Puisi Senja Yang Indah Di Pelabuhan Kecil Yang Berhujan #211

Kamu.
Ya kamu.

Kamu adalah senjaku.
Indah. Indah sekali.

Tapi sebentar saja. Lalu pergi.
.
.
.

kieta _ Anna Noor Jannah

Di bawah ini yakni koleksi puisi senja terbaik.

     Di bawah ini adalah koleksi puisi senja terbaik Puisi SENJA Yang Indah di Pelabuhan Kecil Yang Berhujan #211
    Waktu senja ialah salah satu moment yang banyak dicintai. Ada kesan misterius di dalamnya. Menjadi pandangan baru bagi para pujangga. 

    1. Puisi Senja di Pelabuhan Kecil

    Pelabuhan. Pernahkah kau duduk di sana. Seorang diri sembari menikmati. Debur ombak dan gelombang. Angin sepoi dan menerjang.

    Rindu diriku pada pelabuhan kecil. Menatap bahtera nelayan yang bersandar. Atau pada deru angin yang datang.

    Di sinilah. Aku tuliskan puisi. Puisi senja di pelabuhan kecil. Puisi galau di senja yang mulai memerah.

    Kunanti.

    Setiap kali resah
    Datang padaku. Maka saya tiba padamu…

    …pelabuhan kecilku.

    Di dekapanmu,
    Kurasakan lapangnya kehidupan,
    Luasnya rahmat Tuhan, dan banyaknya debur kebahagiaan.

    Bersamamu,
    Aku menuliskan puisi indah
    Yang merekam jejak langkahku.

    Maka,
    Senja itu senantiasa kurindu.

    Datangnya senantiasa kunanti.
    Deburnya selalu kunikmati.
    Dan aromanya tak pernah hilang dari hati.

    Debur-Debur Kehidupan (Kahlil Gibran isme)

    Perlahan-lahan kakiku melangkah. Pada pasir putih. Pada buih. Pada ombak yang tak henti bergelombang.

    Lalu kulepaskan pandanganku. Pada konferensi maritim dan langit. Yang seolah menyatu. Walau tak pernah tahu, bagaimanakah caranya.

    Hatiku berkata bahwa ia mencintai lautan. Mencintai pantainya yang begitu indah. Pada debur ombaknya yang bergerak bagai madah.

    Karena lautan dan pantai yaitu guru yang tak berkata. Tetapi ia mengejakan aneka macam makna.

    Debur ombak mengajarkan terhadap jiwaku, bahwa hidup mestilah bergerak, tanpa henti. Datang dari daerah nun jauh di sana, menuju kawasan dimana insan mencari bahagia.

    Gelombang mengajarkan terhadap jiwaku, bahwa hidup mestilah bertenaga. Bergerak senantiasa melalui hamparan samudra.

    Dan batu karang mengajarkan kepada jiwaku, bahwa diri ini mestilah tegar tak tergoyahkan. Walaupun angin puting-beliung tiba menerjang.

    Di pelabuhan kecil ini, kutuliskan kata-kata dari lisan semesta. Dan akan kukirimkan kepadamu, sebagai kado dari kedalaman lubuk jiwa.

    Suatu Senja, Di Pelabuhan Cinta.

    Aku kira,
    Kamu tak pernah tahu,
    Bagaimana dalamnya cintaku.

    Seperti diriku
    Yang juga tak tahu
    Bagaimana dalamnya samudra.

    Tapi kau mesti tahu,
    Bahwa di suatu senja,
    Ada keindahan yang tak pernah kulupa.

    Saat hatiku mengerti,
    Bahwa aku telah menentukan dirimu
    Sebagai pasangan hidup ini.

    Yang kuterima sepenuhnya,
    Kucintai selamanya,
    Dan kurindukan tanpa jeda.

    Kunanti Di Ujung Senja.

    Di pelabuhan kecil ini,
    Aku menanti.

    Setiap kali senja datang,
    Tiba-tiba saya merindukan,
    Pada seseorang, yang begitu kukenal.

