Sosiologi Kriminalitas: Pengertian, Objek, Tujuan, Teori, Manfaat, dan Contoh

Dalam evolusinya, ruang lingkup kajian sosiologi semakin meluas, mencakup aspek-aspek seperti sosiologi keluarga, ekonomi, pembangunan, pedesaan, perkotaan, sosiologi agama, kesehatan, dan kriminalitas. Khususnya dalam konteks kriminalitas, sosiologi memberikan pendekatan yang mendalam karena tindakan kriminal seringkali menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sosial.

Pengertian Sosiologi Kriminalitas

Sosiologi kriminalitas dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan empiris analitis yang mendalami proses sosial dan interaksi sosial terkait dengan gejala sosial kejahatan dalam masyarakat. Ini melibatkan norma hukum, pranata sosial, perubahan sosial, dan kesenjangan sosial yang memicu tindak kriminal.

Pendapat Para Ahli

Beberapa ahli memberikan pengertian masing-masing:

  1. E.H. Sutherland: Ilmu yang mempelajari pola perilaku jahat hasil interaksi dengan orang-orang yang melanggar norma hukum.
  2. Bonger: Ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai gejala sosial, dengan fokus pada pengaruh sosial terhadap timbulnya kejahatan.
  3. Dr. J.E. Sahetapy dan B. Mardjono Reksodipuro: Ilmu yang mempelajari setiap perbuatan yang dilarang oleh hukum publik dan diberi sanksi pidana.
  4. Marvin E. Wolfgang: Ilmu yang mempelajari perilaku kriminal dan dampaknya pada pihak lain.

Objek Sosiologi Kriminalitas

Dalam pembelajaran sosiologi kriminalitas, objek kajian meliputi:

1. Kejahatan

Bentuk pelanggaran terhadap keteraturan sosial atau undang-undang pidana, seperti kejahatan kerah putih, kejahatan kerah biru, dan kejahatan tanpa korban.

2. Pelaku

Individu dan kelompok yang melanggar hukum, menyebabkan kerugian pada pihak lain.

3. Reaksi Masyarakat

Tanggapan masyarakat terhadap perbuatan kriminal, termasuk sanksi pidana dan sosial.

Ruang Lingkup Sosiologi Kriminalitas

Ruang lingkup sosiologi kriminalitas mencakup:

  1. Reaksi terhadap pelanggaran hukum, termasuk tindakan represif dan upaya pencegahan.
  2. Unsur-unsur kriminalitas dalam masyarakat.
  3. Upaya penanggulangan/pencegahan tindak kriminal, baik preventif, represif, maupun rehabilitatif.
  4. Peran individu dan kelompok sebagai pelaku kejahatan.

Fokus Kajian Sosiologi Kriminalitas,

Fokus kajian sosiologi kriminalitas mencakup pemahaman mendalam terhadap faktor-faktor sosial yang berkontribusi terhadap kejahatan dan perilaku kriminal dalam masyarakat. Beberapa fokus utama dalam kajian sosiologi kriminalitas melibatkan:

