Sebuah karya dari penyair Acep Zam Zam Nur mampu membangkitkan pandangan baru bagi siapa saja yang ingin menulis puisi ombak.
Perhatikan setiap baitnya, senantiasa ada keindahan di sana.
Daftar Isi
Sindangkerta
Debur ombak yang terus mengucapkan rindu
Tak cukup kuterjemahkan melalui pelukan singkat
Ketika bahtera-perahu nelayan lenyap ditelan ufuk
Malam menyempurnakan keremangan dalam kabut
Yang memilukan pasti kehendak yang tertahan di udara
Seperti seekor burung usiran yang tak mungkin kembali
Melayang-layang sebelum balasannya jatuh dan tersungkur
Tanpa terasa aku sudah kehilangan semua jejakmu di bumi
Betapa berliku jalan yang kutempuh untuk melalaikan
Sebab pantai demi pantai tak pernah membuatku sampai
Langkah selalu terantuk pada tebing atau jurang itu juga
Jungjunan, ketika aku mencoba mengenangmu lagi
Ketika secara perlahan-lahan mengucapkan namamu sekali lagi
Aku seakan mengalami sekarat panjang ribuan kali
Acep Zam Zam Nur, 2015
Perlu berulang kali membaca puisi tersebut biar bisa memahaminya. Bagi kau yang sudah sudah biasa, pastinya puisi itu sangatlah indah. Dibalut dengan keindahan alam.
Debur Ombak dan Rindu
Satu senja lagi
Telah mengecup kerinduan
Seorang gadis berambut api
Yang duduk dalam kesepian.
Jauhnya mata memandang
Tak jua menangkap bumi.
Hanya ombak yang berdebur
Menemani rindu yang tumbuh subur
Di antara kepingan jiwa
Ia menanti dengan setia.
Kemana lagi
Harus mencari
Hanya bayang-bayang
Tanpa kenyataan.
Nyanyian Rindu
Sayup-sayup ombak berdebur
Menyanyikan nyanyian rindu
Menepi ke pantai tuk menghibur
Dimana cinta menggebu-gebu.
Untuk para manusia pecinta
Debur ombak membawa nestapa
Saat kekasih jauh di sana
Hanya rindu yang menyapa
Surya Tenggelam Di Antara Ombak Lautan
Kala senja tiba
Tiba pula rindu di dada
Teringat kenangan silam
Hidup sengsara amat kelam.
Lunglai tubuh tiada tenaga
Terhisap oleh bosan dunia
Kemana pula badan kembali
Kecuali terhadap Pencipta semesta ini.
Aku jatuh
Namun Ia yang menghidupkan.
Aku terluka
Ia pula yang menyembuhkan.
Aku nestapa
Ia pula yang membahagiakan.
Jauh telah kaki melangkah
Kembali pada-Mu aku pada akibatnya.
Debur Ombak dan Perindu
Dia sudah jatuh cinta
Pada seorang perempuan yang jelita
Yang mempunyai cahaya tampang
Penuh daya tarik.
Dia takut untuk mengucapkan
Sepertinya cinta harus ditelan
Seperti debur ombak lautan
Datang sebentar, lalu kembali pulang.
Dia cuma seorang perindu
Yang menuliskan kata nan syahdu
Pada puisi beliau titipkan
Cinta sejati tak terkatakan.
Rindumu Buih di Lautan
Untuk apa mengucapkan rindu bila tak pernah datang padaku? Bukankah cinta terbaik adalah cinta yang disatukan dalam kebahagiaan?
Maka saya katakan padamu:
Agar engkau menjadi tentara
Memperjuangkan cinta sejati
Walau dengan beribu luka.
Usah mengucap rindu mirip ombak lautan. Yang tiba dengan segenap kegundahan. Terpecah di antara bebatuan. Lalu sunyi pergi ke samudra sarat gelombang.
Jadilah pantai nan indah bagus dipandang. Dimana ia mendapatkan segala pasir, ombak, bahkan angin yang membadai.
Cinta Adalah Pengorbanan
Jadilah ombak.
Yang tak pernah berhenti
Menghentak.
Walau beribu kilo meter jarak
Akhirnya datang ke tepi pantai.
Jadilah nyanyian lautan
Yang bersenandung sepanjang zaman
Menarik insan dengan tali kerinduan
Tuk melepas segenap yang berjulukan kerinduan.
Karena cinta ialah pengorbanan
Meski lelah tidak dirasa
Meski berat tidak mengeluh
Meski jauh tetap setia
Meski susah tetap senang.
Dalam hatinya hanya tertancap dalam
bahwa beliau pelindung kekasihnya dari segala penderitaan.
Buih Terombang-Ambing
Katamu cintamu banyak tak terkira,
Seperti butir-butir pasir di pantai.
Nyatanya,
Cintamu banyak laksana buih
Terombang-ambing ke sana ke mari.
Puisi Tentang Alam
Puisi ombak merupakan bagian dari puisi alam. Ada pula kumpulan puisi. Baca di Puisi Tentang Alam.