    Itulah kamu.

    Yang dahulu pernah bersamaku,
    Menangis dan tertawa bersama,
    Berjuang menggapai harapan.

      Puisi Galau Yang Menyentuh Hati Ihwal Rindu Patah Hati #210

    Lalu saat
    Musim berhias datang,
    Lalu engkau pergi untuk selamanya.

    Aku sepi. Sepi sekali.

    Menitik Air Mataku.

    Menitik air mataku,
    Padahal aku seorang lelaki.

    Saat aku tahu
    Bahwa kamu bukan lagi milikku.

    Ke mana mesti kucari,
    Pengganti dari seorang bidadari?

    Sedangkan kamu ialah kau,
    Yang tak kutemukan padanannya.

    Menitik air mataku,
    Bercampur dengan air laut
    Biarlah menghilang
    Seperti hilangnya dirimu.

    Ingin Kutulis Puisi.

    Ingin kutuliskan puisi senja,
    Yang kuabadikan selamanya,
    Ditulis dengan air mata,
    Tersimpan dalam jiwa.

    Ingin kutuliskan sebuah kata
    yang dipenuhi dengan makna,
    dihiasi sepenuh rasa
    dalam wadah bijaksana.

    ***

    2. Puisi Senja Yang Indah, Kuabadikan Dalam Kenangan

    Aku pernah melihat senja indah. Sangat indah.

    Langitnya biru semu hijau. Awan-awannya tipis laksana sapuan lukisan. Bercampur dengan cahaya keemasan.

    Seolah di sana ada para bidadari, yang sedang menari.

     Di bawah ini adalah koleksi puisi senja terbaik Puisi SENJA Yang Indah di Pelabuhan Kecil Yang Berhujan #211

    Senja Bersamamu.

    Senja itu begitu indah,
    Saat seulas senyuman kau lemparkan.

    Hatiku bahagia,
    Sebab aku tahu
    Wanita cantik di hadapanku adalah milikku.

    Tatapan yang begitu teduh,
    Senyuman yang begitu indah,
    Semuanya tampak tepat…

    …pada senja yang mulai memerah.

    Senja Begitu Indah.

    Terkenang daku
    Pada senja indah di kala kemudian.

    Ketika melalui ilalang
    Yang bunganya putih
    Diterbangkan angin.

    Saat aku berlangsung
    Dari rumah menuju surau

    Dan awan gemawan
    Bergulung-gulung di atas sana.

    Seperti sekumpulan makhluk
    Yang tak kukenal namanya.

    Senja itu begitu indah,
    Terkenang daku
    Sepenuh rasa.

    Senja Indah di Pantai.

    Ingatkah kau,
    Saat kita duduk berdua,
    Di tepi pantai di waktu senja.

    Saat ombak bergulung-gulung,
    Pecah di bibir pantai, kemudian berdebur.

    Ingatkah kamu,
    Saat kita menikmati sang surya
    Yang kan tenggelam nun jauh di sana.

    Dia begitu indah,
    Seperti bulatan rembulan,
    Padahal dialah sang surya.

    Perlahan—lahan ia turun,
    Tenggelam di pertemuan langit dan lautan.

    Ingatkah kau,
    Ada diriku di waktu itu.

     Di bawah ini adalah koleksi puisi senja terbaik Puisi SENJA Yang Indah di Pelabuhan Kecil Yang Berhujan #211

    Senja.

    Kupuisikan senja
    Karena ia begitu indah.

    Kucari kata-kata
    Ingin kubuatkan suatu madah.

    Agar senja ini tak terlupa
    Agar beliau tersimpan rapi
    Di peti ingatan
    Kelak ketika saya tua.

    Bahwa:
    Pernah di satu senja
    Aku merasa hidup ini begitu indah.

    Rahmat Allah mencurah,
    Memelukku dalam bahagia.

    Kan kuingat selalu
    Bahwa Tuhan maha pemurah,
    Akupun tidak ingin jauh
    Bersama-Nya hilanglah segala galau.

