close

Sejarah Bangunan Masjid Raya Istiqlal

Sejarah Asal Usul Berdirinya Bangunan Masjid Istiqlal Jakarta
Masjid Istiqlal yaitu masjid negara Republik Indonesia yang terletak di sentra ibukota Jakarta. Masjid Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara. Pembangunan masjid ini di prakarsai oleh Presiden Republik Indonesia saat itu, Ir. Soekarno di mana pemancangan watu pertama, selaku tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal dikerjakan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1951. Arsitek Masjid Istiqlal yaitu Frederich Silaban, seorang Kristen Protestan.

Sejarah Asal Usul Berdirinya Bangunan Masjid Istiqlal Jakarta Sejarah Bangunan Masjid Raya Istiqlal

Lokasi kompleks masjid ini berada di bekas Taman Wilhelmina, di timur bahari lapangan Medan Merdeka yang ditengahnya berdiri Monumen Nasional (Monas). Di seberang timur masjid ini bangkit Gereja Katedral Jakarta. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Masjid ini mempunyai gaya arsitektur terbaru dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi pernak-pernik geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama masjid dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut selatan selasar masjid. Masjid ini mampu menampung lebih dari dua ratus ribu jamaah.

Selain dipakai selaku acara ibadah umat Islam, masjid ini juga digunakan sebagai kantor berbagai organisasi Islam di Indonesia, kegiatan sosial, dan acara umum. Masjid ini juga menjadi salah satu pesona rekreasi yang populer di Jakarta. Kebanyakan pelancong yang berkunjung lazimnya wisatawan domestik, dan sebagian wisatawan ajaib yang beragama Islam. Masyarakat non-Muslim juga mampu berkunjung ke masjid ini setelah sebelumnya mendapat pembekalan berita tentang Islam dan Masjid Istiqlal, meskipun demikian bab yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu.

Sejarah Asal Usul Berdirinya Bangunan Masjid Istiqlal Jakarta Sejarah Bangunan Masjid Raya Istiqlal

Pada tiap hari besar Islam mirip Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru Hijriyah, Maulid Nabi Muhammad dan Isra dan Mi’raj, Presiden Republik Indonesia senantiasa menyelenggarakan aktivitas keagamaan di masjid ini yang disiarkan secara pribadi melalui televisi nasional (TVRI) dan sebagian televisi swasta.

Masjid Istiqlal ialah masjid negara Indonesia, adalah masjid yang mewakili umat muslim Indonesia. Karena menyandang status terhormat ini maka masjid ini mesti mampu menjadi kebanggaan bangsa Indonesia sekaligus menggambarkan semangat perjuangan dalam meraih kemerdekaan. Masjid ini dibangun sebagai istilah dan wujud dari rasa syukur bangsa Indonesia yang dominan beragama Islam, atas berkat dan rahmat Allah SWT yang telah menganugerahkan lezat kemerdekaan, terbebas dari cengkraman penjajah. Karena itulah masjid ini dinamakan Istiqlal yang dalam bahasa Arab berarti “Merdeka”.

SEJARAH
Setelah perang kemerdekaan Indonesia, mulai meningkat pemikiran besar untuk mendirikan masjid nasional. Ide pembangunan masjid tercetus sehabis empat tahun proklamasi kemerdekaan. Gagasan pembangunan masjid kenegaraan ini sejalan dengan tradisi bangsa Indonesia yang sejak zaman kerajaan purba pernah membangun bangunan monumental keagamaan yang melambangkan kejayaan negara. Misalnya pada zaman kerajaan Hindu-Buddha bangsa Indonesia telah berjaya membangun candi Borobudur dan Prambanan. Karena itulah di era kemerdekaan Indonesia terbit ide membangun masjid agung yang megah dan pantas menyandang predikat sebagai masjid negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.

