WAKTU DIDIRIKAN
Banyak buku – buku sejarah yang menuliskan wacana Candi Borobudur akan namun kapan Candi Borobudur itu di dirikan tidaklah dapat di ketahui secara niscaya namun suatu perkiraan mampu di peroleh dengan goresan pena singkat yang di pahatkan di atas pigura relief kaki orisinil Candi Borobudur ( Karwa Wibhangga ) menerangkan abjad sejenis dengan yang di dapatkan dari prasati di akhir kala ke – 8 sampai permulaan masa ke – 9 dari bukti – bukti tersebut mampu di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di dirikan sekitar tahun 800 M.
Kesimpulan tersebut di atas itu ternyata sesuai benar dengan dengan kerangka sejarah Indonesia pada umumnya dan juga sejarah yang berada di kawasan jawa tengah pada khususnya masa antara masa ke – 8 dan pertengahan abad ke – 9 di populer dengan era Emas Wangsa Syailendra kejayaan ini di tandai di bangunnya sejumlah besar candi yang di lereng – lereng gunung pada umumnya bangkit khas bangunan hindu sedangkan yang bertebaran di dataran – dataran yakni khas bangunan Budha namun ada juga sebagian khas Hindu
Dengan demikian mampu di tarik kesimpulan bahwa Candi Borobudur di bangkit oleh wangsa Syailendra yang terkenal dalam sejarah alasannya adalah karena perjuangan untuk menjunjung tinggi dan mengagungkan agama Budha Mahayana.
4 Tahap Pembangunan Borobudur
* Tahap pertama
Masa pembangunan Borobudur tidak dimengerti pasti (diperkirakan antara 750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. tetapi lalu diubah. Sebagai bukti ada tata susun yang dibongkar.
* Tahap kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak bundar yang eksklusif diberikan stupa induk besar.
* Tahap ketiga
Undak atas bulat dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan dan diganti tiga undak bundar. Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
* Tahap keempat
Ada perubahan kecil mirip pembuatan relief pergeseran tangga dan lengkung atas pintu.
PENEMUAN KEMBALI
Borobudur yang menjadi keajaiban dunia menjulang tinggi antara dataran rendah di sekelilingnya.
Tidak akan pernah masuk logika mereka melihat karya seni paling besar yang ialah hasil karya sangat menakjubkan dan tidak lebih masuk akal lagi bila di katakan Candi Borobudur pernah mengalami kerusakan
Memang demikian keadaannya Candi Borobudur terlupakan selama batas waktu tenggang yang cukup usang bahkan sampai berabad – kurun bangunan yang begitu megahnya di hadapkan pada proses kehancuran. Kira – kira cuma 150 tahun Candi Borobudur di gunakan sebagai sentra Ziarah, waktu yang singkat di bandingkan dengan usianya ketika pekerja menghiasi / membangun bukit alam Candi Borobudur dengan kerikil – batu di bawah pemerintahan yang sangat populer adalah SAMARATUNGGA,sekitar tahun 800 – an dengan berakhirnya kerajaan Mataram tahu 930 M sentra kehidupan dan kebudayaan jawa bergeser ke timur
Pada tahun 1835 M seluruh candi di bebaskan dari apa yang menjadi penghalang pemandangan oleh Presiden kedua yang bernama Hartman, sebab begitu tertariknya terhadap Candi Borobudur sehingga beliau mengusahakan pembersihan lebih lanjut, puing – puing yang masih menutupi candi di singkirkan dan tanah yang menutupi lorong – lorong dari bangunan candi di singkirkan semua sehingga candi lebih baik di bandingkan sebelumnya.
Semenjak Candi Borobudur di temukan dimulailah perjuangan perbaikan dan pemugaran kembali bangunan Candi Borobudur mula – mula cuma dilakukan secara kecil – kecilan serta pembuatan gambar – gambar dan photo – photo reliefnya. Pemugaran Candi Borobudur yang pertama kali di selenggarakan pada tahun 1907 M – 1911 M di bawah pimpinan Tuan Van erf dengan tujuannya ialah untuk menyingkir dari kerusakan – kerusakan yang lebih besar lagi dari bangunan Candi Borobudur.
Teras tertinggi sesudah restorasi Van Erp
walaupun banyak bab tembok atau dinding – dinding terutama tingkat tiga dari bawah sebelah Barat Laut, Utara dan Timur Laut yang masih tampak miring dan sangat mencemaskan bagi para hadirin maupun bangunannya sendiri namun pekerjaan Van Erp tersebut untuk sementara Candi Borobudur dapat di selamatkan dari kerusakan yang lebih besar.