    Di Puncak Gunung.

    Oh,
    Betapa agungnya dunia ini.

    Terhampar luas di bawah sana,
    Bagaikan kain jatuh begitu saja.

    Bergelombang sangat indah,
    Begitu hening, begitu permai.

    Memandang keluasan alam,
    Dari puncak gunung saat temaram,
    Merasakan kemahakuasaan
    Tuhan, semesta alam.

    Oh Tuhanku,
    Jangan jadikan diriku,
    Berada di senja usia
    Sedangkan amalku tak ada.

    Mudahkan bagiku
    Untuk menunaikan titah perintahMu.
    Dengan hati penuh ketakwaan,
    Dengan jiwa sarat kepasrahan.

    3. Puisi Senja Cinta

    Senja Yang Berhujan.

    Di senja yang berhujan,
    Ada rindu yang kusimpan,
    Untuk kau dan kurun lalu,
    Yang menyenandukan sendu.

    @puisi.kakilima

    .
    .

    Ya. Senja itu lekat dengan cinta.
    Ia begitu indah. Indah sekali. Tapi…

    …tak usang iapun pergi.

    Maka hari ini ingin kutuliskan lagi, puisi senja yang menenteng aroma cinta. Entah itu cinta di era lalu ataukah di kala depan.

    Karena aku tahu, bahu-membahu cinta tak pernah habis walau dirangkai dalam puisi; walau digambarkan lewat kata, ataupun dibagikan ke alam semesta.

    Inilah puisi cinta yang tak akan kulupa.

    Walau Bagai Sepotong Senja.

    Walau bagai sepotong senja,
    Yang indah seketika.

    Indahnya begitu mendalam,
    Merasuk ke dalam sukma.

    Walau sebentar bagaikan senja,
    Izinkan diriku mengecap senang.

    Saat kutatap binar matamu,
    Yang menyimpan beribu kata,
    Menyembunyikan kepedihan jiwa,

    Tapi. Tapi kau lagi-lagi tersenyum.

    Seolah kamu ialah orang yang paling bahagia.

    Maka izinkan saya menjadi temanmu,
    Untuk mengerti arti senang di dalam kepahitan; mengetahui pengorbanan di tengah kesulitan; dan tetap setia walaupun di tengah gelombang pengkhianatan.

      Kau Mengecewakan [Puisi]

    Kamu Senjaku.

    Kamu.
    Ya kau.

    Kamu ialah senjaku.
    Indah. Indah sekali.

    Tapi sebentar saja. Lalu pergi.

    Hanya saja,
    Kenangannya mengabadi.
    Terukir dalam, tak mampu dihapuskan.

    Karena, alasannya kamu terlalu indah.

    Cinta di Balik Senja.

    Kalau senja datang,
    Kamu pasti tahu
    Bagaimana rasanya hatiku.

    Tentu saja saya duka,
    Sebab di senja itu ada rindu,
    Sebuah rasa yang tiada henti
    Menyelusup ke dalam hati.

    Rindu itu
    Tertuju padamu.

    Tapi kau? Ngga pernah ngerti!

     Di bawah ini adalah koleksi puisi senja terbaik Puisi SENJA Yang Indah di Pelabuhan Kecil Yang Berhujan #211

    Puisi Aku Kamu dan Senja.

    Ketika mata memandangmu,
    Aku pribadi memahami
    Bahwa aku jatuh cinta, lagi.

    Entah mengapa,
    Jika kupandang dirimu
    Tiba-tiba semua kata menjadi puisi.

    Tatapan matamu,
    Adalah inspirasi tiada henti.

    Senyumanmu,
    Adalah keteduhan
    Yang mampu membangkitkan
    Jiwa dari seorang pujangga.

    Di senja yang temaram ini,
    Aku tidak ingin banyak berkata.

    Biarlah segala rasa itu
    Meresap perlahan-lahan
    Dan bersemayam, jauh di lubuk hatiku.

    Senja Itu Kamu.

    Melewati hari-hari
    Menghabiskan umur
    Dari usia yang diberi.

