Rancangan Dasar Asuhan Kehamilan / Anc

LATAR BELAKANG 

Masalah ajal ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi ialah focus utama pemecahan duduk perkara kesehatan di Indonesia. Menurut survey Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun 1997 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia yaitu 334 per 100 000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi ialah 52 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatal adalah 25 per 1000 kelahiran hidup (Standar Pelayanan Kebidanan, DepKes RI,  2001 dan Saifuddin, 2002). Selanjutnya angka akhir hayat tersebut mengalami penurunan yang lambat menjadi sebanyak  307 / 100.000 KH untuk AKI dan AKB sebanyak 35 / 1000 KH ( SDKI 2002 / 2003 ).

Penyebab secara langsung tingginya AKI ialah perdarahan post partum, abses, dan preeklamsi/eklamsia. Dari 5.600.000 perempuan hamil di Indonesia, sejumlah 27 % akan mengalami komplikasi atau masalah yang mampu berakibat fatal (Survey Demografi dan kesehatan, 1997). Kehamilan dapat bermetamorfosis dilema atau menjinjing resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15 % dari seluruh wanita yang hamil akan berubah menjadi komplikasi yang berhubungan dengan kehamilannya serta mampu mengancam jiwanya. Sebagian besar penyebab tersebut mampu dicegah lewat santunan asuhan kehamilan yang bermutu.
FILOSOFI ASUHAN KEHAMILAN
Filosofi ialah  pernyataan tentang dogma dan nilai/value yang dimiliki yang kuat terhadap perilaku seseorang/kelompok (Pearson & Vaughan, 1986 cit. Bryar, 1995:17). Filosofi asuhan kehamilan menggambarkan doktrin yang dianut oleh bidan dan dijadikan selaku panduan yang diyakini dalam menawarkan asuhan kebidanan pada klien selama periode kehamilan. Dalam filosofi asuhan kehamilan ini diterangkan beberapa dogma yang akan mewarnai asuhan itu.
1.        Kehamilan merupakan proses yang alamiah
Perubahan-pergantian yang terjadi pada perempuan selama kehamilan normal yaitu bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh akibatnya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang menghemat intervensi. Bidan mesti memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan menghindari langkah-langkah-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti keuntungannya.
2.        Asuhan kehamilan memprioritaskan kesinambungan pelayanan (continuity of care)
Sangat penting bagi perempuan untuk menerima pelayanan dari seorang  profesional yang serupa atau dari satu team kecil tenaga profesional, alasannya dengan begitu maka pertumbuhan kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka menjadi lebih yakin dan terbuka alasannya adalah merasa telah mengenal si pemberi asuhan (Enkin, 2000).
3.        Pelayanan yang terpusat pada perempuan (women centered) serta keluarga (family centered)
Wanita (ibu) menjadi sentra asuhan kebidanan dalam arti bahwa asuhan yang diberikan mesti menurut pada keperluan ibu, bukan kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhan yang diberikan hendaknya tidak cuma melibatkan   ibu hamil  saja melainkan juga keluarganya, dan itu sungguh penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bab integral/tak terpisahkan dari ibu hamil. Sikap, perilaku, dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi yang dialami oleh ibu hamil juga akan menghipnotis seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga  juga ialah unit sosial yang terdekat dan dapat menunjukkan derma yang kuat bagi anggotanya. (Lowdermilk, Perry, Bobak, 2000). Dalam hal pengambilan keputusan haruslah ialah kesepakatan bareng antara ibu, keluarganya, dan bidan,  dengan ibu sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu memiliki hak untuk memilih dan memutuskan terhadap siapa dan dimana dia akan menemukan pelayanan kebidanannya.
4.        Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan menemukan wawasan/pengalaman yang berhubungan dengan kehamilannya
Tenaga profesional kesehatan tidak mungkin terus menerus mendampingi dan merawat ibu hamil, hasilnya ibu hamil perlu mendapat isu  dan pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara benar. Perempuan harus diberdayakan untuk mampu mengambil keputusan perihal kesehatan diri  dan keluarganya melalui tindakan  KIE dan konseling yang dikerjakan bidan.
LINGKUP ASUHAN KEHAMILAN
Ruang lingkup asuhan kehamilan mencakup asuhan kehamilan wajar dan kenali kehamilan dalam rangka penapisan untuk menjaring kondisi resiko tinggi dan mencegah adanya komplikasi kehamilan

 

