Sejarah Umat Islam Minoritas di Thailand, cloudfront.net |
BAB I
Pendahuluan
1. Latar belakang
Thailand ialah salah satu negara yang berada di kawasan ASEAN. Sistem pemerintahan negara ini yaitu monarki konstitusional di bawah kuasa junta militer.
Islam diperkirakan masuk ke daerah thailand semenjak simpulan periode 15. Penyebaran ini tak lepas dari peran penjualserta para pendatang yang mengunjugi thailand sekitar periode tersebut.
Muslim tersebar diseluruh thailand, tetapi sebab thailand ialah suatu negara yang memakai buddha selaku agama lebih banyak didominasi keberadaan muslim menjadi minoritas. Minoritas muslim terbanyak mampu ditemukan di daerah selatan thailand, mereka yaitu muslim-melayu yang dahuluya berada dibawah kekuasan kesultanan patani.
Sejak tahun 1902 kesultanan patani bergabung menjadi bagian dari kerajaan siam, semenjak dikala itu kerajaan siam melakukan banyak sekali cara untuk menggabungkan budaya muslim-melayu dengan budaya budha-thai, proses ini terjadi beberapa tahun dan mengakibatkan reaksi berupa pemberontakan dan pembentukan front usaha dikalangan minoritas tempat selatan. Sementara itu, berlawanan dengan keadaan muslim di kawasan selatan, muslim diwilayah yang lain bisa hidup berdampingan.
2. Rumusan Masalah
A. Bagaimana kondisi minoritas muslim di thailand?
B. Apa saja organisasi muslim yang terbentuk di thailand?
C. Apa saja rintangan yang dihadapi umat muslim di thailand?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi muslim di thailand?
Muslim di thailand tersebar diseluruh kawasan thailad dengan beberapa kawasan yang memiliki perentas lebih banyak ialah daerah selatan, kawasan utara epatnya di Chiang Rai, dan tempat ibu kota. Minoritas muslim thailand paling banyak didapatkan didaerah Thailand Selatan. Daerah selatan dulunya bukanlah termasuk dalam daerah thailand, daerah dulunya masuk dalam kawasan melayu yang berdiri kerajaan-kerajaan kecil, didaerah selatan Thailand ketika ini dulunya berdiri suatu kerajaan yakni kerajaan atau kesultanan Pattani.
Islam masuk kewilayah thailand secara diduga dibawa oleh penjualdari daerah-daerah yang berbeda seprti India, China, Malay-Indonesia, Myanmar, dan Kamboja. Pedagang Arab dan India yaitu pionir dalam menenteng islam ke negeri ini. Penyebaran ini juga terbantu dengan adanya pengunjung ke Kerajaan Ayudhya yang membawa islam, penyebaran ini juga tiba dari orang Muslim Sulawesi yang melarikan diri dari penganiyayaan Belanda sekitar tahun1666 dan 1667, dan juga ada yang datang sebagai imigran dairi selatan China. Persentase muslim terbanyak menghuni thailand bagian selatan.
Daerah selatan dulunya adalah daerah Kerajaan Patani. Sebuah kerajaan kesultaan islam yang berbudaya melayu. Daerah kekuasaan kerajaan ini meliputi kawasan Pattani, Yala, Narathiwat, Songkhla, Kelantan, Trengganu hingga Petaling. Kerajaan Patani saat itu adalah daerah strategis penyebaran islam karena Pattani ialah satu-satunya kota pelabuhan yang artinya para penyebar islam bersinggungan langsung dengan masyarakat Pattani, Pattani juga adalah sentra jual beli islam di perairan bahari cina selatan pada kala itu yang memungkinkan proses islamisasi berkambang terus menerus.
