close

Antara Kejujuran Dan Kebohongan

Kejujuran menrut bahasa kelurusan hati atau ketulusan hati, tidak curang. Perkataan yang jujur artinya perkataan atau ucapan yang selaras atau lapang dada dari hatinya dan cocok dengan langkah-langkah serta perbutannya. Kebalikan dari jujur ialah bohong atau ke bohongan ialah ucapan yang tidak cocok dengan hal atau kondisi yang bahwasanya. Membohong artinya berkata dusta, tidak jujur, tidak ada keharmonisan apa yan di ucapkan dengan apa yang diperbuatnya.

Dalam bahasa Arab kejujuran ini disebut dengan as-shidqu. Al-jurjanji mendefinisikan as-shidqu: muthabaqatul-hukmi lil-waqi’; adanya keharmonisan atau kecocokan apa yana di putuskan oleh ucapan dengan realita. Orang yang jujur ialah seseorang yang tidak pernah mengucapkan suatu kalimat pun dengan lidahnya kecuali ia dapat membuktikannya dengan hati dan perbuatan. Orang yang memiliki kejujuran dilukiskan oleh Al-Qusyairi sebagai berikut: kejujuran ialah bila pada hal perihal hatimu tidak ada kekotoran, dalam aqidahmu tidak ada keraguan, dan dalam perbuatanmu tidak ada noda atau cela.

Itulah tanda-tanda orang yang memiliki kejujuran, ia akan beres dalam kehidupannya, maslahat atau shaleh amal perbuatannya, dan higienis hatinya. Kemudian ucapan yang jujur dalam Al-Qur’an dikatakan dengan qaulan sadidan. Orang beriman dituntut untuk berucap dengan qaulan sadidan ini. Karena ucapan yang di selaraskan dengan langkah-langkah merupakan modal untuk memperbaiki diri dan mendapat jaminan ampunan Allah swt.

Dalam al-Qur’an surat al-Ahzab [33] : 70 dan 71 dinyatakan: wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah terhadap Allah dan bertaqwalah dengan perkataan yang benar (jujur). Niscaya Allah membenahi amal-amalanmu, dan mengampuni bagimu dosa-dosa kamu. Barang siapa mena’ati Allah dan Rasul-Nya maka sunguh ia memperoleh kemenangan yang besar.

  Mengatasi Peringkat Tt (Tidak Terakreditasi) Isian Ia Sispena

Dari ayat di atas ada dua perintah dan dua jaminan dari Allah. Pertama , perintah untuk bertaqwa terhadap Allah swt. Dalam artian harus takut akan azab Allah. Kedua, akan mendapatkan bimbingan dari Allah swt sehingga mudah untuk berzakat shaleh dan memperbaiki diri. Kedua, menerima jaminan ampunan Allah swt, dalam arti adanya pengawalan dari tindakan-tindakan dosa yang mengakibatkan masuk neraka.

Selanjutnya, siapaun yang membiasakan diri dalam kejujuran, insya Allah akan menerima kejayaan dan dukungan, di dunia dan alam baka. Walaupun mungkin pada awalnya orang yang melaksanakan kejujuran seperti mendapatkan penderitaan. Sebaliknya orang yang membiasakan diri dalam ke bohongan, dia akan terjerat terus dengan ke bohongannya itu. Ia repot sendiri dengan mencari argumentasi-alasan untuk menutupi kebohongan dengan ke bohongan itu lagi. Jiwanya tidak tentram, sukar untuk bertaubat, dan senantiasa mebela diri, padahal jelas ia melaksanakan kesalahan. Yang karenanya susah untuk memperbaiki dirinya, kesannya bertumpuk pada dirinya dosa dan cela yang harus dipertanggungjawabkan kelak dihadapan Allah swt.

Pantaslah jika dia dulu Rasullulah menasihati kaum muslimin supaya berlaku jujur dan menjauhi kebohongan, sebagaimana sabdanya :

Yang artinya: berlaku jujurlah kalian! Karena kejujuran itu membimbing kepada kebaikan, dan kebaikan membimbing ke nirwana. Dan tidaklah seseoarang berlaku jujur dan memilih serta membiasakan jujur (dalam jkehidupannya) sehingga nanti dia akan di catat di segi Allah selaku orang yang mahir dalam melaksanakan kejujuran. Dan jauhilah oleh kalian ke bohongan (janagan berdusta), alasannya ke bohongan, sehongga ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pembohong.

Dari hadits ini jelas, orang yang membiasakan diri dalam melaksanakan kebohongan, dia akan tercatat disisi Allah sebagai orang yang andal dalammemembohongnya. Tidakada rasa malulagi saat berdusta. Dan senantiasa mencari ke bohongan yang lain untuk menutupi kebohongan yang beliau kerjakan sebelumnya. Dan memang segala kejahatan dan kemaksiatan modalnya ialah bohong, minimal menipu keimanan yang ada pada dirinya.

  Jangan Berpasrah Pada Nasib, Tetaplah Berjuang dan Berusaha

Begitu pula jiga membiasakan diri dalam kejujuran, beliau tidak akan nyaman melakukanke bohongan sekecil apapun. Sehingga timbul kehati-hatian dalam berucap dan berujar. Dan ini merupakan modal untuk memberekan amal perbuatannya, sehingga enteng dan terbimbing dalam melaksanakan kebaikan, dan kemudian ia akan mendapatakan ampunan Allah swt, dalam artian tidak di beri potensi atau peluang oleh Allah swt untuk melakukan dosa. Inilah arti orang yang mendapat ampunan dari Allah swt.

Kesimpulan dari pembahasan ini, bahwa memang manusia dalam kehidupannya berada di antara kejujuran dan kebohongan. Artinya ada kesempatan untuk jujur dan ada kesempatan untuk dusta. Tinggal menentukan. Barang siapa yang ingin enteng untuk melaksanakan kebaikan, gampang untuk berzakat shaleh dan menginginkan ampunan Allah swt, maka kejujuran yang harus dilakuan. Utamanya kejujuran atau keserasian iktikad yang sesuai dan cocok dengan bukti amal dan perbuatannya. Walaupun mungkin resikonya kerugian bahan yang diterima pada awalnya.

Dan barang siapa yang mengingikan kemenangan sementara atau kesenangan sesaat silahkan untuk melaksanakan kebohongan. Akan tetapi resikonya ialah kehinan diakhir hidupnya. Orang tidak akan memprcayai lagi, belum kelak diakhirat harusmempertanggungjawabkan apa yang di ucapkan itu. Dan mesti ingat orang mampu berbohong seluruhnya, tetapi tidak semua orang mampu di bohongi. Kejujuran harus dimiliki oleh semua manusia khususnya yang beriman, apakah dia itu pemimpin negeri, ulama, pengusaha, penguasa, pendidik, pegawai buruh, atau pun kuli,dan penduduk kebanyakan kalau berkinginan negerinya ada dalam keberesan kemaslahatan, aman dan tentram. Mulailah kejujuran kepercayaan ini kita terapkan dalam diri kita masing-masing terlebih dulu. Semoga kita ada dalam perlidungan-Nya.Amin