close

Sejarah Bangunan Cheomseongdae Di Korea

Sejarah Asal usul – Asal Mula Bangunan Cheomseongdae di Korea
Cheomseongdae terletak di Gyeongju. Dulunya kota ini merupakan ibukota kerajaan Silla dengan nama Seorabeol. Posisi persisnya tak jauh dari istana Ponweolseong, pada koordinat 35°49’53” LU dan 129°13’20” BT.

Sejarah Cheomseongdae
Catatan-catatan sejarah Korea menawarkan ada 3 tempat yang berjulukan Cheomseongdae. Pertama yaitu di Pyongyang, dulu ibukota kerajaan Goguryeo dan kini ibukota Korea Utara. Bangunannya sudah tidak ada lagi. Yang kedua ialah di Gyeongju, ibukota kerajaan Silla, yang kita bahas di sini. Dan yeng terakhir, di Gaeseong, Korea Utara, yang merupakan peninggalan kerajaan Goryeo.

Menurut buku “Kenangan tentang Tiga Kerajaan” (Samguk yusa), Cheomseongdae Silla dibangun pada periode pemerintahan ratu Seondeok (633 – 647 M). Di catatan itu tidak ada tanggal tepatnya dan juga tidak dituliskan apa fungsi bangunan ini, tapi catatan-catatan sejarah yang datang lebih belakangan dan sumber lain berupa karya sastra menyebutkan Cheomseongdae dipakai untuk mengamati rasi bintang dan pergerakan matahari. Catatan-catatan kuno dari Cina juga menyatakan hal serupa.

Peneliti modern pertama yang meninjau Cheomseongdae yaitu Tadashi Sekino yang menyimpulkan bahwa Cheomseongdae yakni sebuah observatorium meskipun strukturnya cukup ajaib selaku observatorium. Lalu Yuji Wada, spesialis meteorologi dari Jepang. Ia mulai melaksanakan survey di lokasi Cheomseongdae pada 1909, menyimpulkan bahwa Cheomseongdae Silla adalah observatorium tertua di Asia Timur. Wada juga meyakini ada beberapa bab bangunan yang telah hilang, seperti tangga bab dalam.

Konstruksi dan Fungsi
Cheomseongdae dibentuk dari kerikil-watu yang disusun sedemikian rupa sehingga menciptakan bentuk yang diduga mempunyai arti khusus. Dilihat dari luar, bangunan ini terdiri atas 3 bagian: bantalan, menara dan puncak.  

Bagian alasnya dibuat dari 12 balok watu yang disusun sehingga berbentuk persegi. Susunan ini dibuat 2 lapis, dengan lapisan kedua terkubur dalam tanah.
Bagian utama bangunan bentuknya seperti botol, menara silinder dengan lingkar bantalan lebih besar daripada lingkar di bagian puncak. Dibuat dari susunan watu-batu yang bila dijumlah jumlahnya 365 buah. Bagian utama ini terdiri dari 27 lapis. Di bab tengahnya dibuat suatu jendela persegi yang menghadap ke utara. Jumlah lapisan di atas dan bawah jendela masing-masing berjumlah 12 lapis.
Bagian puncaknya dibuat berupa pagar yang jika dilihat dari atas akan terlihat mirip karakter Cina #. Bagian ini berisikan 2 lapis.

Jumlah watu untuk menyusun bagian utama memperlihatkan jumlah hari dalam setahun samsiah (matahari), 365. Jumlah lapisan barangkali terkait dengan ratu Seondeok, yang merupakan penguasa Silla ke-27. Jika lapisan ganjal yang tidak terkubur dimasukkan, jadi 28 dan ini memberikan jumlah rasi bintang berdasarkan astronomi oriental. Dan jika disertakan dengan 2 lapisan atap, jumlahnya 30. Menunjukkan jumlah hari dalam sebulan kamariah. Lapisan dibawah dan diatas jendela masing-masing 12 buah, memperlihatkan jumlah bulan dalam setahun. Jika dijumlahkan jadi 24, memperlihatkan solar term yang biasa dipakai pada tata cara kalender lunisolar Cina.

Di bagian dalamnya juga mempesona. Dari bawah sampai ke lapisan ke-12 diisi dengan pasir. Mulai dari jendela sampai keatasnya kosong. Di lapisan ke-26 terdapat suatu balok datar yang–dilihat dari atas–menutupi ruang bab timur. Untuk masuk kedalam bangunan ini, orang mesti memakai tangga dari luar dan masuk melalui atap. Balok di lapisan ke-26 itu barangkali dipakai untuk meletakkan peralatan pengamatan dan alat tulis.

Kontroversi
Sebagian besar peneliti menyetujui Cheomseongdae selaku suatu observatorium. Hal itu didukung oleh catatan-catatan sejarah yang ada di Korea, Jepang dan Cina. Pengamatan astronomi dilakukan dengan mata telanjang, dilengkapi dengan alat-alat mirip gnomon. Tentunya perhitungan-perkiraan khusus dijalankan dengan perlindungan kalender untuk mengetahui gerhana dan rasi bintang yang berguna untuk keperluan astrologi.

Namun beberapa peneliti lain mencurigai fungsi Cheomseongdae sebagai observatorium sebab bentuknya yang dianggap tidak representatif. Misalnya, Lee Yong-beom dari Universitas Dongguk yang beropini Cheomseongdae yakni simbol gunung Sumeru yang ada dalam iktikad Buddha. Atau Kim Yong-un dari Universitas Hanyang beropini Cheomseongdae ialah monumen yang melambangkan pencapaian tinggi atas sains di Silla.

  4 Keutamaan Sholat Tahajud bagi Pekerja Kantoran

Bagaimanapun, sejauh ini usulan bahwa Cheomseongdae yaitu suatu observatorium lebih disetujui. Juga ada pendapat moderat: Cheomseongdae yakni suatu observatorium dengan struktur bangunan dibentuk mengikuti ide Buddhis.

Observatorium Tertua
Buku rekor dunia, Guinness Book of World Records pada 1982 menyatakan bahwa Cheomseongdae di Gyeongju, Korea Selatan yaitu bangunan observatorium astronomi tertua yang masih berdiri di dunia. International Council of Monuments and Sites (ICOMOS), bab dari IAU, menyatakan Cheomseongdae Silla adalah observatorium tertua di Asia Timur.

Bukan memiliki arti tidak ada observatorium sebelum Cheomseongdae dibangun. Sejarah menyatakan ada banyak kebudayaan yang jauh lebih tua ketimbang kebudayaan Silla, katakanlah Mesir, Babilonia, Yunani. Kebudayaan-kebudayaan kuno itu juga sudah mengenal astronomi, dan mungkin saja mempunyai observatorium mereka sendiri.

Kerajaan Silla di abad VII masehi juga lebih mediocre dibandingkan negara-negara tetangganya di semenanjung Korea, Goguryeo dan Baekje. Dan mirip yang telah disebutkan sebelumnya, Cheomseongdae juga ada di ibukota Goguryeo namun sisa-sisa bangunannya tidak lagi ada. Jadi, satu-satunya bangunan observatorium antik yang paling renta dan masih eksis memang hanya Cheomseongdae Silla ini.

Artikel : Sejarah Bangunan Cheomseongdae di Korea
Follow :
Sumber : Korea Journal, International Council of Monuments and Sites (2010)