Menjelang tamat era 15 dan awal periode 16, islam sudah menyebar luas di daerah patani. Pada final periode ke-17 kerajaan patani mengalami kemunduran sampai pada tahun 1785 Kerajaan Patani jatuh ke tangan kerajaan siam yang periode itu dipimpin oleh Raja Rama I. Jatuhnya Kerajaan Patani ketangan kerajaan siam menyebabkan muslim patani sebagai minoritas dibawah kekuasan keraajaan siam. Meski patani jatuh ketangan sebuah kerajaan yang berlandaskan budha yang berpengaruh, patani tetap mempertahankan budpekerti melayu dan keislaman mereka. hal ini membuat pemerintahan siam menerapkan kebijakan yang bertujuan meangasimilasi tempat muslim-melayu dengan siam.
Pada selesai 1901 dan permulaan 1902, patani menunjukkan reaksi kepada perlakuan yang mereka terima, dimulai dengan meminta pinjaman dari malaya tetapi tidak ada jawaban, patani lalu melaksanakan perlawanan yang dipimpin oleh Sultan Abdul Kadir, raja patani terakhir, tetapi pemberontakan ini rampung dengan ditangkap dan diasingkannya sultan abdul kadir ke muang thai utara. Pada 1909 “pakta Anglo-Siam” atau “Anglo-Siame Treaty” ditandatangani oleh pihak inggris dan siam, yang mengukuhkan kepemilikan siam atas daerah Kerajaan Patani. Pada 1921 penggunaan bahasa melayu dikurangi dengan mengganti pengirim bahasa disekolah dengan bahasa thai serta pemfokusan dalam pajak yang membuat kehidupan ekonomi era itu menjadi sulit. Setelah itu pada 1922 dimluai lagi pemberontakan Namsai oleh saudara raja patani terhadap pejabat budhis yang dilarang oleh pemerintah pusat.
Pada permulaan periode 20 M, terjadi transformasi konstitusi yang mengganti metode pemerintahan menjadi monarki konstitusional. pada saat ini muslim dilibatkan dalam penyeleksian anggota dewan legislatif dan menimbulkan impian atas otonomi , namun tata cara pemerintahan ini rupanya cuma sebuah langkah untuk berkuasanya suatu partai. Pada 1932 terjadi kudeta militer oleh seorang perwira militer Phibun Songkhram yang sungguh chauvinistik, dia mengganti nama siam menjadi Thai yang merujuk pada maksud bahwa thai adalah untuk ras thai, proyeknya kemudian dikenal dengan istilah “thai people truly thai” proyek ini menyebabkan muslim-melayu pada masa ini dipaksa menjadi satu dengan Thai yang artinya juga harus berkepercayaan budha serta menerapkan kebudayaan budha-thai dalam kehidupan.
Pada 1944 kekuasaan pibul songkram lengser dari jabatannya. Muncul pemerintah baru yang tampaklebih toleran kepada etnis minoritas, proyek asimilasi paksa tidak boleh dan dikeluarkan patronage of islam Act atau “mengayomi islam” pada 3 mei 1945 undan-undang ini digadang sebagai bentuk pinjaman pusat terhadap muslim-melayu Dalam uu ini, pemimpin agama menjadi sah, dan kedudukan ulama yakni terhormat dalam anggota dewan islam, undang-undang ini tampakmemihak muslim tetapi sjatinya, undang-indang ini tdk memberi laba untukmelayu sebab tujuan dibentuknya UU ini yakni untuk menertibkan dan mengatur acara keagamaan kaum muslim.
Pemberontakan atau perlawanan minoritas lainnya dikenal dengan pemberontakan ulama, salah satu tokoh utama pemberontakan ini ialah Haji Muhammad Sulong, pada 1974 beliau memimpin suatu aksi menuntut otonomi hukum bagi orang melayu-muslim. Pada 1948 Phibul Songkhram naik lagi ke panggung politik yang menjadikan amarah dari muslim-melayu yang pernah ditindasnya hingga terjadi pemberontakan oleh Haji Sulong dan puluhan ribu pengikutnya, akibat peristiwa berdarah ini terbunuh ratusan orang dan melayu-muslim banyak yang melarikan diri ke Malaka. Aksi perlawanan yang dipimpin haji sulong ini menerima perhatian pers dunia yang menimbulkan tekanan politik terhadap pemerintah thailand makin kuat dan untuk pertama kalinya persoalan muslim-melayu di thailand masuk dalam agenda PBB dan liga arab. Namun tekanan itu tidak menyurutkan poyek asimilasi thailand hingga lalu pemerintahan Phibun Berakhir oleh orang militer lainnya adalah Sharit Thanarat.