  1. Ketidaksetaraan Sosial: Analisis sosiologi kriminalitas sering kali menyoroti peran ketidaksetaraan sosial dalam memahami tingkat kejahatan. Ketidaksetaraan ekonomi, pendidikan, dan peluang dapat menciptakan ketidakadilan sosial yang menjadi latar belakang munculnya tindakan kriminal.
  2. Struktur Sosial: Kajian sosiologi kriminalitas mengeksplorasi dampak struktur sosial terhadap tingkat kriminalitas. Faktor seperti kebijakan ekonomi, pembagian kekayaan, dan ketidaksetaraan akses terhadap sumber daya dapat membentuk kondisi yang mendukung atau menekan terjadinya kejahatan.
  3. Norma Sosial dan Budaya: Pemahaman terhadap norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya sangat penting dalam menganalisis perilaku kriminal. Sosiologi kriminalitas membahas bagaimana norma-norma ini mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kejahatan dan respon terhadap pelaku kejahatan.
  4. Proses Sosialisasi: Kajian sosiologi kriminalitas melibatkan analisis terhadap bagaimana individu membentuk identitas dan nilai-nilai mereka melalui proses sosialisasi. Faktor-faktor seperti keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial berkontribusi pada pembentukan pandangan individu terhadap norma-norma sosial dan kaidah-kaidah moral.
  5. Kontrol Sosial dan Sistem Hukum: Pemahaman terhadap peran lembaga-lembaga kontrol sosial, termasuk sistem hukum, dalam mengatasi kejahatan juga merupakan fokus kajian. Sosiologi kriminalitas mengeksplorasi efektivitas, keadilan, dan dampak sosial dari proses penegakan hukum.
  6. Interaksi Sosial: Kajian ini memperhatikan dinamika interaksi sosial antar individu dan kelompok yang dapat memicu atau menghambat perilaku kriminal. Hal ini melibatkan pemahaman tentang bagaimana hubungan sosial sehari-hari dapat membentuk pilihan dan tindakan individu terkait dengan kejahatan.
  7. Perubahan Sosial: Sosiologi kriminalitas juga tertarik pada perubahan-perubahan sosial dan dampaknya terhadap pola kejahatan. Perubahan dalam struktur sosial, ekonomi, atau budaya dapat memengaruhi tingkat kriminalitas dalam jangka waktu tertentu.
  Teknologi bagai pisau bermata dua. Di satu sisi, banyak memudahkan hidup, tetapi disisi lain, disalahgunakan untuk hal-hal yang negatif, antara lain: … .

Dengan memusatkan perhatian pada aspek-aspek tersebut, kajian sosiologi kriminalitas berusaha memberikan kontribusi pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas dan faktor-faktor yang membentuk perilaku kriminal dalam masyarakat.

Tujuan dan Manfaat Sosiologi Kriminalitas

Tujuan

Mempelajari alasan di balik tindakan kejahatan untuk memahami faktor sosial yang mendorongnya.

Manfaat

  1. Memberikan penjelasan terkait penyelesaian masalah sosial melalui pemahaman individu dalam konteks masyarakat.
  2. Menyediakan wawasan mendalam untuk menangani permasalahan sosial yang muncul.

Jenis Tindak Kriminal Menurut Sosiologi Kriminalitas

Tindakan kriminal dibagi menjadi beberapa jenis, termasuk:

  1. Crimes without victims (dianggap perbuatan tercela).
  2. Organized Crime (kejahatan terorganisir, komplotan).
  3. White Collar Crime (dilakukan oleh orang berstatus tinggi).
  4. Corporate Crime (kejahatan yang dilakukan atas nama organisasi sosial formal).
  5. Blue Collar Crime (dilakukan oleh rakyat miskin karena faktor ekonomi).

Dalam konteks sosiologi kriminalitas, berbagai jenis kriminalitas dapat dipahami sebagai manifestasi dari dinamika sosial dan faktor-faktor struktural yang mempengaruhi perilaku kriminal. Beberapa jenis kriminalitas yang dianalisis dalam perspektif sosiologi melibatkan faktor-faktor sosial berikut:


Kriminalitas Ekonomi:
Melibatkan tindakan kriminal yang terkait dengan kegiatan ekonomi, seperti penipuan keuangan, korupsi, atau pencucian uang. Faktor-faktor ekonomi dan ketidaksetaraan sosial seringkali menjadi pendorong bagi tindakan kriminal dalam domain ini.

Kriminalitas Jalanan atau Konvensional: Termasuk tindakan kejahatan yang umum terjadi di masyarakat sehari-hari, seperti pencurian, perampokan, atau kekerasan jalanan. Faktor-faktor seperti ketidaksetaraan ekonomi dan ketidaksetaraan peluang dapat berperan di sini.

Kriminalitas Organisasi: Melibatkan kegiatan kriminal yang dilakukan oleh kelompok terorganisir, seperti sindikat narkoba atau organisasi kejahatan terorganisir lainnya. Sosiologi kriminalitas memeriksa faktor-faktor sosial yang mendukung eksistensi dan keberlanjutan kelompok-kelompok semacam itu.

Kriminalitas Putih: Terkait dengan tindakan ilegal yang dilakukan oleh individu atau organisasi dalam konteks pekerjaan atau bisnis, seperti penipuan perusahaan atau praktik-praktik korporat yang merugikan. Analisis sosiologis akan menyoroti faktor-faktor sosial dan ekonomi yang mendorong terjadinya kriminalitas putih.