Mengenai gapura – gapura hanya beberapa saja yang telah di kerjakan masa itu telah mengembalikan kejayaan kurun silam, tetapi juga perlu di sadari bahwa tahun – tahun yang di lalui borobudur selama tersembunyi di semak – semak secara tidak pribadi telah menutupi dan melindungi dari cuaca jelek yang mungkin dapat merusak bangunan Candi Borobudur, Van Erp berpendapat miring dan meleseknya dinding – dinding dari bangunan itu tidak sungguh membahayakan bangunan itu, Pendapat itu sampai 50 tahun lalu memang tidak salah akan namun semenjak tahun 1960 M pendapat Tuan Van erf itu mulai di ragukan dan di khawatirkan akan ada kerusakan yang lebih parah
PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR
Pemugaran Candi Borobudur di mulai tanggal 10 Agustus 1973 prasati dimulainya pekerjaan pemugaran Candi Borobudur terletak di sebelah Barat Laut Menghadap ke timur karyawan pemugaran tidak kurang dari 600 orang diantaranya ada tenaga – tenaga muda lulusan Sekolah Menengan Atas dan SIM bangunan yang memang diberikan pendidikan terutama tentang teori dan praktek dalam bidang Chemika Arkeologi ( CA ) dan Teknologi Arkeologi ( TA )
Teknologi Arkeologi bertugas membongkar dan memasang batu – batu Candi Borobudur sedangkan Chemika Arkeologi bertugas membersihkan serta memperbaiki kerikil – batu yang telah retak dan pecah, pekerjaan – pekerjan di atas bersifat arkeologi semua di tangani oleh tubuh pemugaran Candi Borobudur, sedangkan pekerjaan yang bersifat teknis mirip penyediaan transportasi pengadaaan bahan – materi bangunan di tangani oleh kontraktor (PT NIDYA KARYA dan THE CONTRUCTION AND DEVELOPMENT CORPORATION OF THE FILIPINE ).
Bagian – bab Candi Borobudur yang di pugar ialah bab Rupadhatu ialah kawasan tingkat dari bawah yang berbentuk bujur kandang sedangkan kaki Candi Borobudur serta teras I, II, III dan stupa induk ikut di pugar pemugaran tamat pada tanggal 23 Februari 1983 M di bawah pimpinan DR Soekmono dengan di tandai sebuah kerikil prasati seberat + 20 Ton.
Prasasti peresmian selesainya pemugaran berada di halaman barat dengan batu yang sungguh besar di buatkan dengan dua bagian satu menghadap ke utara satu lagi menghadap ke timur penulisan dalam prasasti tersebut di tanda tangani eksklusif oleh tenaga yang jago dan terampil dari Yogyakarta yang bekerja pada proyek pemugaran Candi Borobudur.
Ikhtisar Waktu Proses Pemugaran Candi borobudur
- 1814 – Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur. Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berbentukbukit yang dipenuhi semak belukar.
- 1873 – monografi pertama ihwal candi diterbitkan.
- 1900 – pemerintahan Hindia Belanda menetapkan suatu panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
- 1907 – Theodoor van Erp memimpin pemugaran sampai tahun 1911.
- 1926 – Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada tahun 1940 akibat krisis malaise dan Perang Dunia II.
- 1956 – Pemerintah Indonesia meminta tunjangan UNESCO. Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk meneliti alasannya-alasannya kerusakan Borobudur.
- 1963 – Pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur, namun awut-awutan sesudah terjadi kejadian G-30-S.
- 1968 – Pada pertemuan-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk memberi pinjaman untuk menyelamatkan Borobudur.
- 1971 – Pemerintah Indonesia membentuk tubuh pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
- 1972 – International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan berbagai negara dan Roosseno sebagai ketuanya.Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat.Sisanya ditanggung Indonesia.
- 10 Agustus 1973 – Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran final pada tahun 1984.
- 21 Januari 1985 – terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa pada Candi Borobudur yang kemudian secepatnya diperbaiki kembali.Serangan dijalankan oleh kalangan Islam ekstremis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
- 1991 – Borobudur ditetapkan selaku Warisan Dunia UNESCO.