Pada pemerintahan Sharit Thanarat muslim-melayu diperlakukan lebih baik, namun proses asimilasi tetap berlangsung meski tidak secara jelas-terangan dan menjadi salah satu intrik politik penguasa ini. Sharit Thanarat memberlakukan program pendidikan pondok, yang mana pondok dinilai sebagai benteng terakhir umat islam disana juga dimasuki nilai-nilai thai. Mereka memberi imimng-iming beasiswa, pertolongan keuangan menjadi pemicu utama. Pada kurun ini terjadi pula pergantian struktur perekonomian yang memperburuk keadaan ekonomi di daerah Thailand Selatan. Setelah pemerintahan Sharit, pemimpin selanjutnya kembali melaksanakan asimilisai yang keras mirip pemaksaan pemakaian nama thai untuk muslim-melayu sampai mau membunuh siapa pun yang enggan mengganti nama mereka, juga ada perpindahan paksa penduduk thai-budha ke kawasan Thailand Selatan makin memperkeruh keadaan keislaman daerah Thailand Selatan serta berimbas pada perekonomian diwilayah Thailand Selatan.
Pada pemerintahan terakhir dibawah pimpinan raja Bhumibol Addulyadej keadaan muslim di Thailand selatan sedikit membaik. Raja Bhumibol dinobatkan oleh rakyat thailand sebagai bapak bangsa yangberada diatas politik karena sering menjadi penengah dalam ketegangan politik untuk mendapatkan penyelesaian tanpa kekerasan .
Muslim di thailand tidak cuma ditemukan didaerah selatan Thailand saja. Pada tahun 2015 tercatat 4.30% atau sekitar 4 juta dari 65 juta penduduk thailand beragama muslim yang menghuni seluruh thailand, dengan persentasi jumlah terbanyak di kawasan selatan Thailand . Di tempat selatan Thailand seperti provinsi Pattani, yala, narathiwat, satun, juga songkhla muslim yang disini merujuk pada muslim-melayu menjadi dominan.
Muslim di daerah lain diluar Thailand Selatan banyak didapatkan di tempat Bangkok, di kawasan ini muslim datang dari banyak sekali tempat tergolong imigran dari daerah konflik seperti syria dan miyanmar. Tidak mirip kehidupan yang dipenuhi kejadian di tempat selatan, muslim di daerah Bangkok dan kawasan yang lain hidup berdampingan dengan penduduk yang lain. Di daerah ini juga dapat ditemukan beberapa kampung muslim seperti pemukiman disekitar masjid haroon sebuah masjid pertama-pertama yang diperkirakan didirikan oleh muslim yang berasal dari kalimantan sekaligus bukti bahwa muslim Indonesia turut andil dalam penyebaran islam di thailand , selain itu juga ada masjid sentral yang mengontrol segala jenis problem keagamaan seperti menerbitan sertifikasi halal dan persoalan haji.
B. Organisasi
Penolakan oleh penduduk Pattani kepada asimilasi salah satunya mempunyai dampak pada bidang pendidikan. Pondok-pondok agama yang menolak dimasukkannya paham thai kedalam proses pendidikan berimbas pada disekolahkannya penerus pondok ini ke daerah luar thailand, karena pemerintah tidak menerima mereka. Setelah lulus dari pendidikan diluar negeri ini terbentuklah generasi baru yang meneruskan usaha pembebasan wilayah Thailand Selatan.
