Peranan Mencar Ilmu Berbasis Aneka Sumber

Melalui postingan ini aku akan membagikan terhadap sobat-sobat makalah perihal peranan belajar berbasis aneka sumber. Langsung saja, berikut makalahnya.

Dalam upaya mewujudkan penduduk mencar ilmu (Learning Community) mesti diciptakan keadaan sedemikian rupa yang memungkinkan akseptor bimbing mempunyai pengalaman berguru melalui banyak sekali sumber, baik sumber yang dirancang (by design) maupun yang dimanfaatkan (by utilization) untuk keperluan pembelajaran. Disisi lain tuntutan pendidikan seperti keperluan akan kurikulum yang berbasis kompetensi, berguru terbuka, berguru jarak jauh dan berguru secara luwes, mendorong dimanfaatkannya berbagai sumber mencar ilmu secara luas.

Sejalan dengan perkembangan IPTEK, sumber belajar kian lama kian semakin banyak jenisnya, sehingga memungkinkan orang-orang mampu berguru mampu berdiri diatas kaki sendiri secara lebih baik. Pergeseran dari kurun industri ke kurun isu menuntut pergantian dalam berbagai bidang termasuk pendidikan. Di era gosip, peserta asuh setiap saat dihadapkan pada aneka macam info dalam jumlah jauh lebih banyak ketimbang masa-kala sebelumnya. Informasi tersebut disebarkan melalui aneka macam media baik cetak maupun elektronik. Jika akseptor latih tidak disediakan untuk dapat memberi makna terhadap gosip, menciptakannya menjadi pengetahuan, menggunakan serta memeriksa wawasan yang diciptakan orang lain, mereka akan senantiasa tertinggal.

Pentingnya Belajar Berbasis Aneka Sumber

Pada umunya berguru ialah upaya menguasai sesuatu yang baru yang ditandai dengan pergantian tingkah laku, selaku hasil pengalaman dari upaya tersebut. Dalam melaksanakan acara berguru tersebut, tentu saja membutuhkan aneka macam macam media atau materi penunjang yang disebut dengan sumber belajar.

Defenisi sumber belajar berdasarkan para hebat:
  1. Saripuddin Winataputra: sumber-sumber mencar ilmu ialah segala sesuatu yang mampu dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran atau asal untuk mencar ilmu seseorang.
  2. Sudjana (1989) : menuliskan bahwa pemahaman sumber belajar bisa diartikan secara sempit dan secara luas. Pengertian secara sempit diarahkan pada materi-materi cetak. Sedangkan secara luas tidak lain ialah daya yang mampu dimanfaatkan guna kepentingan proses berguru mengajar, baik secara eksklusif maupun tidak pribadi.
  3. Percival & Ellington : menyampaikan bahwa sumber mencar ilmu yang dipakai dalam pendidikan atau latihan yaitu suatu metode yang terdiri dari sekumpulan bahan atau suasana yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan siswa belajar secara perorangan. Sumber berguru inilah yang disebut media pendidikan atau media instruksional.

Dari ketiga defenisi diatas kita bisa mengambil suatu kesimpulan, sumber berguru ialah segala sesuatu yang mampu digunakan oleh seseorang untuk memajukan pengetahuannya dalam mendapatkan hal-hal gres.

Sumber mencar ilmu dapat dibagi dalam dua kelompok besar adalah:
  1. Sumber berguru yang direncanakan (by design) yaitu : Semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai unsur sistem instruksional untuk menunjukkan akomodasi berguru yang terarah dan bersifat formal.
  2. Sumber mencar ilmu alasannya dimanfaatkan (by utilization) adalah : Semua sumber yang tidak secara khusus didesain untuk kebutuhan pembelajaran tetapi dapat ditemukan, diaplikasikan dan digunakan untuk kebutuhan mencar ilmu. Sumber berguru yang tidak dijadwalkan pada dasarnya tidak dijadwalkan dalam acara pendidikan tetapi alasannya adalah kondisi memungkinkan dapat dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan maka keadaan atau situasi tersebut dapat dijadikan sebagai sumber berguru. Contoh : Rumah sakit pada awalnya hanya digunakan untuk kepentingan kesehatan suatu penduduk , namun rumah sakit tersebut mampu dipakai sebagai sumber berguru bila seseorang sedang membahas pokok bahasan wacana kesehatan.