 Sejarah Asal Usul Berdirinya Bangunan Masjid Istiqlal Jakarta Sejarah Bangunan Masjid Raya Istiqlal

Perencanaan
Pada tahun 1950, KH. Wahid Hasyim yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia dan H. Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat Islam mengadakan konferensi dengan sejumlah tokoh Islam di Deca Park, suatu gedung konferensi di jalan Merdeka Utara, tidak jauh dari Istana Merdeka. Pertemuan dipimpin oleh KH. Taufiqurrahman, yang membahas planning pembangunan masjid. Gedung pertemuan yang bersebelahan dengan Istana Merdeka itu, sekarang tinggal sejarah. Deca Park dan beberapa gedung lainnya tergusur saat proyek pembangunan Monumen Nasional (Monas) dimulai.

Masjid tersebut disepakati akan diberi nama Istiqlal. Secara harfiah, kata Istiqlal berasal dari bahasa Arab yang berarti: kebebasan, lepas atau kemerdekaan, yang secara perumpamaan menggambarkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat berupa kemerdekaan bangsa.

Sejarah Asal Usul Berdirinya Bangunan Masjid Istiqlal Jakarta Sejarah Bangunan Masjid Raya Istiqlal

Pada pertemuan di gedung Deca Park tersebut, secara mufakat disepakati H. Anwar Tjokroaminoto selaku ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Beliau juga ditunjuk secara mufakat sebagai ketua panitia pembangunan Masjid Istiqlal meskipun dia telat hadir karena baru kembali ke tanah air setelah bertugas sebagai delegasi Indonesia ke Jepang membahas persoalan pampasan perang dikala itu.

Pada tahun 1953, Panita Pembangunan Masjid Istiqlal, melaporkan planning pembangunan masjid itu kepada kepala negara. Presiden Soekarno menyambut baik planning tersebut, bahkan akan menolong sepenuhnya pembangunan Masjid Istiqlal. Kemudian Yayasan Masjid Istiqlal disahkan dihadapan notaris Elisa Pondag pada tanggal 7 Desember 1954.

Presiden Soekarno mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid Istiqlal sejak beliau ditunjuk sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara maket Masjid Istiqlal yang diumumkan melalui surat kabar dan media lainnya pada tanggal 22 Februari 1955. Melalui pengumuman tersebut, para arsitek baik individual maupun kelembagaan dipanggil untuk turut serta dalam sayembara itu.

Terjadi perbedaan pertimbangan tentang planning lokasi pembangunan Masjid Istiqlal. Ir. H. Mohammad Hatta (Wapres RI) beropini bahwa lokasi yang paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di Jl. Moh. Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia. Dengan pertimbangan lokasi tersebut berada di lingkungan penduduk Muslim dan waktu itu belum ada bangunan di atasnya.

Sementara itu, Ir. Soekarno (Presiden RI dikala) menganjurkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina, yang di dalamnya terdapat reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah dan sentra-pusat jual beli serta erat dengan Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan simbol kekuasaan kraton di Jawa dan kawasan-kawasan di Indonesia bahwa masjid harus selalu berdekatan dengan kraton atau dekat dengan alun-alun, dan Taman Medan Merdeka dianggap sebagai alun-alun Ibu Kota Jakarta. Selain itu Soekarno juga menghendaki masjid negara Indonesia ini berdampingan dengan Gereja Katedral Jakarta untuk melambangkan semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi beragama sesuai Pancasila.

Pendapat H. Moh. Hatta tersebut akan lebih ekonomis sebab tidak akan mengeluarkan ongkos untuk penggusuran bangunan-bangunan yang ada di atas dan di sekeliling lokasi. Namun, setelah dilaksanakan musyawarah, alhasil ditetapkan lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina. Untuk memberi tempat bagi masjid ini, bekas benteng Belanda yaitu benteng Prins Frederick yang dibangun pada tahun 1837 dibongkar.