Perjuangan melayu-muslim terdahulu kemudian digantikan oleh generasi berikutnya yang lebih berpendidikan dan memiliki pengalaman dalam berorganisasi. Pada era sebelumnya permintaan oleh melayu muslim pada pemerintah pusat hanyalah sebatas pembebasan otonomi dalam problem keagamaan, kebudayaan, dan aturan. Pada masa berikutnya, para pejuang ini lebih menekan pada negara otonom dengan mengerjakan praktik seperti yang dijalankan di timur tengah.
Upaya perjuangan ini dikalangan penduduk muslim-melayu lalu terbagi-bagi lagi alasannya adanya perbedaan ideologi, seni manajemen, dan ruang lingkup operasinya yang menyebabkan terbaginya perjuangan kedalam beberapa kalangan.
1) Barisan revolusi nasional
Organisasi ini bangun pada tahun 1980 diresmikan oleh beberapa tokoh diantaranya yaitu H. Muhammad Amin To’mina, abdul karim hasan, k.h. yusuf capakya, dan tengku abduljalaluddin bin tengku abdul muthalib. Organisasi ini diketahui dengan nama Barisan Revolusi Nasionaln (BRN) atau liberationfront of republic Pattani (LFRP), kedepannya gerakan ini lebih dikenal dengan BRN.
Gerakan ini yaitu organisasi perlawanan yang berjuang menuntut kemerdekaan dengan cara revolusi bersenjata. Gerakan ini berbasis di kota-kota utama patani, karim bin hasan kemudian di angkat sebagai pemimpin.
Gerakan ini mempunyai korelasi baik dengan partai komunis malaysia, yang kemudian menerangkan tetang asas mereka yakni Nasionalisme-Islamisme-Sosialisme (NASOSI). Kelompok ini kemudian pecah menjadi beberpa gerakan yang masih dibawah pengawasan induknya. Pecahan itu seperti BRN ULAMA yang anggotanya bertugas selaku dewan syuro lalu menjadi majlis ulama patai atau gerakan ulama patani, BRN congress yakni pasukan kemiliteran, BRN COORDINATE berisikan politikus dalam kancah politik BRN.
Dengan dekatnya relasi degan pkm dari sinilah organisasi ini menerima dana untuk persenjataan.
2) Patani united liberation organization (PULO)
Kelompok ini adalah kalangan yang gerakannya paling efektif dan paling baik organisasinya, gerkan ini juga disebut pertobohan persatuan pembibasan patani (PPPP). Didirikan pada 22 Januari 1968 oleh tengku Biro Kotanila dari keturunan raja saman Yala, beliau ialah sarjana bidang sains dan politik dari Alighar university di India.
Prinsip yang diusung gerakan ini ialah Agama, Bangsa ,Tanah Air, dan Perikemanusiaan (UBANGTAPEKMA) dengan asan Perikemanusiaan menjadi dasar penting untuk menarik minatdan bantuan global. Struktur keorganisasian kelompok ini sangat rapi. PULO secara aktif mengantarkan anggotanya ke mancanegara untuk mencar ilmu militer dan kemudian saat mereka kembali mereka akan diangkat dalam satuan pasukan khusus.
3) Barisan nasional pembebasan patani (BNPP)
Gerakan ini juga disebut national liberation front of patani (NLFP), sekarang juga diketahui dengan gerakan mujahidin islam patani (gmip) .diresmikan di kelantan pada 9 Oktober 1970 didirikan oleh tengku abdul jalal bin tengku abdul muthallib dan orang-orang yang keluar dari BRN. Organisasi ini semakin menonjol sehabis masuknya pok yeh seorang tokoh terkenal abad itu. Gerakan ini lalu menerima pertolongan kuat oleh golongan elit, guru agama, dan kelompok intelektual yang berada di Makkah.
Tujuan utama gerakan ini ialah menuntut kemerdekaan sarat bangsa melayu-patani, mewujudkan negara patani yang berlandaskan islam, menyatukan seluruh pergerakan dalam satu partai, dan sebagainya.
