Hambatan-kendala dalam Komunikasi Massa
Kegiatan Belajar 1
Hambatan Psikologis
Setiap bentuk aktivitas komunikasi akan meng¬hadapi banyak sekali kendala. Hambatan pada komu¬nikasi massa relatif lebih kompleks sejalan dengan kompleksitas bagian¬-komponen komuni¬kasi yang terlibat dalam proses komunikasi massa. Hambatan komunikasi massa yang berupa hambatan psikologis meliputi kepentingan, prasangka dan motivasi. Kepentingan komunikan yang berbeda¬-beda mampu dianggap sebagai ham¬batan komunikasi karena kepentingan akan memengaruhi respons komunikan kepada pesan komunikasi. Begitu pula dengan kendala yang berupa motivasi alasannya adalah motivasi akan memengaruhi intensitas balasan komunikan terha¬dap pesan komunikasi, sedangkan dugaan dianggap sebagai hambatan komunikasi karena telah mengakibatkan komunikan menanggapi pesan komunikasi secara emosional, komunikan tidak berpikir rasional dan objektif. Subjektivitas pada dugaan sosial ini sudah dipertajam oleh stereotip yang dipercayainya perihal diri komunikator.
Kegiatan Belajar 2
Hambatan Sosiokultural
Keragaman etnik dan budaya, ratusan bahasa yang hidup dan berkembang di Indonesia, serta dua ratus dua puluh juta penduduk ialah aset bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya. Namun, di sisi lain faktor¬-aspek tersebut dapat menjadi penghambat dalam proses komunikasi massa. Perbedaan budaya telah memungkinkan adanya perbedaan norma sosial. Perbedaan ini perlu menjadi perhatian komunikator dalam memberikan pesannya, supaya terhindar dari ketersinggungan komunikan sebagai balasan dari perbedaan norma sosial. Hidup dan berkembangnya bahasa tempat pada masing-masing etnik, telah menjadikan sejumlah besar penduduk di kawasan terpencil tidak mampu berbahasa Indonesia kalaupun bisa¬ kemampuannya amat minim. Kondisi ini juga menjadi hambatan komunikasi massa alasannya mereka sulit mendapatkan pesan dalam bahasa Indonesia.
Keragaman bahasa, sudah memungkinkan adanya perbedaan derma makna kepada kata¬-kata yang sama. Hal ini disebut kendala semantis. Di samping ketidakmampuan berbahasa Indonesia, masyarakat di desa-¬desa terpencil pun berpendidikan sangat rendah sehingga mungkin masih ada yang belum melek karakter. Ini pun menjadi kendala komunikasi massa, sedangkan kendala yang relatif sering terjadi dalam proses komunikasi massa yaitu hambatan meka¬nis, yakni gangguan sebagai konsekuensi penggunaan alat¬-alat teknis, seperti gangguan cuaca, dan sejenisnya yang dapat mengakibatkan pesan tidak dapat diterima baik oleh komunikan.
Kegiatan Belajar 3
Hambatan Interaksi Verbal
Hambatan interaksi ekspresi yang dikemukakan oleh Joseph A. Devito ialah jenis hambatan yang kebanyakan terjadi pada komunikasi antarpersona yang tatap tampang. Dari 7 kendala yang dikemu¬kakannya, 4 diantaranya mampu pula terjadi pa¬da komunikasi massa, ialah polarisasi, orientasi intensional, penilaian statis, dan indiskriminasi. Polarisasi selaku kendala, apabila komunikator atau komunikan mempunyai kecenderungan untuk meli¬hat segala sesuatu dalam bentuk lawan kata dan mendeskripsikannya secara ekstrem, contohnya sangat baik atau sungguh jelek, sungguh kaya atau sangat miskin. Sementara realita yang ada, lebih banyak manusia dan kondisi yang berada di antara kedua ku¬tub itu.