Sayembara Rancang Bangun Masjid
Dewan Juri sayembara rancang bangun Masjid Istiqlal, berisikan para Arsitek dan Ulama terkenal. Susunan Dewan Juri ialah Presiden Soekarno sebagai ketua, dengan anggotanya Ir. Roeseno, Ir. Djuanda, Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H. Abu Bakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.

  Puisi Rembulan | Dibawah Langit

Sayembara berjalan mulai tanggal 22 Februari 1955 hingga dengan 30 Mei 1955. Sambutan penduduk sangat mengasyikkan, tergambar dari banyaknya peminat sampai mencapai 30 penerima. Dari jumlah tersebut, terdapat 27 akseptor yang menyerahkan skema dan maketnya, dan cuma 22 penerima yang memenuhi kriteria kontes.

Setelah dewan juri menilai dan mengecek, akibatnya ditetapkanlah 5 (lima) penerima sebagai nominator. Lima akseptor tersebut yaitu:

  • Pemenang Pertama: Fredrerich Silaban dengan disain bersandi Ketuhanan
  • Pemenang Kedua: R. Utoyo dengan disain bersandi Istighfar
  • Pemenang Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain bersandi Salam
  • Pemenang Keempat: 5 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Ilham
  • Pemenang Kelima: adalah 3 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Khatulistiwa dan NV. Associatie dengan sandi Lima Arab

Pada tanggal 5 Juli 1955, Dewan Juri memutuskan F. Silaban selaku pemenang pertama. Penetapan tersebut dikerjakan di Istana Merdeka, sekaligus menganugerahkan suatu medali emas 75 gram dan duit Rp. 25.000. Pemenang kedua, ketiga, dan keempat diberikan hadiah. Dan seluruh penerima mendapat akta penghargaan.

Pembangunan
Pemancangan tiang pertama dijalankan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, disaksikan oleh ribuan umat Islam. Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berlangsung tanpa hambatan. Sejak direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak pertumbuhan. Proyek ini tersendat, sebab situasi politik yang kurang aman. Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling berselisih untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak pada tahun 1965 saat meletus insiden G30S/PKI, sehingga pembangunan masjid terhenti sama sekali. Setelah situasi politik mereda,pada tahun 1966, Menteri Agama KH. M. Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini. Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.

Tujuh belas tahun lalu, Masjid Istiqlal tamat dibangun. Dimulai pada tanggal 24 Agustus 1961, dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978, ditandai dengan prasasti yang dipasang di area tangga pintu As-Salam. Biaya pembangunan diperoleh utamanya dari APBN sebesar Rp. 7.000.000.000,- (tujuh milyar rupiah) dan US$. 12.000.000 (dua belas juta dollar AS).

Pengunjung Wisata
Sebagai masjid terbesar di Kawasan Timur Asia (Asia Tenggara dan Asia Timur), Masjid Istiqlal menarik perhatian pelancong dalam dan luar negeri, utamanya turis muslim yang datang dari aneka macam penjuru Indonesia ataupun turis muslim dari luar negeri. Pengunjung muslim dapat pribadi masuk dan berbaur dengan jemaah untuk menunaikan shalat berjamaah. Wisatawan non-Muslim diperbolehkan berkunjung dan memasuki masjid ini, sehabis sebelumnya menerima pembekalan info mengenai Islam dan Masjid Istiqlal. Pengunjung non-Muslim mesti mengikuti sistem mendatangi masjid seperti melepaskan bantalan kaki serta mengenakan busana yang sopan dan patut. Misalnya pengunjung tidak diperkenankan mengenakan celana pendek atau busana yang kurang pantas (busana lengan pendek, kaus kutang atau tank top).