    Aku di sini,
    Terpesona oleh senja yang sungguh indah.

    Pada temaramnya,
    Pada rona merahnya,
    Pada warna keemasannya,
    Dan pada sepoi angin yang berhembus ke mana saja.

    Aku di sini.
    Terpesona pada senja,
    Dan senja itu yakni kamu.

    Kamu lebih dari keindahan,
    Bagaikan lukisan; yang ingin kujelaskan
    Pada dunia. Tentang garisnya, warna, dan coraknya.

    Senja itu adalah kamu.
    Yang tak usang lagi hilang.
    Lalu jubah malam menghabiskan segala bentuk keindahan.

    4. Puisi Senjakala Gunung Merapi

    Merapi.
    Satu nama yang awet.

    Telah kukenal lama.
    Namun tak pernah bosan jua.

    Merapi.
    Apa kabarmu hari ini.

    .
    .
    .

    Kita Pernah.

    Kita pernah di sana.
    Di puncak tertinggi Gunung Merapi.

    Aku rasa
    Ada banyak kehidupan,
    Yang belum kutahu.

    Kehidupan yang sunyi
    Jauh dari keriuhan.

    Kehidupan yang hening,
    Jauh dari hingar bingar perkotaan.

    Memahami bahwa alam ini begitu indah. Yang keindahannya masuk ke dalam sukma.

    Seolah mengajarkan diriku,
    Bahwa masih ada kehidupan lain
    Yang lebih indah. Bukan di sini.

    Tapi di sana.
    Di ujung waktu
    Dari kehidupan kita.

    Senjakala di Gunung Merapi.

    Ini senja menjadi saksi,
    Tentang hati yang terluka.

    Aku berlari dari kota,
    Mencari sepi. Mencari tenang.

    Berharap hatiku pun
    Tak terusik riak kehidupan,
    Yang nestapa, luka, duka, kadang ada pengkhianatan.

    Di sini. Aku mencari sepi.
    Mendidik hati biar tak berharap
    Pada segala yang dinamakan makhluk.

    Hanya pada-Nya
    Kuadukan murung dan laraku.

    Rona Senja.

    Ke mana lagi kau labuhkan
    Hatimu yang satu-satunya itu?

    Akankah kau berikan
    Pada seseorang yang cuma melukaimu.

    Lihatlah.
    Di sini saya menanti. Setia sekali.

    Menanti kedatanganmu,
    Untuk menyerahkan segala luka,
    Duka, lara, dan nestapa itu.

    Kan kupetiki segenap
    Yang bernama sengsara
    Semampuku, dari dalam hatimu.

    Hingga
    Kau merasa bahwa
    Tak pernah hidupmu berduka.

     Di bawah ini adalah koleksi puisi senja terbaik Puisi SENJA Yang Indah di Pelabuhan Kecil Yang Berhujan #211

    Senja di Alam Raya.

    Dan tibalah jua
    Senja yang merona
    Ke pangkuan Bumi.

    Mengajakku untuk rebah,
    Melepas segala lelah.

    Hentikan sejenak
    Semua kegaduhan itu.
    Marilah menyesap udara murni,
    Melumuri hati dengan keindahan sejati.

    Betapa agungnya Tuhan
    Yang mengajarkan
    Bahwa hidup mestilah dalam ketenangan.

    Cinta di Ujung Senja.

    Jadilah seperti senja
    Indah dan mempesona
    Walaupun hanya sesaat saja.

    Dan kaulah senjaku,
    Kan kutunggu.

    Ingin kurasakan indahnya
    Meski sesaat tak selamanya.

    5. Puisi Senja Islami

    Saat surya tenggelam,
    Terbitlah dalam hatiku
    Penyesalan mendalam
    Tentang abad kemudian
    Yang begitu kelam.
    .
    .
    .

    Kita cuma insan. Pernah berbuat dosa. Pernah bersalah. Bukan karam dalam penyesalan tak berguna. Melainkan penyesalan yang membawa kepada kurun depan cerah.