Selain tiga gerakan utama ini masih terdapat beberapa gerakan lainnya yang juga memperjuangkan keleluasaan melayu-muslim di thailand dan menerima pertolongan dari tiga gerakan utama. Ketiga front utama pembebasan secara serius mengorganisir organisasi mereka dengan terus mengirim anggotanya berguru militer.
Penggabungan ketiga gerakan ini menjadikan daerah dibawah kekuasaan mereka tidak lagi berada dalam manajemen Bangkok. Karena gerakan ini kadang kala melancarkan gerakan bersenjata diprovinsi tersebut bahkan sampai keluar provinsi tersebut seperti di Hatyai-Songkhla dan Bnagkok. Gerakan yang mereka lakukan mirip pengeboman dan penyerangan kepada polisi dan militer. Kekerasan bersenjata ini meningkat sejak 1973. Tercatat semenjak 1976 hingga 1980 ada lebih dari 100 pertempuran maupun penyerangan baik diberitakan atau tidak oleh media, serta seratus perkara penculikan atas pengusaha cina dan thai serta pejabat di kawasan selatan serta pemungutan duit. Pergerakan pada tahun-tahun ini juga bertujuan membatalkan perpindahan thai-budha ke tempat selatan serta memperlemah perekonomian thai serta mengacaukan politik thailand.
Respon pemerintah terhadap pembentukan organisasi ini yakni mirip mengubah kebijakan kepada penduduk di selatan. Pada sekitar tahu 1977 pemerintah menciptakan kebijakan mendukung muslim mirip memperbolehkan pemakaian jilbab dalam foto paspor dan di kantor pmerintahan, pemberlakuan jam khusus untuk sholat jum’at, mengijinkan perayaan ritual keagamaan dan libur dihari raya, memfasilitasi ibadah haji, menerbitkan sertifikasi halal, mengakui keberadaan syaikh islam dan mempekerjakan komite dan majlis islam provinsi, disamping itu jumlah muslim di badan legislatif thailand juga mningkat. Namun kebijakan ini sedikit berubah pada tahun 2001 alasannya adalah adanya kebijakan baru oleh perdana menteri kurun itu.
Adapun respon terhadap pemberontakan yakni pembentukan pasukan operasi bersenjata dengan mengerahkan pasukan militer dan polisi berpengalaman yang dilengkapi oleh persenjataan terbaru, mereka juga menerapkan tata cara hadiah duit atas pemimpin gerakan dalam kondisi hidup atau mati. Pemerintah lalu mengirimkan mengirimkan tahan lasak atau tahan pran ada 1970, selain itu pemerintahan thailand juga menculik ana-anak dan ratusan warga yang dicurigai terlibat tetapi semua upaya ini tidak menyurutkan semangat gerakan ini.
Pada tahun-tahun itu terjadi pula gerakan pemberontakan oleh mahasiswa selaku protes atas kebijakan-kebijakan pemerintah. Pada dikala itu pula berdiri organisai young muslim assosiation of thailand yang diresmikan oleh muslim-melayu namun lalu juga melikndungi muslim lainnya melihat pergeraka di Thailand Selatan yag makin bergejolak. Pada pertumbuhan memasuki tahun 1990han pemerintah thailand secara pasif terus menyelenggarakan pembangunan atas kawasan selatan.
C. Bentuk-bentuk rintangan.
A. Asimilasi dan itegrasi paksa dan terencana.
Pemerintah, secara bertahap berusaha mengasimilasi kultur melayu-muslim kedalam thai-budha. Proses ini sudah dimulai sejak aneksasi siam kepada Kesultanan Pattani hingga terjadinya revolusi siam menjadi tempat Thailand.