Sejarah Asal Usul Berdirinya Bangunan Masjid Istiqlal Jakarta Sejarah Bangunan Masjid Raya Istiqlal

Pengunjung yang mengenakan celana pendek biasanya dipinjamkan sarung, sedangkan hadirin wanita diminta mengenakan kerudung. Meskipun demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi pemandu. Misalnya hadirin non-Muslim (kecuali tamu negara atau VVIP) tidak diperkenankan memasuki lantai pertama ruang utama daerah mihrab dan mimbar, namun diperbolehkan melihat bab dalam ruangan ini dari balkon lantai kedua. Selebihnya hadirin non-Muslim boleh mendatangi bab lain seperti pelataran terbuka, selasar, kaki menara dan koridor masjid.
Setelah presiden Amerika Serikat Barack Obama didampingi istrinya mengunjungi Masjid Istiqlal pada November 2010, kian banyak pelancong ajaib yang berkunjung ke masjid ini, rata-rata sekitar 20 turis abnormal mendatangi masjid ini tiap harinya. Kebanyakan berasal dari Eropa. Para tokoh penting abnormal terkenal yang pernah mengunjungi Masjid Istiqlal antara lain; Bill Clinton Presiden Amerika Serikat pada tahun 1994, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Libya Muammar Gaddafi, Pangeran Charles dari Britania Raya, Li Yuanchao wakil ketua Partai Komunis China, Presiden Cile Sebastián Piñera, Heinz Fischer Presiden Austria, danJens Stoltenberg Perdana Menteri Norwegia, dan Kanselir Jerman Angela Merkel pada tahun 2012.

Arsitektur
Sebagai masjid negara Indonesia, Masjid Istiqlal diharapkan mampu memuat jamaah dalam jumlah yang besar. Karena itu arsitekturnya menerapkan prinsip minimalis, dengan mempertimbangkan keberadaannya di daerah beriklim tropis. Masjid dirancang biar udara mampu bebas bersirkulasi sehingga ruangan tetap sejuk, sementara jemaah terbebas dari panas matahari dan hujan. Ruangan shalat yang berada di lantai utama dan terbuka sekelilingnya diapit oleh plaza atau pelataran terbuka di kiri-kanan bangunan utama dengan tiang-tiang dengan tajil lowong yang lebar di antaranya, dimaksudkan untuk mempermudah sirkulasi udara dan penerangan yang alami.

Sejarah Asal Usul Berdirinya Bangunan Masjid Istiqlal Jakarta Sejarah Bangunan Masjid Raya Istiqlal
Sejarah Asal Usul Berdirinya Bangunan Masjid Istiqlal Jakarta Sejarah Bangunan Masjid Raya Istiqlal

Gaya Arsitektur
Masjid ini bergaya arsitektur Islam modern internasional, yaitu menerapkan bentuk-bentuk geometri sederhana seperti kubus, persegi, dan kubah bola, dalam ukuran raksasa untuk mengakibatkan kesan agung dan monumental. Bahannya pun dipilih yang besifat kuat, netral, sederhana, dan minimalis, adalah marmer putih dan baja antikarat (stainless steel). Ragam hias ornamen masjid pun bersifat sederhana namun berkelas, yaitu teladan geometris berupa ornamen logam krawangan (kerangka logam berlubang) berpola lingkaran, kubus, atau persegi. Ornamen-ornamen ini selain berfungsi sabagai penyekat, jendela, atau lubang udara, juga berfungsi sebagai bagian estetik dari bangunan ini. Krawangan dari baja ini ditempatkan sebagai jendela, lubang angin, atau pernak-pernik koridor masjid. Pagar langkan di tepi balkon setiap lantainya serta pagar tangga pun terbuat dari baja antikarat. 
Langit-langit masjid dan bagian dalam kubah pun dilapisi kerangka baja antikarat. Dua belas pilar utama penyangga kubah pun dilapisi lempengan baja antikarat. Karena bangunan yang begitu besar dan luas, jikalau mempergunakan seluruh permukaan lantai di semua bab bangunan, masjid ini dapat menampung optimal sekitar 200.000 jamaah, meskipun demikian kapasitas ideal masjid ini yaitu sekitar 120.000 jamaah.
 