    Senja Itu Begitu Bermakna.

    Saat senja
    Saat sang surya
    Menyelusup pelan-pelan
    Ke tepi bumi.

    Saat cahaya
    Mulai merona dalam merah
    Bercampur warna emasnya
    Di antara hamparan biru langit
    Dalam balutan situasi terindah.

    Tercenung diriku,
    Seolah senja itu yaitu aku.

      Puisi Patah Hati Penuh Kesedihan Gesekan Luka

    Yang setiap hari
    Habis pula jatah umurku.

    Senja itu
    Ibarat ujung dari usia
    Perlahan namun niscaya
    Ke sana pula arah hidupku.

    Kusadari
    Esok, pasti selesai pula periode mudaku.

    Lalu pergi selamanya. Tapi apa cuma dosa yang kubawa?

    Sajak di Penghujung Senja.

    Kala senja tiba
    Kan berlalu kurun siang.
    Akan usai masa terang,
    Duduk sendiri banyak mengenang.

    Rupanya usia bagai senja,
    Semakin bau tanah tak terasa,
    Selama ini sibuk dengan dunia,
    Kepada alam baka malah terlupa.

    Ingat-ingat kepada mati,
    Yang tiba sebentar lagi,
    Ingat rambut sudah memutih,
    Gigi tanggal tak tumbuh lagi.

    Ini lah sajak di waktu senja,
    Sebagai pengingat untuk semua,
    Bahwa hidup tak selamanya,
    Ke akhirat pula tempat pulang kita.

    Rona Senja.

    Siapa ia?
    gadis cantik berkerudung biru,
    Berjalan di waktu senja,
    Di jalan setapak , di jalan desa.

    Wajah putih bersih sekali
    Menyiratkan situasi hati
    Penuh damai dan makmur
    Serasa hidup sarat sentosa.

    Rona senja
    Sejenak di sini.

    Menikmati abad-abad indah
    Udara desa harum dan amis.

    Terpekur.

    Di ujung hari itu
    Aku terpekur seorang diri.

    Menggamit kurun kelam
    Yang penuhi periode silam.

    Rinduku padamu tak padam,
    Meski gelora di dalam dada.

    Tetapi,
    Aku harus pergi.

    Pergi jauh dari masa kemudian,
    Yang hanya memberi sengsara.

    Duhai diri,
    Inilah dikala bagimu,
    Untuk kembali.

    Selagi masih ada waktu,
    Selagi masih ada usia,
    Jangan biarkan dia berlalu begitu saja.

    Senja dan Hujan.

    Bergerimis hatiku,
    Seperti gerimisnya senja ini.

    Beribu senang
    Menetes ke lantai jiwa.

    Senja itu saya cinta.
    Hujan itu saya suka.

    Kini datang bantu-membantu.

    .
    .
    .

    6. Puisi Senja dan Kopi

    Senja kala memang selalu indah. Inilah beberapa senja dengan kopi. Sebuah variasi yang begitu serasi.

    Senja Di Kotamu.

    Baru saja
    Aku masuki kotamu.

    Ah,
    ternyata
    ada gejolak rasa
    di dalam sana.

    Mungkin
    Aku tak lagi bersamamu,
    Namun kenangan itu
    Belum berlalu.

    Di sini,
    Aku sekedar singgah. Sebentar sekali.

    Sekedar menyesap
    Secangkir kopi.

    Sambil mengenang
    dan mengajukan pertanyaan, apa kabarmu?

     Di bawah ini adalah koleksi puisi senja terbaik Puisi SENJA Yang Indah di Pelabuhan Kecil Yang Berhujan #211

    Secangkir Kopi dan Senja Merah.

    Masih terngiang
    Di telingaku.

    Kata-kata, canda, dan tawamu.

    Kenapa hari ini
    Aku merasakannya
    Begitu indah.

    Padahal
    Lama sudah berlalu itu kisah.

    Senja ini begitu merah.
    Dengan secangkir kopi ,
    Dan juga ingatan wacana sebuah cerita.

