Siti Rufaidah Binti Sa’ad Al Bani Aslam Al Khazraj seorang wanita yang berprofesi sebagai perawat dan jago pengobatan pertama di dunia Islam. Ia berguru perihal dunia kedokteran dari ayahnya, Sa’ad Al-Aslamy, yang berprofesi selaku dokter di Madinah. Dengan bimbingan ayahnya, dia menjadi spesialis penyembuh, meskipun ketika itu dia tidak sampai diberi iman untuk melaksanakan operasi ataupun amputasi. Tidak hanya itu saja, Rufaidah juga mengajarkan kemampuan keperawatannya kepada wanita lain.
Rufaidah yang hidup 1400 tahun yang lalu ialah seorang perawat muslimah yang mendedikasikan hidupnya untuk menawarkan sentuhan-sentuhan kemanusian dalam dunia kesehatan. Bahkan seluruh ulama setuju – sebagaimana dikemukakan Muhammad Hamid Muhammad dalam karyanya Shuwar min Hayat al-Shahabiyyat – menjulukinya perawat pertama dalam sejarah Islam. secara langsung terlibat dalam banyak sekali peperangan yang terjadi selama abad kepemimpinan Nabi Muhammad Shollallahu ‘alaihi wasallam, mirip perang Badar, Uhud, Khandaq, dan Perang Khaibar. Semasa berlangsungnya perang tersebut, Rufaida binti Sa’ad memimpin sejumlah kalangan perawat di medan perang untuk menyediakan tunjangan pengobatan. Bahkan Rasulullah menganjurkan biar para tentara yang terluka dibawa ke tenda Rufaidah semoga segera mendapatkan perawatan.
Biografi
Rufaidah lahir di Yathrib atau sekarang diketahui dengan Madinah kira-kira pada tahun 570 M dan meninggal pada 632 M. Ia dikenal berilmu membaca, menulis dan kaya raya. Ia juga termasuk kaum Anshar, ialah kalangan yang pertama menganut Islam di Madinah. Rufaidah mempelajari ilmu keperawatan ketika dia bekerja menolong ayahnya yang berprofesi sebagai dokter. Dari ayahnya inilah, Rufaidah banyak belajar tentang ilmu keperawatan.
Rufaidah hidup pada masa masa pertama Hijriyah atau masa ke-8 Masehi, dan digambarkan sebagai perawat acuan, baik dan bersifat tenggang rasa. Ia seorang pemimpin, organisatoris, mampu mengerahkan dan memotivasi orang lain. Selain itu, beliau memiliki pengalaman klinis yang mampu diajarkan terhadap perawat lain, yang dilatih dan bekerja dengannya.
Ia tidak cuma melaksanakan peran perawat dalam aspek klinis semata, tetapi juga melakukan tugas komunitas dan memecahkan masalah sosial yang mampu menjadikan timbulnya aneka macam macam penyakit. Rufaidah adalah perawat kesehatan penduduk dan pekerja sosial yang menjadi wangsit bagi profesi perawat di dunia Islam.
Baca: “11 Tokoh Wanita Muslimah yang Terkenal karena Keilmuwannya“
Ketika Perang Badar, Uhud, Khandaq, dan Khaibar, Rufaidah menjadi relawan yang merawat korban luka. Dia melatih beberapa golongan perempuan untuk menjadi perawat. Dalam Perang Khaibar, mereka minta izin terhadap Rasulullah SAW. untuk ikut di garis belakang peperangan biar dapat merawat tentara yang terluka. Rasulullah pun mengizinkannya.
Ketika perang usai, Rufaidah membangun tenda di luar Masjid Nabawi untuk merawat muslimin yang sakit. Kemudian, berkembang dan berdirilah rumah sakit lapangan yang terkenal ketika perang dan Rasulullah sendiri menyuruh korban yang terluka dirawat olehnya.
Agar para korban dapat dikerjakan dengan baik dan tuntas, Rufaidah membagi agenda para perawat yang ditunjuk untuk membantunya menjadi dua shift; shift malam dan shift siang. Atas gagasan ini, Rufaidah dianggap selaku penggerak adanya pembagian shift yang berlaku mirip di rumah sakit-rumah sakit sekarang.
Di antara para korban yang dirawat Rufaidah sampai sembuh yaitu Sa’ad bin Mu’adz yang terluka dan tertancap panah di tangannya ketika perang Khandak.
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani mengutip riwayat Imam Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad dari Amr bin Qatadah dari Mahmud bin Labid bahwa ketika pelipis mata Sa’ad terluka dikala Perang Khandaq, Rasulullah memerintahkan orang-orang untuk membawanya ke Rufaidah. Di tenda Rufaidah itu, beliau memantau kesembuhan Sa’ad setiap pagi dan sore. Atas jasanya itu, Rasulullah memberinya bab ghanimah sama seperti bagian laki-laki, meskipun keterlibatannya dalam peperangan cuma sebagai perawat.
Pengabdian Rufaidah dalam dunia kesehatan tidak hanya dilakukan dalam keadaan perang. Di luar musim perang, beliau juga membuka semacam klinik gratis bagi siapa saja yang membutuhkan pengobatan.
Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akhir perang. Namun juga terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memperlihatkan perhatian terhadap setiap muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan memperlihatkan bekal pendidikan. Rufaidah digambarkan mempunyai kepribadian yang luhur dan tenggang rasa sehingga menawarkan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya dengan baik pula. Sentuhan segi kemanusiaan yakni hal yang penting bagi perawat, sehingga kemajuan sisi tehnologi dan segi kemanusiaan (human touch) harus sebanding. Rufaidah juga digambarkan selaku pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia Isalam, meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan (Jan, 1996), beliau juga ialah penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventif care) dan mengembangkan pentingnya penyuluhan kesehatan (health education).
Sumber: https://islami.co/rufaidah-binti-saad-perawat-pertama-dalam-sejarah-islam/