Masjid ini mempunyai arsitektur yang bergaya modern. Jamaah dan wisatawan yang berkunjung ke masjid ini mampu menyaksikan konstruksi kokoh bangunan masjid yang didominasi oleh batuan marmer pada tiang-tiang, lantai, dinding dan tangga serta baja antikarat pada tiang utama, kubah, puncak menara, plafon, dinding, pintu krawangan, tempat wudhu, dan pagar keliling halaman. Selain sebagai daerah ibadah, Masjid Istiqlal juga ialah obyek wisata religi, pusat pendidikan, dan pusat acara syiar Islam. Dengan berkunjung ke masjid ini, jamaah dan pelancong dapat melihat keunikan arsitektur masjid yang ialah perpaduan antara arsitektur Indonesia, Timur Tengah, dan Eropa. Arsitektur Indonesia nampak pada bangunan yang bersifat terbuka dengan memungkinkan sirkulasi udara alami sesuai dengan iklim tropis serta letak masjid yang berdekatan dengan bangunan pusat pemerintahan. 
Kemudian pada bab dalam kubah masjid yang berhiaskan kaligrafi ialah hasil adopsi arsitektur Timur Tengah. Masjid ini juga dipengaruhi gaya arsitektur Barat, sebagaimana terlihat dari bentuk tiang dan dinding yang kuat. Arsitektur Masjid Istiqlal juga memperlihatkan pendekatan yang unik terhadap berbagai serapan budaya dalam komposisi yang harmonis. Perpaduan itu memberikan kuatnya pemahaman yang menghargai berbagai budaya dari masyarakat yang berbeda, yang diposisikan sebagai potensi untuk membangun harmoni dan toleransi antar umat beragama, dalam rangka membina kesatuan dan persatuan bangsa. 
Beberapa kalangan menganggap arsitektur Islam modern Timur Tengah masjid Istiqlal berupa kubah besar dan menara terlalu bersifat Arab dan terbaru, sehingga terlepas dari kaitan harmoni dan warisan tradisi arsitektur Islam Nusantara tradisional Indonesia. Mungkin sebagai jawabannya mantan presiden Suharto melalui Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila mensponsori pembangunan berbagai masjid beratap limas tingkat tiga bergaya tradisional masjid Jawa.