Batu Peringatan Pemugaran candi Borobudur dengan pertolongan UNESCO
Banyak teori yang berusaha menerangkan nama candi ini.Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara, ialah artinya “gunung” (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya.Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan “para Buddha” yang sebab perubahan bunyi menjadi borobudur.Penjelasan lain adalah bahwa nama ini berasal dari dua kata “bara” dan “beduhur”.
Sejarawan J.G. de Casparis dalam disertasinya untuk mendapatkan gelar doktor pada 1950 berpendapat bahwa Borobudur yakni tempat pemujaan.Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, Casparis memperkirakan pendiri Borobudur ialah raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melaksanakan pembangunan sekitar tahun 824 M.
Bangunan raksasa itu baru dapat dituntaskan pada kala putrinya, Ratu Pramudawardhani.Pembangunan Borobudur diperkirakan menyantap waktu setengah kala.Dalam prasasti Karangtengah pula disebutkan mengenai penganugerahan tanah sima (tanah bebas pajak) oleh Çrī Kahulunan (Pramudawardhani) untuk memelihara Kamūlān yang disebut Bhūmisambhāra.Istilah Kamūlān sendiri berasal dari kata mula yang memiliki arti daerah asal muasal, bangunan suci untuk memuliakan leluhur,kemungkinan leluhur dari wangsa Sailendra.Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa sansekerta yang bermakna “Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa”, ialah nama asli Borobudur.
URAIAN BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
Candi Borobudur di berdiri mengunakan watu Adhesit sebanyak 55.000 M3bangunan Candi Borobudur berupa limas yang berundak – undak dengan tangga naik pada ke – 4 sisinya ( Utara, selatan, Timur Dan Barat ) pada Candi Borobudur tidak ada ruangan di mana orang tak bisa masuk melainkan mampu naik ke atas saja.
Lebar bangunan Candi Borobudur 123 M
Panjang bangunan Candi Borobudur 123 M
Pada sudut yang membelok 113 M
Dan tinggi bangunan Candi Borobudur 30.5 M
Pada kaki yang orisinil di di tutup oleh kerikil Adhesit sebanyak 12.750 M3 sebagai selasar undaknya.Candi Borobudur mempunyai struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berupa bujur kandang, tiga pelataran berupa lingkaran melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar di semua pelatarannya beberapa stupa.Sepuluh pelataran yang dimiliki Borobudur menggambarkan secara terperinci filsafat mazhab Mahayana.Bagaikan suatu kitab, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, ialah dunia yang masih dikuasai oleh kama atau “nafsu rendah”. Bagian ini sebagian besar tertutup oleh tumpukan kerikil yang diduga dibentuk untuk memperkuat konstruksi candi. Pada bab yang tertutup struktur suplemen ini terdapat 120 panel dongeng Kammawibhangga. Sebagian kecil struktur embel-embel itu disisihkan sehingga orang masih dapat menyaksikan relief pada bab ini.
Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan berbentukstupa yang paling besar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubang-lubang. Di dalam stupa terbesar ini pernah didapatkan patung Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga unfinished Buddha, yang disalahsangkakan selaku patung Adibuddha, padahal melalui observasi lebih lanjut tidak pernah ada patung pada stupa utama, patung yang tidak final itu merupakan kesalahan pemahatnya pada zaman dahulu. berdasarkan iman patung yang salah dalam proses pembuatannya memang dilarang dirusak. Penggalian arkeologi yang dijalankan di halaman candi ini mendapatkan banyak patung seperti ini.
Di kurun kemudian, beberapa patung Buddha bareng dengan 30 batu dengan relief, dua patung singa, beberapa kerikil berbentuk kurun, tangga dan gerbang diantarkan terhadap Raja Thailand, Chulalongkorn yang mengunjungi Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pada tahun 1896 selaku kado dari pemerintah Hindia Belanda saat itu.
Borobudur tidak mempunyai ruang-ruang pemujaan mirip candi-candi lain.
