Perkampungan Tionghoa – Pribumi Kota Pontianak Dan Kabupaten Kuburaya

Selama berkeliling di Pontianak, dengan batas-batas rumah yang dibentuk secara baik dengan adanya sekatan pagar atau tembok rumah, dan perkampungan yang layak dimengerti dengan adanya pergantian sosial di masyarakat Desa hingga ketika ini terbuat.

Ketika diketahui dengan adanya aspek kehidupan sosial budaya, dimana mereka berkumpul, berorgansiasi, dan melakukan pekerjaan , baik itu secara tersistem pada birokrasi, dan yang lain. Hal ini berpengaruh pada kehidupan sosial budaya di penduduk disini.

Pada tahun 1980an, belum ada perkampungan yang baik khususnya bagi jalan yang terjadi di pedesaan, sedangkan di perkotaan akan sedikit berlainan, ada suatu perkampungan penduduk Desa, yang hidup di kota dibuat dengan kehidupan kolektif mereka yang tidak jauh dari kehidupan gereja disitu.

Perkampungan itu dibentuk menurut hasil dari tata cara politik, agama, dan urbansiasi perkotaan yang dikenali dengan adanya kehidupan Desa saat ini. Maka, dari itu dengan adanya tata cara ekonomi berlangsung di penduduk dengan adanya model pergantian sosial yang layak dipahami dengan adanya ekonomi, sosial, dan budaya.

Ketika agama masuk dengan adanya berkumpul, maka patut dimengerti dengan adanya sistem politik yang berjalan di situ. Baik itu tampak ekonomi perkotaan kota Pontianak, dan banyak sekali politik agama dan suku terjadi juga disitu.

Layaknya dipahami dengan adanya tata cara penduduk lokal, yang di ketahui dengan adanya pekerjaan mereka, serta aspek kehidupan sosial di penduduk , berdasarkan agama dan budaya. 

Ketika hal ini terjadi, dampak ekonomi kota akan dipahami pada agama budha dan hal ini terlihat pada perkotaan yang dibentuk sebelumnya oleh masyarakat Tionghoa di Pontianak pada masa kolonial Belanda sebelumnya.

  Puisi Pusar Hitam

Berdasarkan pengertian dari aspek perkampungan masyarakat yang patut dimengerti adanya kepentingan ekonomi sosial, dan budaya di penduduk yang berada pada duduk perkara manusianya, guna bertahan hidup secara kolektif. Hal ini menjelaskan adanya pergantian perkotaan penduduk Desa, yang patut dimengerti dengan adanya ekonomi penduduk kota, yang memang berasal dari Tionghoa sebelumnya.

Masuknya agama dan ekonomi, mengakibatkan Pontianak berganti dinamis menurut kepentingan masyarakatnya, baik itu secara budaya dan agama. Dinamika pergantian sosial di masyarakat, hendak dipahami dengan adanya kolektifitas, dan individual secara lazim yang dibangun menurut kepentingan sosial di penduduk secara baik.

Ekonomi, politik yang mempunyai pengaruh pada kaum pribumi dengan adanya metode pergantian budaya yang layak dipahami berdasarkan kompetisi kelas sosial yang terjadi sampai ketika ini, banyak mengatur kehidupan sosial. 

Pada pembangunan ekonomi di Pontianak. Ketika hal ini dimengerti dengan adanya moralitas, akhlak pada tata cara perkotaan akan tampak pada mereka yang hidup menurut kapasitas kehidupan sosial mereka di masyarakat sampai saat ini. 

Orang Tionghoa yang hidup sebagai pedagang, tidak memiliki pendidikan tinggi dalam kehidupan sosial mereka di masyarakat hingga dikala ini, alasannya adalah dengan tolok ukur kehidupan mereka yang rendah dikala ini, tampak dengan agama dan budaya ekonomi saat ini yang berlainan jauh dengan di Jakarta.