Simbolisme
Rancangan arsitektur Masjid Istiqlal mengandung angka dan ukuran yang mempunyai makna dan perlambang tertentu. Terdapat tujuh gerbang untuk memasuki ruangan dalam Istiqlal yang masing-masing dinamai berdasarkan Al-Asmaul-Husna, nama-nama Allah yang mulia dan terpuji. Angka tujuh melambangkan tujuh lapis langit dalam kosmologi alam semesta Islam, serta tujuh hari dalam seminggu. Tempat wudhu terletak di lantai dasar, sementara ruangan utama dan pelataran utama terletak di lantai satu yang ditinggikan. Bangunan masjid terdiri atas dua bangunan; bangunan utama dan bangunan pendamping yang lebih kecil. 
Bangunan pendamping berfungsi sebagai tangga sekaligus kawasan tambahan untuk beribadah. Bangunan utama ini dimahkotai kubah dengan bentang diameter sebesar 45 meter, angka “45” melambangkan tahun 1945, tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Kemuncak atau mastaka kubah utama dimahkotai pernak-pernik baja antikarat berupa Bulan sabit dan bintang, simbol Islam. Kubah utama ini ditopang oleh 12 tiang ruang ibadah utama disusun melingkar tepi dasar kubah, dikelilingi empat tingkat balkon. Angka “12” yang dilambangkan oleh 12 tiang melambangkan hari kelahiran nabi Muhammad ialah tanggal 12 Rabiul Awwal, juga melambangkan 12 bulan dalam penanggalan Islam (juga penanggalan Masehi) dalam satu tahun. Empat tingkat balkon dan satu lantai utama melambangkan angka “5” yang melambangkan lima Rukun Islam sekaligus melambangkan Pancasila, falsafah kebangsaan Indonesia. 
Sejarah Asal Usul Berdirinya Bangunan Masjid Istiqlal Jakarta Sejarah Bangunan Masjid Raya Istiqlal
Pada bangunan pendamping di mahkotai kubah yang lebih kecil berdiameter 8 meter. Adanya dua bangunan masjid; ialah bangunan utama dan bangunan pendamping (berfungsi sebagai tangga, ruang komplemen dan pintu masuk Al Fattah), serta dua kubah adalah kubah utama dan kubah pendamping, melambangkan angka “2” atau dualisme yang saling berdampingan dan melengkapi; langit dan bumi, kepentingan alam baka dan kepentingan duniawi, bathin dan lahir, serta dua bentuk kekerabatan penting bagi muslim adalah Hablum minallah (korelasi manusia dengan Tuhannya) dan Hablum minannaas (hubungan manusia dengan sesamanya). 
Hal ini sesuai dengan sifat agama Islam yang lengkap, mengatur baik masalah keagamaan maupun sosial kemasyarakatan. Islam tidak semata-mata bertitik berat pada problem ibadah dan alam baka saja namun juga mengamati urusan duniawi; kesejahteraan, keadilan dan kepedulian sosial, ekonomi, hukum, ilmu wawasan, kebudayaan dan kehidupan sehari-hari umat muslim. Rancangan interior masjid ini sederhana, minimalis, dengan hiasan minimal berupa ornamen geometrik dari materi baja antikarat. Sifat gaya arsitektur dan ragam hias geometris yang sederhana, higienis dan minimalis ini mengandung makna bahwa dalam kesederhanaan terkandung keindahan. 
Pada dinding utama yang menghadap kiblat terdapat mihrab dan mimbar di tengahnya. Pada dinding utama terdapat pernak-pernik logam bertuliskan abjad Arab Allah di sebelah kanan dan nama Muhammad di sebelah kiri, di tengahnya terdapat kaligrafi Arab Surah Thaha ayat ke-14. Semua ornamen logam baja antikarat didatangkan dari Jerman. Pada awalnya dijadwalkan memakai bahan marmer impor dari Italia seperti Monumen Nasional. Akan tetapi untuk menghemat biaya dan mendukung industri mamer setempat maka materi marmer kesannya diambil dari Tulungagung di Jawa Timur. Struktur bangunan utama dihubungkan dengan emper dan koridor yang mengelilingi pelataran terbuka yang luas. 
Teras besar terbuka ini berskala seluas 29.800 meter persegi, berbentukpelataran berlapis tegel keramik berwarna merah bata yang disusun sesuai shaf shalat, terletak di sisi dan belakang gedung utama. Teras ini berfungsi menampung jemaah pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Koridor di sekeliling teras pelataran menghubungkan bangunan utama dengan menara masjid. Tidak mirip masjid dalam arsitektur Islam Arab, Persia, Turki, dan India yang memiliki banyak menara, Istiqlal cuma mempunyai satu menara yang melambangkan KeEsaan Allah. Struktur menara berlapis marmer berskala tinggi 66,66 meter (6.666 cm),melambangkan 6.666 ayat dalam pandangan tradisional dalam Al Alquran. Ditambah kemuncak yang memahkotai menara yang dibuat dari kerangka baja setinggi 30 meter melambangkan 30 juz’ dalam Al Quran,[14] maka tinggi total menara yaitu 96,66 meter. Selain koridor emper keliling terdapat pula koridor di tengah yang menghubungkan Gerbang Al Fattah dengan Gerbang Ar Rozzaq. Jika masjid telah tentu berkiblat ke arah Mekkah, penjuru koridor ini mengarah ke Monumen Nasional, hal ini untuk memberikan bahwa masjid ini ialah masjid nasional Republik Indonesia. 
Di masjid ini juga terdapat bedug raksasa yang yang dibuat dari dari sebatang pohon kayu meranti merah asal pulau Kalimantan yang berusia sekitar 300 tahun. Masjid Istiqlal diketahui dengan kemegahan bangunannya. Luas bangunannya cuma mencapai 26% dari tempat seluas 9.32 hektar, yang selebihnya yaitu halaman dan pertamanan. Pada taman masjid di sudut barat daya terdapat kolam besar dengan air mancur yang dapat menyemburkan air setinggi 45 meter. Air mancur ini hanya diaktifkan tiap hari Jumat menjelang shalat Jumat atau pada hari raya dan hari penting keagamaan Islam mirip Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi, dan Isra Miraj.