PATUNG
Di dalam bangunan Budha terdapat patung – patung Budha berjumlah 504 buah diantaranya sebagai berikut:
Patung Budha yang terdapat pada relung – relung : 432 Buah, Sedangkan pada teras – teras I, II, III berjumlah : 72 Buah,Jumlah : 504 Buah
Agar lebih jelas susunan – susunan patung Budha pada Budha sebagai berikut:
1. Langkah I Teradapat : 104 Patung Budha
2. Langkah II Terdapat : 104 Patung Budha
3. Langkah III Terdapat : 88 Patung Budha
4. Langkah IV Terdapat : 22 Patung Budha
5. Langkah V Terdapat : 64 Patung Budha
6. Teras Bundar I Terdapat : 32 Patung Budha
7. Teras Bundar II Terdapat : 24 Patung Budha
8. Teras Bundar III Terdapat : 16 Patung Budha
Jumlah : 504 Patung Budha
Sekilas patung Budha itu tampak serupa seluruhnya tetapi sesunguhnya ada juga perbedaannya perbedaan yang sangat terperinci dan juga yang membedakan satu sama lainya yakni dalam sikap tangannya yang di sebut Mudra dan merupakan ciri khas untuk setiap patung perilaku tangan patung Budha di Candi Borobudur ada 6 macam hanya saja alasannya adalah macam oleh karena macam mudra yang di miliki menghadap semua arah (Timur Selatan Barat dan Utara) pada bab rupadhatu langkah V maupun pada bagian arupadhatu pada umumnya menggambarkan maksud yang serupa maka jumlah mudra yang pokok ada 5 kelima mudra itu yakni Bhumispara – Mudra Wara – Mudra, Dhayana – Mudra, Abhaya – Mudra, Dharma Cakra – Mudra.
PATUNG SINGA
Pada Candi Borobudur selain patung Budha juga terdapat patung singa jumlah patung singa semestinya tidak kurang dari 32 buah akan namun bila di hitung sekarang jumlahnya berkurang sebab aneka macam alasannya adalah satu satunya patung singa besar berada pada halaman segi Barat yang juga menghadap ke barat seolah – olah sedang menjaga bangunan Candi Borobudur yang megah dan cantik.
STUPA
1. Stupa Induk
Berukuran lebih besar dari stupa – stupa lainya dan terletak di tengah – tengah paling atas yang merupakan mhkota dari seluruh monumen bangunan Candi Borobudur, garis tengah Stupa induk + 9.90 M puncak yang tertinggi di sebut pinakel / Yasti Cikkara, terletak di atas Padmaganda dan juga trletak di garis Harmika.
2. Stupa Berlubang / Terawang
Yang dimaksud stupa berlubang atau terawang adalah Stupa yang terdapat pada teras I, II, III di mana di dalamnya terdapat patung Budha. Di Candi Borobudur jumlah stupa berlubang seluruhnya 72 Buah, stupa – stupa tersebut berada pada tingkat Arupadhatu.
Teras I terdapat 32 Stupa
Teras II terdapat 24 Stupa
Teras III terdapat 16 Stupa
Jumlah 72 Stupa
3. Stupa kecil
Stupa kecil berbentuk hampir sama dengan stupa yang lainya hanya saja perbedaannya yang menojol yaitu ukurannya yang lebih kecil dari stupa yang lainya, seolah – olah menjadi hiasan bangunan Candi Borobudur keberadaanstupa ini menempati relung – relung pada langkah ke II saampai langkah ke V sedangkan pada langkah I berupa Keben dan sebagian berbentukStupa kecil jumlah stupa kecil ada 1472 Buah.
RELIEF
Di setiap tingkatan dipahat relief-relief pada dinding candi. Relief-relief ini dibaca sesuai arah jarum jam atau disebut mapradaksina dalam bahasa Jawa Kuna yang berasal dari bahasa Sansekerta daksina yang artinya ialah timur. Relief-relief ini beragam isi ceritanya, antara lain relief-relief cerita jātaka.
Pembacaan kisah-kisah relief ini selalu dimulai, dan selsai pada pintu gerbang segi timur di setiap tingkatnya, mulainya di sebelah kiri dan selsai di sebelah kanan pintu gerbang itu. Maka secara faktual bahwa sebelah timur adalah tangga naik yang sebetulnya (utama) dan menuju puncak candi, artinya bahwa candi menghadap ke timur meskipun segi-segi lainnya serupa benar.