Hambatan komunikasi massa yang berbentukorientasi intensional yakni kalau kita memiliki kecende¬rungan untuk menyaksikan insan, objek dan peristiwa sesuai dengan ciri yang menempel pada mereka. Kaprikornus, seolah¬-olah label lebih penting dari insan itu sendiri. Kebiasaan lain dari insan kebanyakan ialah merumuskan pernyataan mulut wacana sebuah kejadi¬an atau seseorang yang bersifat statis ¬ tidak berganti. Sementara, objek atau orang dari waktu ke waktu kemungkinan besar berganti. Apabila kita se¬bagai komunikan melaksanakan evaluasi statis terhadap komunikator tertentu, selamanya kita tidak akan pernah mau mendapatkan komunikator yang bersangkutan, sedangkan dia kemungkinan besar telah berubah. Indiskriminasi sebagai hambatan komunikasi massa intinya relatif sama dengan kendala stereotip alasannya adalah indiskriminasi adalah inti dari stereotip.
Fungsi Komunikasi Massa
Kegiatan Belajar 1
Fungsi Komunikasi Massa secara Umum
Fungsi komunikasi massa atau fungsi dari media massa dilihat dari perspektif secara universal (umum) yang meliputi fungsi memberi gosip; memberi pendidikan (to educated), memberi hiburan (to entertain) dan memengaruhi (to influence). Selain fungsi-fungsi tersebut Robert G. King dalam bukunya Fundamental of Communication mengemukakan fungsi-fungsi komunikasi, yaitu untuk membangun proses mental, untuk beradaptasi dengan lingkungan dan fungsi untuk memanipulasi lingkungan.
Kegiatan Belajar 2
Fungsi Komunikasi Massa secara Khusus
Fungsi komunikasi massa secara khusus, memiliki fungsi yang berlawanan antara yang satu dengan yang lainnya. Fungsi yang pertama yakni untuk meyakinkan. Fungsi ini mampu dibentuk lewat akreditasi atau memperkuat perilaku atau nilai seseorang, mengubah perilaku, menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu serta memperkenalkan etika atau memperlihatkan tata cara nilai tertentu. Fungsi komunikasi massa yang lain adalah fungsi menganugerahkan status, yaitu fungsi yang mampu menganugerahkan status publik terhadap orang-orang tertentu, sedangkan fungsi membius, ialah fungsi yang sangat menarik karena khalayak seperti tidak berdaya dalam menerima pesan-pesan yang disampaikan oleh media.
Fungsi komunikasi massa selaku alat untuk membuat rasa kebersamaan, yaitu kemampuan media massa menciptakan khalayak menjadi anggota suatu kelompok dan merupakan fungsi yang terakhir dari komunikasi massa, ialah privatisasi, sebagai suatu kecenderungan bagi seseorang untuk mempesona diri dari kelompok sosial dan mengucilkan diri ke dalam dunia sendiri.
Media Massa Cetak
Kegiatan Belajar 1
Surat Kabar sebagai Media Massa
Surat kabar selaku media cetak dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann Gutenberg pada tahun 1600-an. Di Jerman, surat kabar pertama terbit di Bremen tahun 1609. Di Inggris, Oxford Gazette ialah surat kabar pertama yang diterbitkan tahun 1665, sedangkan surat kabar hariannya yaitu Daily Courant yang terbit tahun 1702.
Di Amerika Serikat, surat kabar harian yang pertama yaitu Pennsylvania Evening Post terbit tahun 1783. Dalam perkembangannya, surat kabar di Amerika gampang didapat dan murah, sebagai acuan harian New York Sun cuma enam sen dolar sehingga kala itu dunia persuratkabaran disebut periode The Penny Press, sedangkan abad kejayaannya yang disebut Newspaper Barons yaitu di saat Joseph Pulitzer menerbitkan St Louis Post-Dispatch dan membeli New York World sehingga oplag-nya dan mendapatkan jumlah pembaca sebanyak 374.000 orang. Di ketika itu pula Pulitzer memelopori pemuatan kisah bergambar (komik strip) secara berkala pada edisi minggunya.