Gedung Utama

Tinggi: 60 meter
Panjang: 100 meter
Lebar: 100 meter
Tiang pancang: 2.361 buah

Masjid Istiqlal yang megah ini ialah bangunan berlantai dua. Lantai pertama untuk perkantoran, ruang konferensi, instalasi AC sentral dan listrik, kamar mandi, toilet dan ruang kawasan wudhu. Lantai dua, untuk shalat yang berisikan ruang shalat utama dan teras terbuka yang luas guna untuk memuat jemaah yang melimpah terutama pada saat shalat Idul Fitri dan Idul Adha.  Gedung utama dengan ruang shalat utama mengarah ke kiblat (Mekkah), sedangkan teras terbuka yang luas mengarah ke Monumen Nasional (Monas).

  Puisi Lilitan Ratapan
Lantai utama yang disediakan untuk ruang sholat baik Rawatib ataupun sholat sunnat lainnya terletak di gedung utama dengan daya tampung 61.00 orang jamaah. Di bagian depan terdapat Mihrab tempat dimana imam memimpin sholat jamaah, dan disebelah kanan mihrab terdapat mimbar yang ditinggikan. Lantainya ditutupi karpet merah santunan seorang gemar memberi dari Kerajaan Arab Saudi.

Kubah Besar

Dengan diameter 45 m, yang dibuat dari kerangka baja antikarat dari Jerman Barat dengan berat 86 ton, sementara bagian luarnya dilapisi dengan keramik. Diameter 45 meter ialah simbol penghormatan dan rasa syukur atas kemerdekaan Bangsa Indonesia pada tahun 1945 sesuai dengan nama Istiqlal itu sendiri. Bagian bawah sekeliling kubah terdapat kaligrafi Surat Yassin yang ditulis oleh K.H Fa’iz seorang Khatthaath senior dari Jawa Timur. 
Sejarah Asal Usul Berdirinya Bangunan Masjid Istiqlal Jakarta Sejarah Bangunan Masjid Raya Istiqlal

Dari luar atap bagian atas kubah dipasang penangkal petir berbentuk lambang Bulan dan Bintang yang yang dibuat dari stainless steel dengan diameter 3 meter dan berat 2,5 ton. Dari dalam kubah di topang oleh 12 pilar berdiameter 2,6 meter dengan tinggi 60 meter, 12 buah pilar ini ialah simbol angka kelahiran nabi Muhammad SAW yaitu 12 Rabiul Awal tahun Gajah atau 20 April 571 M. Seluruh bab di gedung utama ini dilapisi marmer yang didatangkan langsung dari Tulungagung seluas 36.980 meter persegi.

Gedung Pendahuluan

Tinggi: 52 meter
Panjang: 33 meter
Lebar: 27 meter

Bagian ini memiliki lima lantai yang terletak di belakang gedung utama yang diapit dua sayap teras. Luas lantainya 36.980 meter persegi, dilapisi dengan 17.300 meter persegi marmer. Jumlah tiang pancangnya sebanyak 1800 buah. Di atas gedung ini ada suatu kubah kecil, fungsi utama dari gedung ini yaitu setiap jamaah dapat menuju gedung utama secara langsung. Selain itu juga mampu dimanfaatkan sebagai ekspansi daerah shalat jika gedung utama penuh.