Rostiyah, N. K (1989;53) mengatakan bahwa sumber-sumber berguru itu yaitu:
  1. Manusia (dalam keluarga, sekolah, dan penduduk )
  2. Perpustakaan
  3. Media massa (majalah, surat kabar, radio, TV, internet, dll)
  4. Alat pengajaran (buku pengajaran, peta, gambar, kaset, tape,dll)
  5. Museum ( kawasan penyimpanan benda-benda antik)
  6. Lingkungan (lingkungan sosial, alam, budaya)

Menurut Sudjana sumber mencar ilmu adalah sebagai berikut:
  1. Sumber berguru tercetak (buku, majalah, selebaran, koran, poster, denah, kamus, dll)
  2. Sumber belajar noncetak (elektro) : film, slide, video, komputer, internet, dll
  3. Sumber berguru yang berbentuk akomodasi : perpustakaan, ruangan berguru, lapangan olahraga, dll
  4. Sumber mencar ilmu berupa kegiatan : wawancara, kerja kelompok, pengamatan, simutasi, permainan, dll
  5. Sumber mencar ilmu berupa lingkungan dimasyarakat : taman, terminal, pasar, toko, pabrik, museum
  Pemahaman Konstruksi Teori Observasi Agama

Dalam merealisasikan penduduk berguru sepanjang hayat (long life education) dan untuk menghadapi kurun berita dan pasar bebas, para pendidik (guru, dosen, pelatih) mesti berusaha menciptakan keadaan yang memungkinkan akseptor didik atau warga belajar mempunyai pengalaman belajar dari banyak sekali sumber, baik sumber berguru yang dirancang maupun sumber berguru yang dimanfaatkan. Disamping itu, kurikulum berbasis kompetensi (KBK), KTSP yang dipraktekkan dalam pembelajaran secara terbuka dan jarak jauh yang sedang dikembangkan untuk pemerataan pendidikan semuanya tidak akan membuahkan hasil sebagaimana yang dibutuhkan tanpa ketersediaan dan pemanfaatan sumber berguru yang beraneka ragam.

Jadi, pentingnya belajar aneka macam aneka sumber adalah:
  1. Meyakinkan diri pada suatu fakta (suasana)
  2. Untuk mengetahui pertumbuhan informasi (wawasan)
  3. Menambah pengetahuan dan menemukan hal-hal gres
  4. Untuk mengoreksi diri (eksklusif)
  5. Membuat proses pembelajaran tidak vakum (tidak membosankan)
  6. Membuat konsep yang abstrak menjadi konkrit

Disisi lain, dengan diberlakukannya belajar banyak sekali aneka sumber, akseptor ajar dapat memperoleh berbagai macam ilmu pengetahuan yang mampu dipakai dalam kehidupan sehari-hari, apalagi-lebih dalam memecahkan masalah dalam aktivitas berguru-mengajar.

Manfaat Belajar Berbasis Aneka Sumber

Belajar berbasis aneka sumber menawarkan banyak sekali laba antara lain:
  1. Selama pengumpulan info terjadi aktivitas berfikir yang lalu menimbulkan pengertian yang mendalam dalam berguru (McFarlane, 1992)
  2. Mendorong terjadinya pemusatan perhatian kepada topik sehingga menciptakan penerima asuh menggali lebih banyak gosip dan menghasilkan hasil berguru yang lebih berkualitas (Kulthan, 1993)
  3. Meningkatkan keterampilan berpikir mirip keahlian memecahkan duduk perkara, menawarkan pertimbangan-pendapatdan melakukan evaluasi melalui penggunaan info dan observasi secara berdikari ( Resnick, 1987; Todd & Inc Nicholas, 1995)
  4. Meningkatkan perolehan kemampuan pemrosesan isu secara efektif, dengan mengetahui sifat dasar gosip dan keberagamannya (Cleaver, 1986)
  5. Memungkinkan pengumpulan info selaku proses yang berkesinambungan sehingga menimbulkan terbentuknya wawasan pada tiap fase berikutnya (Moore, 1995)
  6. Meningkatkan sikap murid dann guru kepada bahan pembelajaran dan prestasi akademik (Cuel, 1991)
  7. Membuat orang antusias mencar ilmu dan terinspirasi untuk berpatisipasi aktif (Wilbert, 1976)
  8. Meningkatkan prestasi akademik dalam penguasaan bahan, sikap dan berpikir kritis, (Barrilant, 1965)