Kriminalitas Cyber: Menyelidiki tindakan kriminal yang terjadi di dunia maya, seperti pencurian identitas, peretasan, atau penipuan online. Faktor-faktor teknologi dan perubahan dalam pola interaksi sosial di era digital menjadi fokus dalam menganalisis kriminalitas ini.

Kriminalitas Lingkungan: Berkaitan dengan tindakan kriminal yang merugikan lingkungan, seperti pembuangan ilegal atau pencemaran. Sosiologi kriminalitas memandang hubungan antara perilaku kriminal ini dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai masyarakat terkait lingkungan.

Analisis sosiologi terhadap berbagai jenis kriminalitas ini membantu dalam memahami akar penyebabnya, membedakan faktor-faktor sosial yang berperan, dan merancang strategi intervensi sosial yang lebih holistik dalam penanganannya.

Teori Tindak Kriminal dalam Sosiologi Kriminalitas

Beberapa teori sosiologi kriminalitas dan tokohnya mencakup:

  1. Teori Biologis: Faktor fisiologi dan struktur jasmaniah seseorang yang memengaruhi perilaku melanggar norma sosial.
  2. Teori Psikogenesis: Faktor seperti tingkat intelegensi, ciri kepribadian, motivasi, dan sikap menyimpang.
  3. Teori Sosiogenesis: Pengaruh struktur sosial, tekanan kelompok, peranan sosial, dan pembentukan oleh lingkungan sosial.
  4. Teori Subkultural Delikuensi: Sifat-sifat struktur sosial dengan pola budaya khas yang mempengaruhi pelaku kriminal.

Alasan Sosiologi Kriminalitas

Sosiologi kriminalitas adalah cabang ilmu sosiologi yang mempelajari fenomena kriminalitas dari sudut pandang sosial. Beberapa alasan mengapa sosiologi memperhatikan kriminalitas termasuk:

  1. Struktur Sosial: Sosiologi kriminalitas meneliti bagaimana struktur sosial, seperti ketidaksetaraan ekonomi, ketidaksetaraan pendidikan, dan ketidaksetaraan peluang, dapat mempengaruhi tingkat kriminalitas dalam suatu masyarakat.
  2. Kondisi Ekonomi: Faktor ekonomi, seperti tingkat pengangguran atau kemiskinan, dapat menjadi pemicu timbulnya kejahatan. Sosiologi kriminalitas mempelajari bagaimana ketidaksetaraan ekonomi dapat menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuhnya aktivitas kriminal.
  3. Ketidaksetaraan Sosial: Sosiologi kriminalitas menyoroti peran ketidaksetaraan sosial dalam mendorong tindakan kriminal. Ketidaksetaraan dalam hak-hak dan peluang sosial dapat menjadi faktor pendorong untuk terlibat dalam perilaku kriminal.
  4. Kultur dan Norma: Norma-norma sosial dan budaya masyarakat dapat mempengaruhi persepsi terhadap kejahatan dan cara individu meresponsnya. Sosiologi kriminalitas memeriksa bagaimana budaya dan norma dapat memengaruhi tingkat kriminalitas.
  5. Sistem Hukum dan Kontrol Sosial: Sosiologi kriminalitas memerhatikan bagaimana sistem hukum dan lembaga-lembaga kontrol sosial beroperasi dalam masyarakat. Ini melibatkan pemeriksaan bagaimana hukum diterapkan, serta dampaknya terhadap tingkat kriminalitas.
  6. Interaksi Sosial: Sosiologi kriminalitas fokus pada interaksi sosial antar individu dan kelompok sebagai faktor yang memengaruhi terjadinya tindak kriminal. Hal ini melibatkan studi tentang bagaimana dinamika sosial sehari-hari dapat berkontribusi terhadap terjadinya kejahatan.
  Puisi (nasehat) Usah Pedulikan Anggapan Orang

Pemahaman terhadap aspek-aspek ini membantu dalam merinci kompleksitas dan multidimensionalitas kriminalitas dalam suatu masyarakat, yang pada gilirannya dapat membantu dalam merancang strategi pencegahan dan penanggulangan kejahatan yang lebih efektif.