Teras Raksasa

Teras raksasa terbuka seluas 29.800 meter terletak di sebelah kiri dan dibelakang gedung induk. Teras ini berlapis tegel keramik berwarna merah kecoklatan yang disusun membentuk shaf shalat. Teras ini dibentuk untuk memuat jamaah pada dikala shalat Idul Fitri dan Idul Adha. Selain itu teras ini juga berfungsi sebagai kawasan program-program keagamaan mirip MTQ dan pada emper tengah biasa digunakan untuk peragaan latihan manasik haji, teras raksasa ini mampu memuat sekitar 50.000 jamaah.

Menara
Tinggi badan menara marmer: 6.666 cm = 66.66 mete
Tinggi kemuncak (pinnacle) menara baja antikarat: 30 mete
Tinggi total menara: sekitar 90 meter
Diameter menara 5 meter

Sejarah Asal Usul Berdirinya Bangunan Masjid Istiqlal Jakarta Sejarah Bangunan Masjid Raya Istiqlal

Bangunan menara meruncing ke atas ini berfungsi sebagai kawasan Muadzin mengumandangkan adzan. Di atasnya terdapat pengeras bunyi yang mampu menyuarakan adzan ke tempat sekitar masjid. Menara megah tersebut melambangkan keagungan Islam, dan kemuliaan kaum muslimin. Keistimewaan lainnya, menara yang terletak di sudut selatan masjid, dengan ketinggian 6.666 cm ini dinisbahkan dengan jumlah ayat-ayat Al-Quran. Pada bagian ujung atas menara, bangkit kemuncak (pinnacle) dari besi baja yang menjulang ke angkasa setinggi 30 meter sebagai simbol dari jumlah juz dalam Al-Quran. Menara dan kemuncak baja ini membentuk tinggi total menara sekitar 90 meter. Puncak menara yang meruncing dirancang berlubang-lubang yang dibuat dari kerangka baja tipis. Angka 6.666 ialah simbol dari jumlah ayat yang terdapat dalam AL- Quran, mirip yang diyakini oleh sebahagian besar ulama di Indonesia.

Lantai dasar dan tangga
Ruangan shalat terdapat di lantai pertama tepat di atas lantai dasar, sedangkan lantai dasar terdapat ruang wudhu, kantor Masjid Istiqlal, dan kantor banyak sekali organisasi Islam. Lantai dasar Masjid Istiqlal semuanya ditutupi oleh marmer seluas 25.000 meter persegi dipersiapkan untuk sarana perkantoran, fasilitas penunjang masjid, dan ruang multi fungsi. Gagasan semula tempat ini akan dibiarkan terbuka yang di saat-waktu mampu dipergunakan, misalnya pada ketika penyelenggaraan Festival Istiqlal I tahun 1991 dan Festival Istiqlal II tahun 1995 ruangan-ruangan multi guna di lantai dasar dan pelataran halaman Masjid dijadikan ruang pameran seni Islam Indonesia dan bazaar. Namun pasca terjadinya pengeboman di Masjid Istiqlal pada tanggal 19 April 1999 maka dilakukanlah pemagaran dan pengerjaan pintu-pintu strategis pada tahun 1999.
Jumlah tangga menuju lantai shalat utama sebanyak 11 unit. Tiga diantaranya mempunyai ukuran besar dan berfungsi selaku tangga utama yakni: satu unit berada disisi utara gedung induk, satu unit berada pada gedung pendahuluan yang dapat dipergunakan langsung menuju lantai lima, dan satu unit yang lain berlokasi di emper selatan menuju lantai utama, tangga-tangga ini mempunyai lebar 15 meter. Disamping itu terdapat 4 unit tangga dengan ukuran lebar 3 meter berlokasi pada tiap-tiap pojok gedung utama yang langsung menuju lantai lima dan di sudut-sudut teras raksasa.
Sumber : Wikipedia