Prinsip Dan Tahapan Dalam Proses Layout Di Media Massa Cetak

spanduk dll.
  • Bahan. Misalnya kertas daur ulang, fancy, kain dll.
  • Ukuran
  • Posisi. Misalnya vertikal/portrait atau horisontal/landscape.
  • Kapan, berapa usang dan di mana karya rancangan tersebut akan diperlihatkan pada target audience.
  • 3. Thumbnails dan Dummy

    Berdasarkan spesifikasi media yang dipilih, kita mulai mempersiapkan pengorganisasian layout dengan menciptakan thumbnails atau sketsa layout dalam bentuk mini. Sebaiknya dalam mengerjakannya tidak langsung menggunakan komputer, cukup dengan pensil dan kertas dulu.
    Thumbnails memiliki kegunaan tidak hanya untuk memperkirakan letak elemen layout, termasuk juga urutan dan pengaturan halaman untuk karya rancangan publikasi yang lebih kompleks, seperti buku atau majalah.
    Untuk mengantisipasi kesalahan cetak, diharapkan alat bantu yang murah dan sederhana yakni dummy atau mock-up. Dummy yakni pola jadi suatu rancangan, sehingga kita mampu menyaksikan bagaimana kira-kira bentuk karya desain tersebut nantinya.
    4. Desktop Publishing
    Setelah semua panduan dan tahapan telah lengkap, baru memakai sooftware di komputer untuk memulai eksekusi desain.
    Program desktop publishing yang bisa dipakai antara lain mirip InDesign, PageMaker, Photoshop, Freehand, Illustrator, CorelDraw dll.
    Photoshop paling ideal untuk mengedit image yang berbasis bitmap, untuk membuat image, lebih mudah menggunakan acara mirip FreeHand, Illustrator dan CorelDraw, program-program tersebut cocok untuk membuat desain logo, flyer, brosur dll. InDesign dan PageMaker cocok untuk menciptakan desain dengan banyak halaman, mirip buku, majalah, koran dll.
    Dengan mengenal dan menguasai banyak sekali software tersebut di atas akan sangat membantu kita dalam melakukan sebuah karya desain, misalnya untuk menciptakan majalah dengan banyak foto/image, kita tidak dapat hanya mengandalkan seluruhnya pada InDesign saja. Karena InDesign diperuntukkan untuk melayout halaman-halaman publikasi, tetapi tidak untuk mengedit foto atau membuat image yang hendak dipakai. Artinya kita perlu beberapa software berlawanan untuk suatu pekerjaan rancangan.
    Setelah final tahapan ini, perlu dijalankan cek ulang, untuk mengantisipasi kesalahan, lalu mempersiapkan file untuk dicetak, diantaranya pengaturan warna, menghimpun font yang hendak dipakai, memberikan penanda pada bagian-bagian rancangan yang hendak diiris atau dilipat nantinya.
    5. Percetakan
    Pada tahap ini desainer menentukan teknik cetak apakah yang sesuai untuk mencetak karya desainnya. Saat ini ada 5 macam teknik cetak yang umum digunakan, yakni: Offset, Cetak Tinggi, Rotogravure, Sablon dan Digital.
    Untuk mendapatkan hasil cetak yang maksimal, diperlukan kerja sama yang baik antara pihak desainer dan percetakan.
    Bagi anda yang ingin merancang sesuatu, biasanya anda memerlukan kesanggupan menggunakan perangkat lunak komputer grafis mirip CorelDRAW, contohnya. Namun ada hal lain yang harus anda miliki selain penguasaan perabotan lunak komputer tersebut, alasannya adalah produk teknologi hanyalah alat penunjang pekerjaan rancangan grafis. Hal lain tersebut ialah kesempatankreatifitas dari seorang desainer grafis. Kebanyakan orang menganggap bahwa seorang desainer grafis hanya cukup mengandalkan kemampuan dan pengetahuannya ihwal perangkat lunak computer grafis, tetapi tidak mengasah dan menambah wawasannya dengan mengerti teori seni dan rancangan, serta ilmu komunikasi.

      √ 5 Penyebab Siklus Menstruasi Tidak Terstruktur

    Modul ini disediakan untuk memberikan anda wawasan seni rancangan, dikaitkan dengan prinsip-prinsip komunikasi dan pemahaman mendalam perihal faktor-faktor visual, sehingga tidak hanya menjadi modul panduan yang sekadar mengakibatkan anda operator perangkat lunak komputer grafis melainkan lebih dari itu menjadi seorang desainer komunikasi visual. Artinya, tidak cuma skill yang kita kuasai namun juga soul yang harus diasah, bukan hanya teknik yang tangguh namun lebih dari itu touch mesti juga dilatih terus menerus, sehingga karya desain komunikasi visual kita dapat hidup/memiliki ruhnya.