Secara runtutan, maka cerita pada relief candi secara singkat berarti sebagai berikut :
Sesuai dengan makna simbolis pada kaki candi, relief yang menghiasi dinding batur yang terselubung tersebut menggambarkan aturan hukuman alam. Deretan relief tersebut bukan ialah cerita seri (serial), namun pada setiap pigura menggambarkan suatu cerita yang mempunyai hubungan karena akhir. Relief tersebut tidak saja memberi gambaran kepada perbuatan tercela manusia diikuti dengan eksekusi yang akan diperolehnya, namun juga tindakan baik manusia dan pahala. Secara keseluruhan merupakan penggambaran kehidupan manusia dalam bulat lahir – hidup – mati (samsara) yang tidak pernah rampung, dan oleh agama Buddha rantai tersebutlah yang hendak diakhiri untuk menuju kesempurnaan
LALITAWISTARA
Merupakan penggambaran riwayat Sang Buddha dalam deretan relief-relief (tetapi bukan ialah riwayat yang lengkap ) yang dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita, dan selsai dengan wejangan pertama di Taman Rusa dekat kota Banaras. Relief ini berderet dari tangga pada segi sebelah selatan, sesudah melampui formasi relief sebanyak 27 pigura yang dimulai dari tangga segi timur. Ke-27 pigura tersebut menggambarkan aktivitas, baik di sorga maupun di dunia, sebagai persiapan untuk menyambut hadirnya penjelmaan terakhir Sang Bodhisattwa selaku kandidat Buddha. Relief tersebut menggambarkan lahirnya Sang Buddha di arcapada ini selaku Pangeran Siddhartha, putra Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya dari Negeri Kapilawastu. Relief tersebut berjumlah 120 pigura, yang selsai dengan wejangan pertama, yang secara simbolis dinyatakan selaku Pemutaran Roda Dharma, pedoman Sang Buddha di sebut dharma yang juga memiliki arti “hukum”, sedangkan dharma dilambangkan sebagai roda.
JATAKA DAN AWADANA
Jataka adalah kisah tentang Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta. Isinya merupakan pokok penonjolan perbuatan baik, yang membedakan Sang Bodhisattwa dari makhluk lain manapun juga. Sesungguhnya, pengumpulan jasa/tindakan baik ialah tahapan persiapan dalam perjuangan menuju ketingkat ke-Buddha-an.Sedangkan Awadana, pada dasarnya nyaris sama dengan Jataka akan namun pelakunya bukan Sang Bodhisattwa, melainkan orang lain dan ceritanya dihimpun dalam kitab Diwyawadana yang mempunyai arti tindakan mulia kedewaan, dan kitab Awadanasataka atau seratus kisah Awadana. Pada relief candi Borobudur jataka dan awadana, diperlakukan sama, artinya keduanya terdapat dalam gugusan yang serupa tanpa dibedakan. Himpunan yang paling populer dari kehidupan Sang Bodhisattwa yakni Jatakamala atau untaian dongeng Jataka, karya penyair Aryasura dan jang hidup dalam kala ke-4 Masehi.
GANDAWYUHA
Merupakan deretan relief menghiasi dinding lorong ke-2,yakni cerita Sudhana yang berkelana tanpa mengenal letih dalam bisnisnya mencari Pengetahuan Tertinggi wacana Kebenaran Sejati oleh Sudhana. Penggambarannya dalam 460 pigura didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha, dan untuk bagian penutupnya menurut kisah kitab yang lain adalah Bhadracari.
ARCA BUDDHA
Selain wujud buddha dalam kosmologi buddhis yang terukir di dinding, di Borobudur terdapat banyak arca buddha duduk bersila dalam posisi lotus serta memperlihatkan mudra atau sikap tangan simbolis tertentu.Patung buddha dalam relung-relung di tingkat Rupadhatu, diatur berdasarkan barisan di sisi luar pagar langkan. Jumlahnya semakin menyusut pada sisi atasnya. Barisan pagar langkan pertama berisikan 104 relung, baris kedua 104 relung, baris ketiga 88 relung , baris keempat 72 relung, dan baris kelima 64 relung. Jumlah total terdapat 432 arca Buddha di tingkat Rupadhatu.Pada bab Arupadhatu (tiga pelataran melingkar), arca Buddha diletakkan di dalam stupa-stupa berterawang (berlubang).
Keempat pagar langkan mempunyai empat mudra: Utara, Timur, Selatan, dan Barat, dimana masing-masing arca buddha yang menghadap arah tersebut menampilkan mudra yang khas. Arca Buddha pada pagar langkan kelima dan arca buddha di dalam 72 stupa berterawang di pelataran atas memperlihatkan mudra: Tengah atau Pusat. Masing-masing mudra melambangkan lima Dhyani Buddha; masing-masing dengan makna simbolisnya tersendiri.