Berkenan dengan keuntungan berguru berbasis aneka sumber yang melekat dalam “belajar bagaimana belajar” (learning to learn) Dorrel mengutip pernyataan Alan Mumford (1988):
  1. Dapat memajukan kesanggupan belajar
  2. Dapat meningkatkan motivasi mencar ilmu
  3. Dapat menumbuhkan kesempatan mencar ilmu yang gres
  4. Dapat meminimalkan ketergantungan pada atasan atau guru
  5. Dapat menumbuhkan rasa yakin diri dalam menghadapi tantangan gres

Penciptaan Lingkungan Belajar yang Kondusif

Lingkungan belajar yang kondusif adalah lingkungan dimana penerima ajar merasa nyaman, senang, dan betah untuk mencar ilmu. Lingkungan mencar ilmu terbagi dua yakni:
  1. Lingkungan Fisik
    Suprayekti (2003:18) memastikan bahwa lingkungan fisik yakni lingkungan yang ada di sekeliling siswa baik itu di kelas, sekolah, atau di luar sekolah yang perlu di tingkatkan pengelolaannya agar interaksi belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Artinya lingkungan fisik dapat difungsikan selaku sumber atau tempat belajar yang direncanakan atau dimanfaatkan. Yang termasuk lingkungan fisik tersebut diantaranya adalah kelas, laboratorium, tata ruang, suasana fisik yang ada di sekitar kelas, dan sebagainya.
  2. Lingkungan Sosial
    Muhammad Saroni (2006:83) , menjelaskan bahwa : Dalam lingkungan sosial berafiliasi dengan teladan interaksi antara personil yang ada di lingkungan sekolah secara lazim. Lingkungan sosial yang baik memungkinkan para siswa untuk berinteraksi secara baik, siswa dengan siswa, guru dengan siswa, guru dengan guru, atau guru dengan karyawan, dan siswa dengan karyawan, serta secara biasa interaksi antar personil. Dan keadaan pembelajaran yang kondusif hanya dapat diraih jikalau interaksi sosial ini berjalan secara baik. Lingkungan sosial yang kondusif dalam hal ini, misalnya adanya keakraban yang proporsional antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Kadarsih dalam Cope (No. 02, tahun VI, Desember, 2002:17-18), ada beberapa hal yang perlu diamati dalam menciptakan lingkungan yang kondusif, ialah:
  1. Memperkenalkan persamaan dan saling menghargai
  2. Membuka kesempatan bagi anak untuk kontribusi ide-pandangan baru asli
  3. Menganggap perbedaan pendapat selaku sumber mencar ilmu
  4. Mencari cara pendekatan dengan cara pemecahan persoalan
  5. Mendorong anak untuk memanfaatkan fantasi dan imajinasi
  6. Mengembangkan kecakapan bertanya, dan mencari tanggapan sesuatu
  7. Menciptakan masyarakat berguru yang mengembangkan rasa yakin dan meminimalkan resiko
  Pengertian Dan Klarifikasi Bank Lazim

Sejalan dengan aspek-faktor yang perlu diamati dalam menata lingkungan mencar ilmu maka untuk membangun suasana pembelajaran yang menarik sehingga pembelajaran menjadi aman adalah perlu mengamati perlu adanya:
  1. Kekuatan yang terpendam dan niat yang berpengaruh, hal ini seperti diungkapkan oleh Albert Bandura (1988) dalam Crain William (2007:314), ialah bahwa “doktrin seseorang tentang kesanggupan dirinya sungguh kuat pada kemampuan itu sendiri”
  2. Jalinan rasa simpati dan saling pengertian, untuk menarik keterlibatan siswa, guru harus membangun hubungan, selaku jembatan menuju kehidupan agresif siswa, mengenali minat kuat siswa, menyebarkan kesuksesan puncak siswa, dan berbicara dengan bahasa hati siswa
  3. Keriangan dan ketakjuban, jikalau guru secara sadar menciptakan peluang untuk membawa kegembiraan ke dalam pekerjaan guru, aktivitas pembelajaran akan lebih menyenangkan. Kegembiraan membuat siswa siap berguru dengan lebih gampang, dan bahkan mampu mengubah sikap negatif. Di samping itu untuk lebih banyak kegembiraan dalam pengajaran maka guru perlu menimbang-nimbang dalam hal afirmasi (penguatan dan penugasan), pengakuan dan peringatan kepada setiap kesuksesan siswa sekecil apapun
  4. Pengambilan resiko (mencar ilmu itu mengandung resiko). Setiap kali kita untuk bertualang untuk belajar sesuatu yang baru, kita mengambil resiko besar diluar zona nyaman kita. Zona nyaman ialah daerah kehidupan yang membuat rasa tenteram atau tempat yang menempel pada kegiatan rutin yang monoton. Maka guru perlu mengupayakan dengan resiko apaun dan pertimbangan yang maka mesti mampu keluar dari zona tersebut dari kebiasaan hal-hal gres. Hal ini dapat mempunyai pengaruh pada siswa. Berikut beberapa upaya untuk memberdayakan siswa untuk keluar dari zona tenteram, ialah: (a) Beri contoh dengan keluar dari zona tenteram guru, (b) Ceritakan zona nyaman kepada siswa, (c) Beri tahu mereka bahwa guru mendukung mereka 100%, dan (e) Ajak semua anggota kelas untuk saling mendukung
  5. Rasa saling memiliki. Membangun rasa saling memiliki akan mempercepat proses pengajaran dan memajukan rasa tanggung jawab. Hal ini maka perlu menciptakan tradisi menumbuhkan rasa saling memiliki. Tradisi yang paling elok adalah tradisi yang diciptakan bareng oleh guru dan siswa. Sebab tradisi akan membuahkan kebanggaan kebersamaan, dan kegembiraan dalam belajar
  6. Keteladanan. Keteladanan membangun hubungan, memperbaiki dapat dipercaya, dan meningkatkan pengaruh. Akan lebih baik melakukan langkah-langkah atau memberi acuan (modeling) dari pada berbicara saja.

