif telah bisa memperluas wahana dan wawasan kita perihal peta.
Dewasa ini selembar peta tidak hanya dimengerti sebagai gambar pada lembar kertas, tetapi bentuk penyajiannya pun telah mulai beralih ke dalam bentuk data digital yang di dalamnya sudah terpadu antara gambar, citra, dan teks.
Peta yang terkelola dalam mode digital, mempunyai laba penyajian dan penggunaan secara konvensional peta hasil cetakan (hardcopy) dan keluwesan, fasilitas penyimpanan, pengelolaan, pengolahan, analisis, dan penyajiannya secara interaktif bahkan real time pada media komputer (softcopy).
Penggambaran rupa bumi mampu diperoleh dengan melakukan aneka macam pengukuran di antara titik-titik di permukaan bumi. Pengukuran tersebut mencakup besaran-besaran arah, sudut, jarak, dan ketinggian. Apabila data besaran-besaran itu diperoleh dari hasil pengukuran langsung di lapangan, pemetaan dikerjakan dengan cara teristris. Akan tetapi, kalau cara pengukuran sebagian dari pengukuran tidak pribadi, mirip cara fotogrametris dan penginderaan jauh dibilang sebagai pemetaan cara ekstrateristris.
Daftar Isi
Prinsip Dasar Pembuatan Peta
Kartografi adalah seni pembuatan peta. Tujuannya mengumpulkan dan menganalisis data dari hasil ukuran banyak sekali contoh atau komponen permukaan bumi dan menyatakan komponen-unsur tersebut dengan skala tertentu.
Sebagai suatu sistem komunikasi, kartografi memuat banyak sekali komponen yang saling memengaruhi antara satu bagian dan komponen lainnya. Unsur-bagian tersebut mampu dibagankan selaku berikut.
Sistem komunikasi yang terdapat dalam kartografi terdiri atas empat jenis, yaitu sebagai berikut.
a. Numeracy, yaitu jenis komunikasi kartografi matematis.
b. Articulacy, yaitu jenis komunikasi kartografi dengan berbicara.
c. Literacy, ialah jenis komunikasi kartografi dengan penggunaan abjad.
d. Graphicacy, yaitu jenis komunikasi kartografi dengan gambar simbol.
Jenis komunikasi dengan gambar simbol inilah (graphicacy) yang dipakai dalam kartografi. Dalam pembuatan peta, ada beberapa hal yang harus diamati. Langkah-langkah pokok dalam pengerjaan peta ialah sebagai berikut.
a. Menentukan daerah yang hendak dipetakan.
b. Membuat peta dasar (base map), yaitu peta yang belum diberi simbol.
c. Mencari dan menggolongkan data sesuai dengan tujuan pembuatan peta.
d. Menentukan simbol-simbol yang merupakan representasi data.
e. Memplot simbol pada peta dasar.
f. Membuat legenda.
g. Melengkapi peta dengan goresan pena (lettering) secara baik dan benar, serta menawan.
a. Penulisan pada Peta
Jika memperhatikan tulisan pada peta, nampak antara peta yang satu dengan lainnya masih ada perbedaan. Khusus untuk membuat goresan pena (lettering) pada peta ada janji di antara para jago, yakni sebagai berikut.
1) Nama geografis ditulis dengan memakai bahasa atau istilah yang umum digunakan penduduk lokal. Misalnya, Sungai ditulis Ci untuk Jawa Barat dan sebagian DKI, Kreung untuk Aceh, Way untuk Lampung, dan Kali untuk Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Nama sungai ditulis searah dengan ajaran sungai dan memakai karakter miring. Misalnya Ci Tarum, Kali Berantas, Kali Progo, dan Way Kambas.
2) Nama-nama objek geografis berupa tempat perairan, mirip danau, bahari, sungai, waduk, ditulis dengan huruf miring. Contohnya Laut Jawa, Sungai Ci Manuk, Danau Toba, dan Samudra Hindia.