    Senja dan Kopi.

    Tak selamanya
    Yang pahit itu luka.

    Kadangkala, pahitnya adalah cita rasa.

    Bagai kopi.
    Pahitnya mendatangkan gula.

    Begitu juga indahnya senja,
    Tidak selamanya indah.

    Bisa jadi dia cuma tiba
    Sekedar mengingatkan
    Bahwa akan hadir pekat malam.

    7. Senja Yang Berhujan

    Senja Dalam Puisi.

    Senja ini ingin kutuliskan
    Dalam suatu puisi.

    Sebab indahnya
    Begitu mewah. Tak ingin saya kehilangannya.

    Karena senja ini berhujan,
    Turun bergerimis. Laksana untaian mutiara dari negeri yang tak dikenal.

    Diam-diam. Hatikupun merasakan senandung syahdu. Sebuah rasa antara rindu, murung, dan senang.

    Ingin kurekam,
    Rasa hatiku di ketika senja yang berhujan ini.

    Senja Yang Terluka.

    Jangan kau katakan,
    Aku tidak apa-apa.

    Karena aku tahu,
    Ada luka dalam hatimu.

    Jangan kau tahankan,
    Air mata menitik jatuh,
    Karena kutahu, ada murung dalam dadamu.

    Kalaulah hujan diikuti angin puting-beliung,
    Akan datang tenang setelahnya.

    Kalaulah senja disertai temaram,
    Akan datang bintang sesudahnya.

    Tahukah kamu,
    Setelah kegelapan, selalu ada cahaya terang.

    Senja Bersamamu.

    Kalaulah waktu dapat terulang,
    Tentu tak kubiarkan kamu pergi. Sendiri.

    Berjuang merangkai masa depan.
    Melawan ketidakpastian.

    Aku ingin. Ingin sekali menemani,
    Di ketika kau terluka, biarlah aku yang obati.

    Saat kamu terjatuh, biarlah saya yang membuatmu tegak bangun.

    Dan saat kamu putus asa, biarlah saya yang membangkitkan semangat itu.

    Tapi.

    Mengapa aku menjadi pengecut begini.
    Ataukah kurangnya rasa cintaku.

    Senja ini,
    Aku ingin mengulangi lagi
    Duduk berduamu, bercerita perihal mimpi.

    8. Puisi Hujan Dalam Hening

    Hujan Bergeranyai.

    Baru saja saya lepaskan
    Segala beban, dalam sujud panjang.

    Bermunajat pada-Nya
    Di waktu menjelang senja.

    Betapa indah,
    Tiba-datang hujan bergerenyai,
    Seperti mengajakku berpuisi,
    Menuliskan segala rasa dalam hati.

    Kamu Boleh Pergi.

    Ya. Kamu boleh pergi.
    Memang begitu yang kuinginkan.

    Karena kaupun tahu,
    Kebersamaan ini adalah cinta
    Tetapi membawa dosa.

    Yang kuingin
    Marilah kita bangkit era depan.

    Jika tiba masanya,
    Kan kutemui dirimu,
    Kupinang, dan kuajak duduk di pelaminan.

    Sebab
    Cinta hakiki
    Adalah cinta yang membawa kita senang, di dunia sampai ke nirwana.

    9. Puisi Senja 3 Bait Singkat

    Salahku.

    Bukan sebab cinta,
    Aku terluka.

    Karena benci
    Padamu.

    Mungkin begitu
    Salahku.

    Di Balik Senja.

    Di balik senja,
    Ada kisah.

    Tentang ia
    Yang pernah ada.

    Mengisi dongeng
    Dari dongeng dalam jiwa.

    Arti Senja Bagimu.

    Bisa jadi
    Senja itu berlalu.

    Tak menyisakan cerita
    Meski pernah melewatinya.

    Sebab bagimu
    Aku, tak pernah hadir dalam hidupmu.

    .
    .
    .

    puisi kamu mengecewakan, puisi kehidupan antara sedih dan bahagia. Atau puisi yang lain.