Selanjutnya Indra Djati Sidi (2005:44 & 148), guru dalam melakukan penataan lingkungan mencar ilmu di kelas ialah dengan melaksanakan pengaturan kawasan duduk, mengendalikan alat peraga, pajangan karya anak, sudut baca, perabot sekolah/kelas dan sumber mencar ilmu dan fasilitas lainnya. Dalam menata lingkungan berguru utamanya dalam pengelolaan kelas dan pajangan, di ruang kelas dikerjakan pengelolaan meja dan dingklik , serta pajangan buku, bahan belajar dari hasil karya anak. Meja dan kursi sering diatur dalam bentuk golongan atau dalam bentuk U. sebab pengelolaan tersebut memudahkan interaksi di dalam kelas, terutama diantara siswa. Di sebagian kelas nampak pajangan hasil karya anak dan materi latih yang diatur rapi dan menarik, serta mudah dibaca. Yang dipajangkan mampu berbentukhasil karya perorangan, berpasangan atau golongan dan pajangan mampu berupa gambar, peta, diagram, versi, benda asli, puisi, karangan dan sebagainya. Dimana ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan di tata dengan baik, mampu menolong guru dalam pembelajaran alasannya adalah dapat dijadikan tumpuan ketika membahas sebuah problem.

Sedangkan menurut DePorter Bobbi, Reardon Mark dan Singer Sarah Nuurie (2001:63), bahwa lingkungan yang memacu berguru dan daya ingat siswa mampu diperoleh dengan menata:
  • Lingkungan sekeliling dalam kelas
  • Alat bantu
  • Pengaturan kawasan duduk
  • Tumbuhan, aroma, binatang peliharaan, dan unsur organik yang lain
  • Musik dan berguru

Peran dan Kegiatan Pendidik

Pendidik dalam rangka pengajaran dituntut untuk melakukan acara yang bersifat edukartif dan ilmiah. Oleh sebab itu peran pendidik tidak cuma sebagai pengajar tetapi sekaligus sebagai pembimbing yakni selaku wali yang membantu anak didik menangani kesusahan dalam studinya dan pemecahan bagi urusan yang lain. Dilain pihak pendidik juga berperan selaku pemimpin (khusus diruang kuliah/kelas), sebagai komunikator dengan masyarakat, selaku pengembangan ilmu dan pembagian terstruktur mengenai luasan ilmu, bahkan juga berperan sebagai pelaksana administrasi. Peranan pendidik dapat ditinjau dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas pendidik mengemban peranan-peranan sebagai ukuran kognitif, sebagai agen sopan santun, sebagai inovator dan kooperatif.

Pendidik sebagai ukuran kognitif. Tugas pendidik biasanya adalah mewariskan pengetahuan banyak sekali kemampuan terhadap generasi muda. Hal-hal yang diwariskan itu sudah tentu mesti sesuai ukuran yang sudah diputuskan penduduk dan merupakan gambaran perihal kondisi sosial, ekonomi, dan politik. Karena itu pendidik harus mampu memenuhi ukuran kesanggupan tersebut.