PRINSIP-PRINSIP POKOK ASUHAN KEHAMILAN

1.        Kehamilan dan kelahiran yakni sebuah proses yang wajar , alami dan sehat.
Sebagai bidan kita meyakini bahwa model asuhan kehamilan yang menolong serta melindungi proses kehamilan & kelahiran wajar yakni yang paling cocok bagi sebagian besar wanita. Tidak perlu melakukan intervensi yang tidak disokong oleh bukti ilmiah (evidence-based practice).
2.        Pemberdayaan.
Ibu yakni pelaku utama dalam asuhan kehamilan. Oleh alasannya itu, bidan mesti mempekerjakan ibu (dan keluarga) dengan mengembangkan wawasan & pengalaman mereka lewat pendidikan kesehatan semoga mampu merawat dan menolong diri sendiri pada keadaan tertentu. Hindarkan sikap negatif dan banyak mengkritik.
3.        Otonomi.
Pengambil keputusan yakni ibu & keluarga. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan mereka memerlukan isu. Bidan harus memberikan informasi yang akurat tentang resiko dan faedah dari semua prosedur, obat-obatan, maupun test/pemeriksaan sebelum mereka menetapkan untuk menyetujuinya. Bidan juga mesti menolong ibu dalam membuat suatu keputusan wacana apa yang terbaik bagi ibu & bayinya berdasarkan tata cara nilai dan dogma ibu/keluarga.
4.        Tidak membahayakan
Intervensi mesti dilakukan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan sebagai kegiatan rutin karena test-test berkala , obat, atau prosedur lain pada kehamilan mampu membahayakan ibu maupun janin. Bidan yang terampil mesti tahu kapan dia mesti melakukan sesuatu dan intervensi yang dilakukannya haruslah aman berdasarkan bukti ilmiah.
5.        Tanggung jawab
Asuhan kehamilan yang diberikan bidan harus senantiasa didasari ilmu, analisa, dan pertimbangan yang masak. Akibat yang timbul dari langkah-langkah yang dijalankan menjadi tanggungan bidan. Pelayanan yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan ibu & janin, bukan atas keperluan bidan. Asuhan yang bermutu, berfokus pada klien, dan sayang ibu serta berdasarkan bukti ilmiah terkini (praktek terbaik) menjadi tanggung jawab semua profesional bidan.
SEJARAH ASUHAN KEHAMILAN
Sejarah asuhan kehamilan sejalan dengan pertumbuhan dunia kebidanan secara umum. Dimana dunia menyadari bahwa persalinan akan berjalan lancar kalau adanya kenaikan pelayanan antenatal care. Boombing terjadi pada tahun 1980-an seiring dengan hadirnya safe motherhood dan making pregnancy safer.

 

TUJUAN ASUHAN KEHAMILAN

Tujuan utama ANC adalah menurunakn/menghalangi kesakitan dan maut maternal dan perinatal. Adapun tujuan utamanya ialah :
  1. Memonitor kemajuan kehamilan guna menentukan kesehatan ibu & pertumbuhan bayi yang normal.
  2. Mengenali secara dini penyimpangan dari wajar dan memperlihatkan penatalaksanaan yang dibutuhkan.
  3. Membina relasi saling yakin antara ibu dan bidan dalam rangka menyiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional, dan logis untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi.
  Defenisi Duktus Arteriosus

REFOCUSING ASUHAN KEHAMILAN

Hasil survey kesehatan rumahtangga (SKRT) tahun 1995 memperlihatkan angka maut ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab utama adalah perdarahan, jerawat dan eklampsia. Sebenarnya bidan memiliki tugas penting dalam menghalangi dan atau menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini lewat beberapa intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah, mengusut kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda permulaan perdarahan/infeksi,  maupun deteksi & penanganan permulaan kepada anemia. Namun ternyata banyak bagian ANC yang rutin dijalankan tersebut  tidak efektif untuk menurunkan angka maut maternal & perinatal.
Fokus usang ANC :
  1. Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuknya untuk menerima asuhan khusus.
  2. Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi & presentasi janin di bawah usia 36 ahad dsb) yang memperkirakan klasifikasi resiko ibu.
  3. Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan  untuk menghalangi resiko/komplikasi

Hasil-hasil observasi yang dikaji oleh WHO (Maternal Neonatal Health) memberikan bahwa :
  1. Pendekatan resiko mempunyai jikalau prediksi yang jelek alasannya kita tidak mampu membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Hasil studi di Kasango (Zaire) menerangkan bahwa 71% ibu yang mengalami partus macet tidak terprediksi sebelumnya, dan 90% ibu yang diidentifikasi sebagai rawan tinggi tidak pernah mengalami komplikasi.
  2. Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi, sementara mereka telah menggunakan sumber daya yang cukup mahal dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan bahwa pinjaman asuhan khusus pada ibu yang termasuk dalam klasifikasi resiko tinggi terbukti tidak mampu menghemat komplikasi yang terjadi (Enkin, 2000 : 22).
  3. Memberikan keselamatan palsu sebab banyak ibu yang termasuk golongan resiko rendah mengalami komplikasi namun tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengenali dan apa yang mampu dilakukannya.
  MAKALAH PERUBAHAN SOSIAL

Pelajaran yang mampu diambil dari pendekatan resiko :adalah bahwa setiap bumil beresiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi sehinggasetiap bumil  mesti mempunyai kanal asuhan kehamilan dan persalinan yang berkualitas. Karenanya, konsentrasi ANC perlu diperbaharui (refocused) semoga asuhan kehamilan lebih efektif  dan mampu dijangkau oleh setiap wanita hamil.
ISI REFOCUSING ANC
Penolong yang terampil/terlatih mesti senantiasa tersedia untuk :
  1. Membantu setiap bumil & keluarganya menciptakan perencanaan persalinan : petugas kesehatan yang terampil, daerah bersalin, keuangan, nutrisi yang bagus selama hamil, peralatan esensial untuk ibu-bayi). Penolong persalinan yang terampil menjamin asuhan normal yang aman sehingga menangkal komplikasi yang mengancam jiwa serta dapat segera mengetahui masalah dan merespon dengan sempurna.
  2. Membantu setiap bumil & keluarganya merencanakan diri menghadapi komplikasi  (deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan, dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi, donor darah,) pada setiap kunjungan. Jika setiap bumil sudah merencanakan diri sebelum terjadi komplikasi maka waktu evakuasi jiwa tidak akan banyak terbuang untuk menciptakan keputusan, mencari transportasi, ongkos, donor darah, dsb.
  3. Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang membutuhkan persalinan RS (riwayat SC, IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu bila dia memiliki keadaan yang membutuhkan kelahiran di RS akan berada di RS dikala persalinan, sehingga maut alasannya penundaan keputusan, keputusan yang kurang tepat, atau kendala dalam hal jangkauan akan dapat dicegah.
  4. Mendeteksi & menanggulangi komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb).
  5. Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 ahad, dan letak/presentasi ajaib setelah 36 ahad. Ibu yang memerlukan kelahiran operatif akan sudah memiliki jangkauan pada penolong yang cekatan dan akomodasi kesehatan yang diperlukan.
  6. Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk menghalangi akhir hayat BBL alasannya tetanus.
  7. Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan yang terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat.
  Makalah Ihwal Konsep Puskesmas

Untuk populasi tertentu:
  1. Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk menurunkan insidens anemia berat,
  2. Pencegahan/ terapi preventif malaria untuk  menurunkan resiko terkena malaria di daerah endemik
  3. Suplementasi yodium
  4. Suplementasi vitamin A

STANDARD ASUHAN KEHAMILAN
Sebagai profesional bidan, dalam melaksanakan prakteknya mesti sesuai dengan standard pelayanan kebidanan yang berlaku. Standard merefleksikan norma, pengetahuan dan tingkat kinerja yang sudah disepakati oleh profesi. Penerapan standard pelayanan akan sekaligus melindungi penduduk alasannya penilaian kepada proses dan hasil pelayanan mampu dilakukan atas dasar yang terperinci. Kelalaian dalam praktek terjadi kalau pelayanan yang diberikan tidak memenuhi  standard dan terbukti membahayakan.
Terdapat 6 persyaratan dalam kriteria pelayanan antenatal seperti sebagai berikut:
1.        Standar 3; Identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kunjungan rumah dengan berinteraksi dengan penduduk secara berkala untuk menawarkan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami dan anggota keluarganya biar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara terencana.
2.        Standar 4: Pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menganggap apakah kemajuan berjalan wajar . Bidan juga mesti mengenal kehamilan risti/ kelainan, utamanya anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS/ jerawat HIV; memberikan pelayanan imunisasi, rekomendasi dan penyuluhan kesehtan serta tugas terkait yang lain yang diberikan oleh puskesmas. Mereka harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila didapatkan kelainan, mereka harus bisa mengambil langkah-langkah yang dibutuhkan dan merujuknya untuk tindakan berikutnya.
3.        Standar 5: Palpasi Abdominal
Bidan melaksanakan investigasi abdominal secara seksama dan melaksanakan plapasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta jika umur kehamilan bertambah, mengusut posisi, bab terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melaksanakan rujukan tepat waktu.
4.        Standar 6: pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan langkah-langkah pencegahan, penemuan, penanganan dan / atau acuan semua masalah anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5.        Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengetahui tanda tanda serta gejala preeklamsia yang lain, seta mengambil langkah-langkah yang sempurna dan merujuknya.
6.        Standar 8: Persiapan Persalinan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta situasi yang menggembirakan akan dijadwalkan dengan baik, disamping persiapan angkutandan biaya untuk merujuk, jikalau tiba datang terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.

(Standard Pelayanan Kebidanan, IBI, 2002)


DAFTAR PUSTAKA


Suddart, dkk, 2002. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC


Daldiyono, dkk, 1990. Gastrointestinologi Hepatologi. Jakarta : CV. Agung Seto


Suriadi, Skp, MSN. Asuhan Keperawatan pada Anak. 2006. Jakarta : CV Agung Seto


http://nacel.wordpress.com


>>>>>>>>>>>Selanjutnya klik di bawah tem..<<<<<<<<<<<<

TIPE PELAYANAN ASUHAN KEHAMILAN