Akibat Tindak Kriminal dalam Sosiologi Kriminalitas

Akibat tindak kriminal mencakup:

  1. Kerugian Materi: Pencurian, penipuan, dan tindakan lain tanpa kekerasan.
  2. Trauma: Pengalaman ancaman dan kekerasan, terutama pada tindak kriminal berat.
  3. Cacat Tubuh dan Tekanan Mental: Terjadi pada tindakan kriminal berat seperti penganiayaan dan pemerkosaan.
  4. Kematian: Akibat tindakan kriminal berat seperti pembunuhan.

Contoh Sosiologi Kriminalitas

  1. Kekerasan Seksual terhadap Anak: Terjadi akibat kurangnya pendidikan seks dan peran keluarga yang tidak memadai.
  2. Perampokan: Dilakukan karena faktor ekonomi rendah, terpaksa melakukan tindak kriminal untuk bertahan hidup.

Contoh kasus sosiologi kriminal dapat memberikan gambaran tentang bagaimana faktor-faktor sosial memengaruhi terjadinya kejahatan. Salah satu contohnya adalah:

Studi Kasus: Tingkat Kriminalitas di Daerah Perkotaan yang Terpinggirkan

Latar Belakang: Sebuah daerah perkotaan dengan tingkat kriminalitas yang tinggi menjadi fokus penelitian sosiologi kriminal. Penelitian ini melibatkan analisis mendalam terhadap faktor-faktor sosial yang berperan dalam meningkatkan risiko kejahatan di daerah tersebut.

Faktor-Faktor Sosial yang Dianalisis:

  1. Ketidaksetaraan Ekonomi: Terdapat tingkat ketidaksetaraan ekonomi yang tinggi di antara penduduk daerah tersebut. Sebagian besar warga hidup dalam kondisi kemiskinan atau tingkat pengangguran yang tinggi, menciptakan ketegangan ekonomi yang dapat mendorong mereka terlibat dalam aktivitas kriminal untuk memenuhi kebutuhan dasar.
  2. Keterbatasan Akses Pendidikan: Keterbatasan akses pendidikan di daerah ini juga menjadi perhatian. Kurangnya peluang pendidikan dapat menyulitkan individu untuk memperoleh pekerjaan yang layak, meningkatkan risiko keterlibatan dalam kegiatan kriminal.
  3. Kurangnya Fasilitas Rekreasi dan Hiburan: Kurangnya fasilitas rekreasi dan hiburan di daerah ini menciptakan lingkungan yang monoton, meningkatkan kemungkinan terlibatnya individu dalam perilaku kriminal sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan hiburan.
  4. Kurangnya Pelayanan Kesehatan Mental: Ditemukan kurangnya pelayanan kesehatan mental yang memadai di daerah ini. Ketidakmampuan untuk mengatasi masalah kesehatan mental dapat menjadi faktor penentu dalam terlibatnya individu dalam tindakan kriminal.
  5. Hubungan Sosial yang Rendah: Keterbatasan dalam hubungan sosial di masyarakat dapat menciptakan rasa isolasi dan kurangnya kontrol sosial yang efektif. Ini dapat meningkatkan kesempatan bagi perilaku kriminal tanpa konsekuensi sosial yang signifikan.

Dampak Sosial: Tingkat kriminalitas yang tinggi memiliki dampak serius pada kehidupan masyarakat di daerah tersebut. Masyarakat menjadi hidup dalam ketakutan, perdagangan lokal terhambat, dan kepercayaan sosial menurun.

Rekomendasi: Berdasarkan analisis ini, rekomendasi yang diusulkan mungkin mencakup program pembangunan ekonomi, peningkatan akses pendidikan, penyediaan fasilitas rekreasi, perluasan layanan kesehatan mental, dan inisiatif untuk memperkuat jaringan sosial dalam masyarakat.

Studi kasus seperti ini memberikan ilustrasi tentang bagaimana kajian sosiologi kriminal dapat membantu memahami dan mengatasi masalah kejahatan dengan memerhatikan aspek-aspek sosial yang berkontribusi pada terjadinya perilaku kriminal.

Penutup

Melalui pemahaman sosiologi kriminalitas, diharapkan masyarakat dapat lebih bijak dalam menanggapi, mencegah, dan menyelesaikan masalah kejahatan di lingkungan sekitarnya.