Pendidik sebagai agen tabiat dan politik. Pendidik bertindak sebagai distributor watak masyarakat, alasannya adalah fungsinya mendidik warga masyarakat semoga melek karakter, akil berhitung dan banyak sekali kemampuan kognitif lainnya. Keterampilan-keterampilan itu dipandang selaku bab dari proses budpekerti, karena penduduk yang telah pandai membaca dan wawasan, akan berupaya menyingkir dari dari langkah-langkah-tindakan kriminal dan menyimpang dari hukum masyarakat.

Pendidik selaku inovator. Berkat kemajuan ilmu wawasan dan teknologi, maka masyarakat senantiasa berubah dan berkembang dalam semua aspek. Perubahan dan perkembangan itu menuntut terjadinya penemuan pendidikan. Tanggung jawab melakukan penemuan itu diantaranya terletak pada penyelenggaraan pendidikan.

Pendidik sebagai kooperatif dalam melakukan tugasnya pendidik tidak mungkin bekerjasama sendiri dan mengandalkan kemampuan diri sendiri. Karena itu para pendidik perlu bekerja sama antara sesama pendidik dan dengan pekerja-pekerja sosial, forum-forum kemasyarakatan, dan dengan persetujuan orang bau tanah murid. Dalam proses pengajaran di kelas peranan pendidik lebih spesifik sifatnya. Peranan itu meliputi lima hal adalah
  • Pendidik selaku versi
  • Pendidik sebagai perencana
  • Pendidik sebagai peramal
  • Pendidik selaku pemimpin
  • Pendidik sebagai penanda jalan atau selaku pembimbing kearah pusat-pusat mencar ilmu
  Puisi Berdasarkan Strukturalnya

Menambahkan hal itu Djamarah, menuliskan peran pendidik yakni:
  • Korektor, ialah pendidik bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk, koreksi yang dilakukan bersifat menyeluruh dan afektif hingga ke psikomotor
  • Inspirator; pendidik menjadi inspirator/wangsit bagi pertumbuhan belajar mahasiswa, isyarat bagaimana mencar ilmu yang bagus dan menangani permasalahan yang lain
  • Informator; pendidik mesti mampu memberikan info kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
  • Organisator; mampu mengurus acara akademik (mencar ilmu)
  • Motivator; bisa mendorong penerima latih supaya bernafsu dan aktif berguru
  • Inisiator; pendidik menjadi pelopor wangsit-ilham kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran
  • Fasilitator; pendidik dapat memperlihatkan akomodasi yang memungkinkan kemudahan acara belajar
  • Pembimbing; membimbing anak asuh insan sampaumur susila yang piawai
  • Demonstrator; kalau dibutuhkan pendidik bisa mendemonstrasikan materi pelajaran yang sulit dipahami
  • Pengelola kelas; mengorganisir kelas untuk menunjang interaksi edukatif
  • Mediator; pendidik menjadi media yang berfungsi selaku alat komunikasi guna mengefektifkan proses interaktif edukatif
  • Supervisor; pendidik hendaknya mampu memperbaiki, dan menganggap secara kritis kepada proses pengajaran, dan
  • Evaluator; pendidik dituntut menjadi evulator yang bagus dan jujur

Kesimpulan

Seiring dengan pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan semakin hangatnya arus globalisasi, maka sumber-sumber info atau sumber belajar kian banyak, baik sumber mencar ilmu yang dijadwalkan (by design) maupun sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilization) dibanding dengan kurun-abad sebelumnya. Untuk mengikuti perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang kian pesat kini ini maka pendidikan atau sekolah yang ialah pilar utama harus dapat dimanajemen seoptimal mungkin. Guru juga yang merupakan tonggak terdepan dalam proses pembelajaran harus bisa membuat lingkungan yang kondusif sehingga siswa dapat senang, nyaman, dan betah dalam mencar ilmu. Disisi lain juga, siswa atau peserta ajar yang ialah objek pendidikan dituntut untuk dapat memanfaatkan berbagai aneka sumber belajar sehingga pada hasilnya siswa dapat menguasai dan menerapkan ilmu yang beliau miliki didalam kehidupan sehari-hari.

Demikian makalah perihal peranan belajar berbasis aneka sumber, biar bermanfaat. Salam Ono Niha – Ya’ahowu.

Barangkali sobat juga mencari artikel berikut: