close

Shalat Istikharah Untuk Memilih Jodoh

=>Shalat Istikharah untuk Memilih Jodoh<= Seorang pria tiba kepada orang renta saya dengan maksud ingin memperistri saya. Ini belum lamaran resmi dari pihak keluarganya, namun gres sebatas menanyakan apakah aku bersedia bila dilamar. Tentu saja aku tak mampu menjawab hari ini juga. Saya minta waktu untuk shalat istikharah alasannya saya masih ada keluhan apakah mendapatkannya atau tidak.
Perlu dimengerti, beberapa bulan yang lalu ada pria lain yang melamar. Tetapi saya menolaknya dengan argumentasi ia sungguh jauh dari patokan aku. Sebenarnya laki-laki yang sekarang datang ke orang tua juga belum menyanggupi tolok ukur aku, namun tidak terlampau jauh. Saya cemas kalau menolaknya, akan lebih lama lagi hadirnya pria yang hendak melamar aku. Sementara usia aku terus meningkat.
laki datang kepada orang tua saya dengan maksud ingin memperistri saya Shalat Istikharah untuk Memilih Jodoh
Bagaimanakah cara shalat istikharah untuk memilih jodoh sebagaimana problem aku tersebut? Terima kasih.
Jawaban: Islam yakni agama yang sempurna. Ia mengajarkan dan memberikan tuntunan apa saja yang dibutuhkan oleh umat manusia. Termasuk dalam masalah jodoh.
Ketika seorang muslim atau muslimah harus memilih satu diantara dua atau banyak hal, termasuk dalam hal jodoh, Islam merekomendasikan untuk melakukan shalat istikharah. Caranya, shalat dua rakaat sebagaimana shalat sunnah lainnya yang dua rakaat (mirip shalat tahiyyatul masjid atau shalat sunnah rawatib), baik di siang hari atau pun di malam hari, kemudian setelah salam membaca doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ ، فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ عَلاَّمُ الْغُيُوبِ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاقْدُرْهُ لِى وَيَسِّرْهُ لِى ثُمَّ بَارِكْ لِى فِيهِ ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِى فِى دِينِى وَمَعَاشِى وَعَاقِبَةِ أَمْرِى فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِى عَنْهُ ، وَاقْدُرْ لِى الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِى
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon pilihan kepada-Mu dengan ilmu-Mu, saya memohon kekuasaan-Mu (untuk menyelesaikan urusanku) dengan kodrat-Mu, dan aku memohon terhadap-Mu sebagian karunia-Mu yang agung, sebab sesungguhnya Engkau Mahakuasa sedangkan saya tidak berkuasa, Engkau Mahatahu sedangkan saya tidak tahu, dan Engkau Maha Mengetahui kasus yang gaib.
Ya Allah, jikalau Engkau mengenali bahwa permasalahan ini untukku, dalam agamaku, kehidupanku, dan alhasil bagiku, maka takdirkanlah dan mudahkanlah masalah ini bagiku, kemudian berkahilah aku dalam urusan ini. Dan jikalau Engkau mengetahui bahwa problem ini jelek untuk diriku, dalam agamaku, kehidupanku, dan balasannya bagiku, maka jauhkanlah persoalan ini dariku, dan jauhkanlah aku dari masalah ini, dan takdirkanlah kebaikan untukku di mana pun, lalu jadikanlah aku ridha menerimanya.” (HR. Bukhari)
Shalat istikharah tidak dibatasai berapa kali dijalankan. Artinya, jika hari ini shalat istikharah dua rakaat, lalu besuk shalat istikharah dua raka’at lagi, maka tidak problem. Justru makin manis sebagai bentuk taqarrub terhadap Allah dan memohon pertolonganNya. Hingga, kita mendapatkan balasan atas pertanyaan kita; kita mengambil keputusan atas pilihan-opsi yang ada.
Seperti dijelaskan Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah, bacaan shalat istikharah sesudah membaca surat Al Fatihah tidaklah ditentukan. Makara Anda mampu membaca surat atau ayat apa pun sehabis membaca surat Al Fatihah.
Bagaimana mengenali hasil shalat istikharah bahwa kita dibimbing menentukan A bukan B atau sebaliknya? Tidak seperti kata sebagian orang bahwa balasan shalat istikharah dikirim Allah dalam bentuk mimpi, bergotong-royong hasil istikharah yakni kemantapan hati. Yakni hati kita lebih condong ke pilihan mana yang terasa lebih baik untuk kita. Hati kita mantap memilih apa, itulah hasil istikharah kita. Tidak mesti berbentukmimpi.
Imam An Nawawi menerangkan, “Setelah istikharah, seseorang mesti melaksanakan apa yang dirasa baik untuknya. Di samping itu, hendaknya dia sungguh-sungguh bebas dari kehendak langsung. Jadi jangan hingga ada perasaan ini opsi terbaik, sebelum melakukan shalat istikharah. Karena jikalau demikian, sama halnya tidak istikharah atau kurang tawakkal pada pengetahuan dan kekuasaan Allah. wallahu a’lam bish shawab