3) Nama jalan ditulis mesti searah dengan arah jalan tersebut dan ditulis dengan huruf cetak kecil.
b. Memperbesar dan Memperkecil Peta
Setelah mengetahui langkah-langkah pembuatan peta, macammacam simbol peta dan penggunaannya. Sekarang, marilah kita pelajari cara menambahdan memperkecil peta. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperbesar maupun memperkecil peta, adalah dengan penggunaan sistem pembuatan kotak-kotak grid, fotokopi, maupun dengan alat pantograf.
1) Memperbesar Peta
Beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menambahpeta, yakni selaku berikut.
a) Memperbesar Grid (Sistem Grid)
Langkah-langkah yang harus Anda lakukan adalah selaku berikut.
(1) Buat grid pada peta yang akan diperbesar.
(2) Buat grid yang lebih besar pada kertas yang hendak digunakan untuk menggambar peta gres. Untuk Pembesarannya sesuai dengan rencana pembesaran, misalnya 1 kali, 2 kali, 100 %, dan 200 %.
(3) Memindahkan garis peta sesuai dengan peta dasar ke peta gres.
(4) Mengubah skala, sesuai dengan rencana pembesaran. Ketentuan pergantian skala dalam memperbesar dan memperkecil peta adalah kalau peta diperbesar, penyebut skala mesti dibagi dengan bilangan n. Namun, sebaliknya jikalau peta diperkecil sebesar n kali, penyebut skala mesti dikali dengan bilangan n. Berikut ini gambar yang menerangkan efek dari skala selaku komponen peta kepada penampilan peta itu sendiri.
b) Fotokopi
Cara lain menambahpeta yakni dengan fotokopi. Peta yang mau diperbesar atau diperkecil, sebaiknya memakai skala garis. Peta yang menggunakan skala angka atau bilangan, sesungguhnya dapat pula diperbesar dan diperkecil ukurannya dengan memakai mesin fotokopi. Namun, sebelum peta tersebut di fotokopi, skala bilangan yang terdapat dalam peta perlu diubah dahulu ke skala garis.
Jika skala peta 1 : 100.000 diubah dari skala angka ke skala garis akhirnya menjadi:
Artinya, jarak 1 cm di peta mewakili jarak 1 km di lapangan bahu-membahu.
c) Menggunakan Pantograf
Pantograf yaitu alat untuk menambahdan memperkecil peta. Dulu, alat ini yang dibuat dari kayu yang telah diserut menjadi halus, dilengkapi dengan pensil dan paku yang ditumpulkan terlebih dahulu.
2) Memperkecil Peta
Cara memperkecil peta, bahu-membahu tidak jauh berlawanan dengan teknik memperbesar skala peta. Terdapat tiga alternatif teknik yang dapat Anda gunakan untuk memperkecil peta. Ketiga teknik tersebut yakni selaku berikut.
a) Memperkecil peta dengan perlindungan grid peta yang diperkecil.
b) Fotokopi peta.
c) Pantograf.
Pantograf mampu mengganti ukuran peta sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pada dasarnya, kerja pantograf menurut prinsip kerja jajaran genjang. Tiga dari empat segi jajaran genjang (a, b dan
c) mempunyai skala faktor yang sama. Skala pada ketiga segi tersebut dapat diubah sesuai keperluan. Adapun formulasi yang digunakan yaitu:
Contoh:
Suatu peta akan diperbesar 5 kali lipat.
Diketahui:
m = 1 (besar peta yang orisinil)
M = 2 (besar peta yang akan dibuat)
Skala aspek = ½ x 500 = 250
Setelah diperoleh besarnya skala aspek, kemudian pantograph diatur sedemikian rupa sehingga masing-masing lengan pantograph memiliki skala faktor sama dengan 250.
Caranya:
Peta yang hendak diperbesar letakkan ditempat B dan kertas gambar kosong letakkan di kawasan gambar A yang sudah dilengkapi pensil. Kemudian, gerakkan B mengikuti peta asal. Dalam proses penjiplakan, harus dilakukan dengan hati-hati, biar peta yang mau dijiplak tidak mengalami kerusakan.
c. Alat Bantu Sederhana dalam Pembuatan Peta
Anda mesti berguru membuat peta. Pembuatan peta dapat dilaksanakan secara sederhana. Proses pembuatannya mencakup pengukuran langsung dan pembuatan peta tematik secara sederhana. Mulailah dengan pemetaan tempat sempit, lalu dilanjutkan secara sedikit demi sedikit sampai meliputi tempat yang lebih luas. Alat yang dapat digunakan adalah kompas magnetik dan pita ukur, panjangnya 50 meter dan dapat digulung. Pengukuran dilaksanakan dengan penggunaan sistem berantai (chain survey).
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tata cara pengerjaan peta dengan alat bantu sederhana.
1) Unsur-bagian yang diukur mencakup sudut arah (azimuth magnetik) dan jarak.
2) Tahap pengukuran dimulai dari kawasan yang sempit, lalu diteruskan secara sedikit demi sedikit ke daerah yang relatif lebih luas.
3) Sudut arah (azimuth magnetik) diukur dengan menggunakan kompas magnetik. Jarak dapat diukur dengan memakai pita ukur dari logam tipis yang dapat digulung, misalnya pita ukur sepanjang 50 meter.
4) Pengukuran jarak dan arah (azimuth magnetik) dilakukan pada garis ukur pokok atau segment garis.
Sebelum melanjutkan bahan, mpembahasan mengenai Cara Membaca Peta ini mungkin mampu menolong.
Langkah Langkah membuat peta adalah selaku berikut :
1) Teknis Pengukuran Arah dan Jarak
a) Sudut Arah (Azimuth)
Tanda orientasi ialah salah satu komponen utama proses pengukuran. Setiap peta mempunyai arah utama yang ditunjukkan ke arah atas (utara). Apabila Anda mengamati suatu peta yang lengkap, terdapat tiga arah utara yang sering digunakan dalam suatu peta, ialah selaku berikut.
(1) Arah utara magnetis, adalah utara yang memberikan kutub magnetis.
(2) Arah utara bantu-membantu, sering pula dinamakan utara geografis, atau utara arah meridian.
(3) Arah utara grid, yaitu utara yang berupa garis tegak lurus pada bidang horizontal di peta.
Ketiga macam arah utara berbeda pada setiap tempat. Perbedaan ketiga arah utara ini perlu dimengerti sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan arah peta. Jika salah menafsirkan arah orientasi, berarti tanpa disadari kita telah kehilangan arah.
Arah utara magnetis ialah arah utara yang paling gampang ditetapkan, adalah dengan sumbangan kompas magnetik. Perbedaan sudut antara utara magnetis dengan arah sebuah objek ke kawasan objek lain searah jarum jam disebut sudut arah atau dikenal juga dengan sebutan azimuth magnetik. Pada peta yang dibuat dengan memakai kompas, perlu diberikan klarifikasi bahwa utara yang dipakai adalah utara magnetis.
Contoh:
Azimuth Magnetis AB (Az, AB) = 70º
Azimuth Magnetis AC (Az, AC) = 310º
b) Pengukuran Jarak
Perlu Anda pahami, bahwa jarak yang dapat digambarkan secara
pribadi pada peta ialah jarak horizontal, bukan jarak miring.
Untuk jarak yang pendek dilakukan dengan merentangkan pita dan menggunakan waterpass sehingga mendekati jarak horizontal. Untuk jarak yang panjang dilakukan secara bertahap. Jarak horizontal A–D yakni d1 + d2 + d3.
Untuk daerah yang relatif datar, pengukuran jarak tidak mengalami dilema. Namun pada tempat yang tidak datar kadangkala terdapat hambatan. Hambatan ini khususnya terjadi pada daerah datar yang memiliki garis ukur yang relatif panjang, adalah adanya objek penghalang mirip sungai atau kolam. Membuat garis tegak lurus terhadap garis ukur pada titik A sehingga diperoleh garis AC.
Menempatkan titik D sempurna ditengah-tengah AC. Kemudian, mempesona garis dari B ke D sampai di bawah titik C. Kemudian, menciptakan garis tegak lurus ke bawah terhadap garis AC dari titik C, sehingga terjadi perpotongan (titik E). Pada Gambar 1.27, diperoleh segitiga ABD dan CED yang serupa dan sebangun sehingga jarak AB yang hendak diukur sama dengan jarak CE.
2) Tahapan Pengukuran Jarak dan Arah
Agar pengukuran jarak dan arah tidak terlalu banyak mengalami penyimpangan, perlu dijalankan secara bertahap. Misalkan akan memetakan jalur jalan A–B, tahapan pengukuran yang perlu dikerjakan yakni sebagai berikut.
a) Lakukan pengukuran garis-garis ukur pokok, mencakup ukuran pokok yang ditunjukkan oleh garis 1–2, 2–3, 3–4, dan 4–5. Azimuth magnetis diukur dari utara magnetis (UM) ke garis pokok.
b) Apabila di sepanjang jalur jalan tersebut terdapat objek-objek tertentu, seperti bangunan, dan anutan sungai, objek tersebut mampu dipetakan dengan cara mengukur jarak tegak lurus dari titik pada garis ukur pokok ke titik yang mewakili objek tersebut. Garis ini disebut offset. Pada contoh berikut, terdapat objek rumah di pinggir garis ukur pokok 1–2.
Pada gambar tersebut di atas. offset 1, 2, 3, 4, dan 5 dibuat tegak lurus terhadap garis ukur dari titik A ke titik A¹. Panjang offset 2 diukur dari titik a ke titik a¹, dan seterusnya.
3) Penggambaran dan Scribing
Penggambaran dan scribing secara manual merupakan pekerjaan yang penting dalam memproduksi peta. Di dalam pemetaan secara photogrametris, umumnya plotting dilakukan dengan pensil di atas kertas tidak tembus cahaya (opaque paper) atau material lain yang tembus pandang.
Pekerjaan penggambaran kembali dilaksanakan oleh seksi kartografi biar diperoleh gambar yang lengkap dengan patokan yang memenuhi persyaratan untuk peta tamat. Jika peta yang mau dibuat terdiri atas beberapa warna maka penggambarannyapun dilaksanakan terpisah untuk setiap warna.
Secara lazim, terdapat dua teknik utama yang dipakai untuk membuat garis-garis di dalam kartografi reproduksi, yaitu sebagai berikut.
a) Penggambaran dengan Pena dan Tinta
Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil gambar yang bagus, ialah sebagai berikut.
(1) Material Tempat Dilakukan Penggambaran Material yang hendak dipakai harus memiliki dimensi kestabilan yang tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga ketelitian dan untuk memberikan keseimbangan yang bagus bagi warna yang berlainan. Plastik film merupakan material gambar yang bagus di dalam kartografi reproduksi. Plastik film mempunyai permukaan yang halus untuk menggambar, namun memiliki kelemahan karena menarik lemak sehingga terlebih dulu mesti dibersihkan dengan bedak dan keadaan tangan mesti tetap dalam kondisi higienis.
Tinta gambar tidak dapat menembus plastik, namun akan melekat kalau tintanya telah kering. Jadi, penggambaran pada media plastik mesti dilaksanakan dengan sangat hati-hati karena mesti menunggu tintanya kering. Koreksi penggambaran dilaksanakan dengan scraping (dikerok) atau dihapus dengan kain sebelum tinta tersebut kering.
Tinta yang dipakai untuk pengerjaan peta harus yang berkualitas baik, misalnya tahan air (waterproof), hitam kelam, tahan usang, dan mesti cepat kering. Untuk penggambaran pada PVC, plastik (astralon, astrafoil) lazimnya digunakan tinta Pelikan K yang memenuhi patokan tersebut. Untuk plastik material, dipakai tinta Pelikan TT. Pelikan T lazimnya dipakai untuk penggambaran pada kertas biasa atau plastik, sedangkan Pelikan TN ialah tinta Istimewa untuk penggambaran pada photographic film.
(2) Tipe Pena yang Dipakai Jenis pena yang digunakan juga dilarang asal pilih, mesti diupayakan menggunakan pena yang bermutu. Pena yang paling sederhana, di antaranya mapping pen mampu digunakan untuk pekerjaan dengan tangan bebas (free hand). Untuk menggambarkan garis lurus dan garis kurva dengan ber macam-macam ketebalan digunakan rulling pen sebab dengan pena tersebut dapat diatur ketebalan tintanya. Saat ini, telah banyak pena yang bermutu baik, adalah reservoir pen antara lain Rapidograph, Rotring, Faber Castle, dengan ukuran yang beraneka ragam mulai ketebalan 0,1 mm hingga 1,2 mm.
b) Penggoresan
Penggoresan sering pula dinamakan scribing. Scribing ialah salah satu teknik penggambaran yang dilakukan dengan pena scribing. Alat yang dipakai untuk scribing memiliki bentuk dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit, yang dibuat dari sejenis batu permata.
Alat yang sering dipakai yakni pena scribing yang terdiri atas baja atau gabungan lain, seperti kawat wolfram dan lain-lain. Keuntungan dari scribing, di antaranya sebagai berikut.
(1) Kualitas garis yang dihasilkan terlihat lebih rapih, baik, dan memiliki bentuk yang relatif tetap.
(2) Tidak begitu memerlukan kemampuan khusus, mirip pada pekerjaan meng gambar, yang terpenting yakni keuletan dan ke hati-hatian.
(3) Efektif dan efisien.
4) Penempatan Nama
Lettering pada suatu peta sungguh diperlukan. Lettering mesti diupayakan secara hati-hati dan benar. Kesalahan pada lettering akan menjadikan kebingungan pembaca peta, sehingga sulit dibaca dan ditafsirkan oleh pengguna.
Ada beberapa faktor yang perlu diamati dalam lettering sebuah peta, yakni sebagai berikut.
a) Corak atau macam abjad, meliputi ketebalan garis dan karakter serta coretan pada awal dan akhir setiap abjad (Serif).
b) Bentuk abjad, mencakup huruf besar, abjad kecil, variasi huruf- besarkecil, tegak (Romana, upright), miring (italic). Huruf-aksara yang digunakan pada kartografi terbaru disebut Sans Serif (gothic).
c) Ukuran aksara, dinyatakan dalam perumpamaan point size. Satu point size mempunyai tinggi lebih kurang 0,35 mm (1/27 inci). Point size merupakan jarak tepi atas (ascender) dan tepi bawah (descender).
d) Kontras antara huruf dan latar belakang (background).
e) Metode lettering, dibedakan atas tiga klasifikasi, adalah sebagai berikut.
(1) Stick up lettering
Metode ini paling baik dibandingkan dengan tata cara lain nya alasannya adalah mempunyai beberapa keunggulan, yakni:
(a) lebih cepat;
(b) tidak memerlukan keahlian khusus; dan
(c) jikalau posisi huruf atau nama kurang tepat, masih dapat diperbaiki. Umumya stick up lettering dicetak pada plastic yang balikannya diberi perekat. Cara penempelannya dijalankan dengan memangkas nama demi nama atau aksara demi aksara. Cara lain penempelannya dikerjakan dengan mengosok setiap abjad. Ada dua jenis cara mereproduksi stick up lettering adalah nonimpact (photography, electronic) dan impact (dengan mesin ketik atau pencetakan).
(2) Computer Assisted Lettering
Perkembangan pemakaian perlengkapan komputer grafik mendorong kartografer untuk menerapkan beberapa metoda letering secara elek tronis. Dengan cara ini, peta diberi namanama dengan vector plotter atau raster printer. Kelemahan sistem letering dengan komputer ialah pada penem patan nama karena komputer hanya mampu menempatkan nama-nama tersebut secara lurus dan horizontal.
(3) Sistem Mekanis, Letering dengan Tinta
Peralatan mekanis yang membantu pelaksanaan letering dengan tinta, yaitu leroy, wrico, dan varigraph. Pengoperasikan ketiga alat tersebut memakai pinjaman template dan pena khusus. Dari ketiga alat tersebut, varigraph ialah alat yang paling baik karena dapat mengganti bentuk aksara.
f) Penempatan nama atau abjad
Penempatan nama sering ialah pekerjaan yang sukar khususnya untuk peta yang padat dengan nama-nama fenomena.