Dunia persuratkabaran di Indonesia mengalami 5 zaman, ialah zaman penjajahan Belanda, penjajahan Jepang, awal kemerdekaan, zaman Orde Lama dan Orde Baru. Pada zaman Belanda, surat kabar di Indonesia secara politis kurang memiliki arti alasannya adalah isinya hanya menampung kutipan-kutipan info dari harian di Eropa dan sebagian besar berbentukiklan lelang. Sekalipun terdapat surat kabar berbahasa Melayu, isinya tetap dalam pengawasan pemerintah Belanda. Begitu pula pada zaman Jepang, penggabungan beberapa surat kabar sudah membuat lebih mudah pemerintah Jepang dalam melakukan pengawasan. Di samping itu, surat kabar lebih ditekankan pada propaganda memuji-muji pemerintah dan serdadu Jepang.
Menjelang Indonesia merdeka, surat kabar yang diusahakan rakyat Indonesia ialah tandingan surat kabar Jepang dan di awal kemerdekaan, surat kabar di Indonesia mengalami masa keleluasaan. Namun, tidak lama kemudian, yakni zaman Orla, surat kabar diharuskan mempunyai cantolan pada partai tertentu dan isi surat kabar sering berupa polemik antara yang pro PKI dan yang kontra PKI. Pada permulaan pemerintahan Orde Baru, kehidupan surat kabar kembali marak dengan terbitnya surat kabar Kompas dan KAMI yang dianggap berani. Selanjutnya, grafik menurun alasannya pemerintah Orde Baru menganggap kebebasan surat kabar kurang bertanggung jawab karena tidak mengindahkan budbahasa lagi sehingga pemerintah melakukan pencabutan SIUPP beberapa surat kabar dan majalah.
Satu hal yang penting untuk dicatat bahwa dalam kurun pembangunan Indonesia, surat kabar mengemban misi menyebarluaskan pesan-pesan pembangunan dan sebagai media untuk mencerdaskan bangsa.
Sebagai media massa cetak, surat kabar memiliki beberapa karakteristik, adalah (1) publisitas, (2) periodisitas, (3) Aktualitas, (4) universalitas, (5) terdokumentasikan. Selain itu, patokan dari komunikannya yakni harus melek abjad.
Kegiatan Belajar 2
Majalah selaku Media Massa
Tidak lama setelah manusia mengenal surat kabar selaku media massa, manusia menciptakan media cetak lainnya, namun dengan bentuk yang berlainan dan periode terbit yang berbeda pula – itulah yang kita sebut sebagai majalah.
Di Inggris, Daniel Defoe (1704) menerbitkan majalah Review yang terdiri empat halaman kecil, dan berisi isu, artikel, kebijakan nasional pemerintah. Di Amerika Benjamin Franklin (1740) menerbitkan General Magazine dan Historical Chronicle. Antara tahun 1820 – 1840-an di Amerika banyak majalah yang terbit sehingga pada kala itu dinamakan The Age of Magazine. Majalah yang terkenal dikala itu ialah Saturday Evening Post dan North American Review. Pada pertengahan era ke-19 majalah yang peredarannya luas hampir di seluruh dunia yaitu Reader Digest yang diterbitkan oleh suami istri DeWitt & Lila.
Sementara di Indonesia, majalah mengalami zaman keemasan pada tahun 70-an sampai 80-an, di mana pada kala itu banyak majalah terbit dan bervariasi nyaris dapat memenuhi semua kelompok. Diantaranya, majalah berita mingguan Tempo, majalah Femina (wanita), Si Kuncung & Bobo (bawah umur), National Geographic (ilmiah terkenal), dan lain-lain.
Seperti halnya media massa lainnya, majalah mempunyai empat fungsi, ialah memberi berita, mendidik, menghibur dan memengaruhi. Namun, masing-masing majalah mempunyai fungsi utama yang berbeda tergantung pada tipe majalah tersebut. Majalah informasi mempunyai fungsi utama memberi info, majalah ilmiah memiliki fungsi utama mendidik atau memengaruhi. Majalah anak, dan wanita memiliki fungsi utama memberi hiburan.
Karakteristik majalah selaku media massa yakni (1) gosip disajikan secara mendalam; (2) nilai aktualitas lebih lama sesuai dengan frekuensi terbitnya; (3) lebih banyak menampilkan foto; (4) cover atau sampul majalah sebagai daya tarik utama.