Asimilasi yang dilaksanakan terdapat banyak sekali bentuk mirip yang telah dijelaskan secara singkat di pembahasan sebelumnya mulai dari yang terperinci-terangan sampai terselubung, juga yang dipenuhi dengan pemaksaan. Integrasi tata cara yang awalnya dilandaskan melayu dan islam dirubah sedemikian rupa sehingga mengacaukan sistem awal yang berlandas islam dan melayu. Integrasi ini mampu dilihat seperti pergeseran fungsi pondok dan pergeseran tata cara peradilan di tiga daerah ini. Pemerintah thailand juga menerapkan undang-undang seperti undang-undang darurat militer yang memberikan militer wewenang khusus kepada sipil.
Masyarakat minoritas di Thailand Selatan memberi tanggapandengan membentuk gerakan pemberontakan yang disusul dengan pembentukan front-front pembebasan. Meski begitu gencarnya proyek asimilasi dan integrasi dari pemerintahan thailand, pemerintah hingga dikala ini belum mampu “menguasai” Thailand Selatan secara utuh karena front pembebasan menguasai daerah Thailand Selatan dan sampai dikala ini masih kerap melancarkan gerakan pemberontakan.
B. Kemiskinan
Thailand ketika ini masuk kedalam salah satu negara miskin didunia, kemiskinan ini yakni akibat dari tindakan korup para pejabatnya .
Kondisi kemiskinan sebetulnya sudah lama dinikmati oleh tempat diwilayah selatan. Kemiskinan ini yaitu akhir dari migrasi thai-buddha ke daerah itu yang dipaksa pindah tanpa mempertimbangkan kehidupan ekonomi disana, juga dikarenakan pertentangan berkepanjangan yang terjadi di tempat ini.
Dalam catatan monografi ekonomi pemerintahan thailand, pencapaian penduduk diwilayah selatan cuma sekitar 3-5 ribu bath, sementara daerah lainnya mencapai 11 ribu bath. Dalam mata pencarian muslim-melayu menggantungkan hidup mereka pada hasil agrikultur dan perkebunan karet serta hasil kekayaan laut . Pendapatan rendah ini menjadi hambatan besar dalam perkara kemiskinan di tempat selatan.
C. Tragedi Tak Bai atau Peristiwa Taba
Pada tahun 1990-han keadaan politik internal antara thailand pusat dan daerah selatan Thailand memasuki fase stabil, kondisi ini ternyata tidak berjalan lama, pada permulaan tahun 2004 keadaan yang stabil mulai kembali memanas.
Pada 25 Oktober 2004, bertepatan dengan 11 Ramadhan 1425 H di daerah Tak Bai, Narathiwat, terjadi agresi protes atas penangkapan enam orang sukarelawan pertahanan kampong yang ditahan tanpa bukti oleh pemerintahan thailand alasannya adalah adanya laporan artifisial bahwa mereka telah merampas senjata pegawapemerintah thailand.
Aksi protes yang awalnya berjalan hening menjelma peristiwa berdarah yang menyantap korban jiwa. Polisi dan prajurit thailand melemparkan gas air mata dan menembakkan peluru kearah orang-orang yang berkumpul dan menimbulkan 28 orang tewas seketika, secara umum dikuasai massa dilumpuhkan hingga pingsan dan mengalami luka akhir pukulan dan serangan brutal. Kemudian pencetus lainnya ditahan semalaman di kamp Telaga Bakug daerah patani, didapati 84 orang lagi terbunuuh. Perdana menteri thailand saat itu tahksin sinawarta membuat pernyataan bahwa korban tewas di Telaga Bakung adalah sebab dalam keadaan berpuasa, jumlah keseluruhan korban meninggal dunia dikala itu meraih 112 orang.
Menurut laporan komite HAM di Bangkok, mereka yang ditahan disiksa dengan ditendang, dihantam, dipukuli, dan dipaksa berbaring di atas tanah dengan tangan terikat kebelakang.
Peristiwa-insiden mirip kejadian tak bai ini tidak cuma terjadi sekali, sungguh banyak perkara yang mirip terjadi di Thailand selatan bahkan hingg saat ini. Kasus lainnya berupa pengeboman, pembakaran infrastruktur seperti sekolah, dan penembakan-penembakan oleh oknum tidak bertanggung jawab.
