- Bayi atau anak menjadi cengeng dan gusar. Suhu badannya pun meninggi,
- Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah,
- Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu,
- Lecet pada anus,
- Gangguan gizi akhir intake (asupan) makanan yang kurang,
- Muntah sebelum dan sesudah diare,
- Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah), dan
- Dehidrasi (kelemahan cairan).
Dehidrasi dibagi menjadi tiga macam, ialah kehilangan cairan tubuh ringan, kekurangan cairan tubuh sedang dan dehidarsi be rat. Disebut kekurangan cairan tubuh ringan bila cairan tubuh yang hilang 5%. Jika cairan yang hilang lebih dari 10% disebut kehilangan cairan tubuh berat. Pada kehilangan cairan tubuh berat, volume darah menyusut, denyut nadi dan jantung bertambah cepat tetapi melemah, tekanan darah merendah, penderita lemah, kesadaran menurun dan penderita sungguh pucat (Widjaja, 2000) .
Menurut Depkes RI (2005), epidemiologi penyakit diare adalah sebagai berikut:
a. Penyebaran basil yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare lazimnya menyebar melalui fecal oral antara lain lewat kuliner atau minuman yang tercemar tinja dan ataukontak eksklusif dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran basil enterik dan mengembangkan risiko terjadinya diare, antara lain tida k menunjukkan ASI secara sarat 4-6 bulan pada pertama kehidupan, memakai botol susu, menyimpan kuliner masak pada suhu kamar, memakai air minum yang terkotori, tidak mencuci tangan setelah buang air besar atau sehabis mencampakkan tinja anak atau sebelum makan atau menyuapi anak, dan tidak mencampakkan tinja dengan benar.
b. Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan kepada diare
Faktor pada pejamu yang mampu meningkatkan kejadian, beberapa penyakit dan lamanya diare. Faktor – aspek tersebut ialah tidak menawarkan ASI hingga umur 2 tahun, kurang gizi, campak, imunodefisiensi atau imunosupresi dan secara proposional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.
c. Faktor lingkungan dan sikap
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, adalah fasilitas air higienis dan pembuangan tinja. Kedua aspek ini akan berinteraksi dengan perilaku insan. Apabila aspek lingkungan tidak sehat sebab tercemar bakteri diare serta berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, yakni melalui masakan dan minuman, sehingga mampu menyebabkan timbulnya peristiwa diare.
Demikian gejala dan epidemiologi penyakit diare. Mengetahui gejala penyakit diare akan membuat lebih mudah dalam upaya menentukan tindakan yang sempurna dalam penanganannya. Baca juga 4 aspek penyebab penyakit diare.