    Seni sangat berperan untuk keteraturan (alasannya adalah bekerjasama dengan tata letak dan kesesuaian pencitraan komposisi visual) dan keindahan (estetika, alasannya adalah berhubungan dengan imajinasi dan kesesuaian konteks kultural yang dibawa) ketika merancang media publikasi. Sedangkan ilmu komunikasi berperan dalam mengerti posisi desainer sebagai komunikator yang sedang menyusun pesan yang akan dibaca oleh khalayak sasaran. Pekerjaan desainer grafis menuntut pemahaman kepada esensi dunia visual dan seni (estetika). Sebab desain grafis menerapkan komponen dan prinsip rancangan (komposisi) dalam memproduksi suatu karya visual. Penggunaan perangkat lunak komputer grafis yang sempurna dan penataan letak/komposisi dengan desain seni menjadikan pesan efektif tersampaikan kepada khalayak sasaran, sehingga mereka mengetahui pesan dari produk visual tersebut.

    Desain grafis menerapkan beberapa prinsip, yaitu: kesederhanaan, keseimbangan, kesatuan, pengutamaan, dan repetisi. Prinsip ini salah satu penerapannya pada komposisi visual/ tata letak, dimana ke-lima hal tersebut yang menjadi acuannya. Sederhana membuat audiens fokus kepada isu visual yang disampaikan; sebanding memungkinkan audiens tidak terganggu (manipulasi optical) mencerna isu di balik gosip visual tersebut; prinsip kesatuan memberitahu audiens hal-hal mana dari unsur visual tersebut yang menjadi satu kesatuan runtutan gosip, prinsip aksentuasi mengarahkan audiens pada informasi mana yang harus diingat dan berita mana yang berlaku selaku penyelaras atau penunjang informasi utama; dan prinsip repetisi memberi potensi audiens untuk mengingat/ mengulang kembali isu penting yang disampaikan.

      √ Usaha Seorang Guru Honorer Yang Nrimo Mengabdi

    Sedangkan unsur-bagian yang digunakannya meliputi garis, bentuk, ruang, tekstur, dan warna. Sehingga pada gilirannya apresiator karya visual akan menawarkan penilaian: nilai estetis dan nilai extra . Nilai estetis diperoleh lewat penggunaan bagian-unsur dan prinsip-prinsip visual, sedangkan nilai ekstranya timbul dari gerakan (animasi), percepatan, lambaian, situasi panas, atmosfer hening, dan sebagainya. Misalnya bagian warna (nilai estetis) memunculkan kesan temperatur (nilai ekstra) warna panas dan warna acuh taacuh (Sitepu, 2009 : 11 – 14).

    Form atau bentuk yang diambil dari kata Latin, forma (bahasa Yunani), memiliki arti bentuk, struktur, dan inspirasi. Pada pada dasarnya bentuk yaitu adonan elemen-unsur visual dasar, yakni ukuran, warna dan tekstur, dan lebih dari pada sekedar shape. Oleh alasannya itu bentuk menjadi penting dalam bidang rancangan komunikasi visual, sebab melalui bentuk yang kasat mata, tanda mampu dimaknai dan dipergunakan untuk memberikan pesan/berita visual. Bentuk sendiri dalam bidang rancangan dikenal bentuk dua dimensi maupun bentuk tiga dimensi.

    Bentuk-bentuk tersebut mempunyai fungsi utama dan sejumlah fungsi embel-embel atau penunjang. Fungsi-fungsi tersebut kadang terang terkait pada bentuk tertentu, pisau misalnya, gunanya untuk memotong. Persepsi perihal fungsi dalam bentuk timbul ketika kita telah mengetahui bentuk benda tersebut sesuai pengalaman yang terkonstruksi dalam otak kita. Jika kita melihat bentuk lain dari pisau (contohnya bentuknya setengah bundar) yang berlainan dari bentuk pisau yang biasa kita identifikasi, maka kita juga akan susah meraba fungsi dari bentuk pisau seperti itu. Dalam bentuk dua dimensi fungsi agak lebih abstrak dan sukar diketahui /tidak jelas berlainan dengan bentuk tiga dimensi. Desain komunikasi visual tidak cuma berfungsi mekanikal seperti mengarahkan interpretasi namun juga fungsi yang lain, adalah memberi ide, berita, dan menggerakkan kita untuk beraksi (Safanayong, 2006 : 3).

      Teks Pidato Agama Islam Ihwal Kejujuran, Lengkap Dengan Pantun Beserta Dalilnya

    Menciptakan pesan visual memerlukan langkah-langkah yang terencana sehingga pesan tersebut mampu dipahami/ dimaknai sesuai kemauan komunikator. Tiga tahapan untuk merumuskan pesan yang efektif berdasarkan Safanayong (2006) yaitu melahirkan pesan, mengevaluasi dan memilih pesan, serta menyampaikan pesan.