D. Biksu yang serukan pembakaran masjid sebagai respon penembakan biksu yang lain.
Biksu apichart punnajanto sudah ditahan dan diinterogasi oleh polisi thaiand di kamp militer. Ia lalu diberhentikan dari posisinya sebagai pemuka agama. Biksu ini dimengerti mengunggah di akun facebooknya untuk mendesak umat Budha mengkremasi satu masjid untuk setiap biksu yang terbunuh di Thailand Selatan. Biksu ini menyampaikan dalam wawancaranya bahwa terdapat 20 biksu yang meninggal di Thailand Selatan sejak 2007.
Salah satu masalah penembakan biksu gres-baru ini terjadi di Provinsi Narathiwat dengan dua biksu tewas dan dua lannya luka-luka. Kejadian ini terjadi pada 18 januari 2019. Belum ada pihak yang menklaim bertanggung jawab, dan militer mengembangkan pengawasan terhadap pemuka agama.
Pemberontakan di selatan Thailand menurut data, sejak Januari 1004 hingga September 2018 tercatat 20.029 peristiwa, dengan 6.871 maut dan 13.460 orang terluka. Dalam interview salah satu televisi malaysia dengan seorang reporter Malaysia yang menciptakan dokumentasi di Thailand Selatan, disebutkan bahwa insiden di Thailand Selatan terjadi silih berubah diantara daerah-kawasan selatan tersebut, dalam wawancara itu juga dijelaskan bahwa militer selama ini dianggap yang paling bertanggung jawab terhadap banyak sekali insiden, tetapi bekerjsama militer juga tidak semuanya menginginkan pertumpahan darah, dalam interview itu juga diperlihatkan bagaimana kedekatan militer dengan masyarakat dan pemuka agama.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Minoritas muslim di thailand banyak ditemukan dibeberapa kawasan di beberapa kawasan di thailand, dengan persentase terbanyak didapatkan di daerah selatan. Muslim diwilayah itu yakni muslim-melayu, dulunya kawasan ini ialah bekas dari kesultanan patani hingga kemudian bergabung dengan Kerajaan Siam pada tahun 1785 dan dikukuhkan dalam pakta anglo-siam pada tahun 1909.
Kehidupan muslim minoritas di wilayah selatan jauh dari kata baik. Sejak kesultanan patani menjadi bagian dari kerajaan thailand, kehidupan muslim-melayu berusaha diubah secara paksa biar mampu menjadi bagian dari thai. Proyek asimilasi menjadi proyek besar pemerintah ketika itu semoga menetralisir identitas muslim-melayu. Proses ini berlangsung bertahun-tahun dan menyebabkan reaksi yang berupa pemberontakan oleh minoritas muslim di selatan thailand.
Reaksi atas perilaku yang diterima oleh muslim-melayu ialah dari pemberontakan sampai dibentuknya front pembebasan muslim mirip PULO, BNPP, dan BRN. Organisai-organisasi itu masih ada hingga ketika ini, mereka kerap melancarkan serangan-serangan di daerah selatan.
Namun berbeda dengan kondisi di selatan thailand, keadaan muslim diluar daerah ini mampu dibilang aman serta tercipta keselarasan antar umat beragama. Kehidupan harmonis ini mampu dilihat dari bagaimana masjid-masjid berkembang pesat, banyaknya kedai masakan dan kue halal dipinggir jalan, diperbolehkannya azan menggunakan mikrofon dibeberapa tempat, serta ramahnya penduduk setempat kepada muslim.
DAFTAR PUSTAKA
(t.thn.). Dipetik april 3-4, 2019, dari wikipedia: https://id.wikipedia.org/
raja bhumibol, sang pemersatu thailand, meninggal dunia. (2016, oktober 13). Dipetik april 4, 2019, dari bbc news indonesia: ” rel=”nofollow” target=”_blank”> Islam Minoritas di Sri Lanka