Penempatan nama harus terperinci dan mudah dibaca para pengguna. Ada beberapa ketentuan atau aturan ihwal penempatan nama, ialah selaku berikut.
(1) Nama-nama dalam sebuah lembar peta mesti terencana susunannya, sejajar dengan tepi bawah peta (peta skala besar) atau sejajar dengan grid (peta kecil-kecilan).
(2) Nama-nama yang tercantum mampu memberi keterangan dari bagian-bagian yang berupa titik, garis, dan area.
Untuk fenomena yang memakai titik, seperti kota, bangunan, dan gunung semestinya diletakkan di samping kanan agak ke atas dari unsur tersebut. Fenomena yang berbentuk linier, seperti sungai, pantai, jalan, dan batas wilayah administratif sebaiknya ditaruh sejajar dengan komponen tersebut. Sungai yang berupa garis sebaiknya diposisikan sedikit di atas objeknya. Fenomena yang membutuhkan keterangan luas, seperti negara, danau, dan pegunungan seharusnya penamaan ditempatkan memanjang.
(3) Nama-nama harus terletak bebas satu dengan yang lain dan diusahakan tidak terusik simbol-simbol lainnya. Namanama tidak boleh saling berpotongan kecuali bila ada nama yang abjad-hurufnya mempunyai jarak yang jelas.
(4) Apabila nama-nama harus ditempatkan melengkung, bentuk dari lengkungan harus teratur.
(5) Nama-nama yang terpusat di sebuah titik lokasi mesti dikelola sedemikian rupa sehingga terlihat tidak terlampau mepet.
(6) Atribut kontur ditempatkan di celah-celah tiap kontur dimana penem patannya terencana sehingga tiap angka terbaca dan terdapat ada arah mendaki lereng.
(7) Pemilihan aksara bergantung pada perencanaan kartografer sendiri. Akan tetapi, jenis-jenis karakter tersebut mesti sama pada keseluruhan isi peta. Ada beberapa hukum ihwal pemakaian jenis abjad. Misalnya, karakter-aksara tegak lurus untuk nama-nama fenomena budaya (kota, jalan, lalulintas), dan aksara miring untuk nama-nama unsur fisik (sungai, danau, pegunungan).
Pada dasarnya, tidak ada hukum yang baku perihal pemilihan jenis karakter alasannya diserahkan sepenuhnya pada kartografer dengan tetap memerhatikan prinsip supaya peta tersebut dapat menunjukkan akomodasi bagi para penggunanya.
5) Koreksi Kesalahan
Permasalahan yang muncul pada pemetaan dengan memakai alat sederhana antara lain:
a) ketidaktelitian membaca arah (azimuth magnetis) pada kompas;
b) kecerobohan pengukuran jarak dengan meteran.
Kekurangtelitian dan kecerobohan tersebut khususnya terjadi pada garis-garis ukur yang membentuk poligon tertutup. Seharusnya titik A dan titik terakhir berhimpit. Namun pada penggambarannya, titik tidak berhimpit, namun menjadi A¹. Hal tersebut perlu dikoreksi dengan memakai jarak kesalahan secara proporsional di tiap titik B, C, D dan E. Caranya sebagai berikut.
Membuat garis lurus A, B, C, D , E yang jaraknya sama dengan jarak pada poligon A, B, C, D, E. Misalnya, jarak A – B pada polygon 4 cm, maka jarak pada garis A – B juga 4 cm. Begitu juga dengan B, C, D dan E, dan E – A¹. Buatlah garis tegak lurus ke atas dari titik A¹ sesuai dengan panjang kesalahannya, ialah a. Kemudian dari garis kesalahan tersebut lalu tarik garis ke titik A. Buatlah garis sejajar dengan garis kesalahan (a) pada titik B, C, D, dan E.
Sekian materi mengenai Teknik Dasar Pembuatan Peta dan Pemetaan dari , Semoga berguna.