close

Penyebab Konflik Sosial

Sebab-Sebab Konflik Sosial – Penyebab konflik sangatlah kompleks dan tidak berdiri sendiri, namun dilatarbelakangi oleh banyak sekali dimensi dan latar peristiwa. Konflik-pertentangan yang terjadi dalam penduduk mampu berlatar belakang ekonomi, politik, kekuasaan, budaya, agama, dan kepentingan lainnya. Simaklah pola konflik berikut.
Apa yang menjadi latar belakang hadirnya konflik tersebut? Apabila Anda perhatikan dengan saksama, setidaknya ada dua kepentingan berbeda yang menjadi penyebab hadirnya konflik tersebut. Kepentingan pertama, kebijakan pemerintah untuk melaksanakan impor beras dari Vietnam ialah kepentingan politik. Kepentingan kedua, para petani yang tergabung dalam FSPI menolak adanya impor beras alasannya mampu menurunkan harga beras di pasar nasional sehingga mampu merusak pendapatan petani dan ini ialah kepentingan ekonomi. Dua kepentingan tersebut (politik dan ekonomi) sudah melatarbelakangi hadirnya pertentangan tersebut.
Indonesia mempunyai struktur masyarakat yang unik. Secara horizontal, Indonesia ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan suku bangsa, agama, bahasa, dan perbedaan yang bersifat kedaerahan. Perbedaan secara horizontal ini menjadi ciri khas masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk. Istilah majemuk mula-mula diperkenalkan oleh Furnivall untuk menggambar kan masyarakat Indonesia pada era Hindia Belanda. Secara vertikal, struktur penduduk Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
 Penyebab konflik sangatlah kompleks dan tidak berdiri sendiri Penyebab Konflik Sosial
Indonesia memiliki kompleksitas budaya yang plural (plural societies) dan heterogen (masyarakat majemuk), yakni sebuah masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih komponen-unsur yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembauran satu sama lain di dalam satu kesatuan politik. Pertanda paling terperinci dari masyarakat Indonesia yang bersifat majemuk itu adalah tidak adanya kehendak bareng (common will). Elemen-unsur penduduk Indonesia secara keseluruhan terpisah satu sama lain. Setiap elemen lebih ialah kumpulan individu-individu dibandingkan dengan suatu keseluruhan yang bersifat organis. Sebagai individu, kehidupan sosial mereka tidaklah utuh. Oleh alasannya adalah itu, konflik yang terjadi di Indonesia terkadang bersumber dari adanya perbedaan dan kontradiksi antarlatar belakang sosio kultural. Indonesia mampu dianggap sebagai negara yang mempunyai modal kedamaian sosial yang rendah.
Kerusuhan demi kerusuhan terus terjadi di berbagai pelosok tanah air di Indonesia. Terlebih lagi ada keinginan setiap daerah untuk melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia karena salah menafsirkan Undang-Undang Otonomi Daerah. Menurut DuBois dan Miley, sumber utama terjadinya konflik dalam masyarakat yakni adanya ketidakadilan sosial, adanya diskriminasi terhadap hak-hak individu dan kelompok, serta tidak adanya penghargaan kepada keberagaman.
Ketiga faktor tersebut lazimnya sangat berhubungan dengan sikap-sikap dan perilaku penduduk yang ditandai dengan hal-hal berikut.
1. Rasisme, merupakan sebuah ideologi yang membenarkan dominasi satu golongan ras tertentu kepada golongan lainnya atau perasaan superioritas yang berlebihan kepada kalangan sosial tertentu. Rasisme sering diberi legitimasi atau klaim bahwa suatu ras minoritas secara genetik dan budaya lebih inferior dari ras yang lebih banyak didominasi. Diskriminasi ras mempunyai tiga tingkatan yakni perorangan, organisasional, dan struktural. Pada tingkat individu, diskriminasi ras berwujud perilaku dan sikap dugaan. Pada tingkat organisasi, diskriminasi ras terlihat manakala kebijakan, hukum, dan perundang-seruan hanya menguntungkan kelompok tertentu saja. Secara struktural, diskriminasi ras dapat dilacak manakala satu forum sosial menawarkan pembatasanpembatasan dan larangan-larangan terhadap lembaga yang lain.
2. Elitisme, merujuk pada pemujaan yang berlebihan kepada strata atau kelas sosial yang menurut pada kekayaan, kekuasaan, dan prestise. Individu atau golongan yang mempunyai kelas sosial tinggi lalu dianggap berhak menentukan potensi-potensi orang lain dalam menjangkau sumber-sumber atau meraih potensi -potensi yang ada dalam masyarakat.
3. Gender, merupakan dogma bahwa jenis kelamin tertentu mempunyai kelebihan atas jenis kelamin lainnya. Pandangan ini kadang kala disokong oleh penafsiran (interpretation), tradisitradisi budaya, dan atau kebiasaan keagamaan yang pada umumnya memandang wanita lebih rendah dibandingkan dengan lakilaki.
4. Usia, menunjuk pada sikap-perilaku negatif kepada proses ketuaan. Proses ini sangat meyakini bahwa kategori usia tertentu memiliki sifat yang rendah (inferiority) daripada golongan usia yang lain. Oleh alasannya itu, perlakuan yang tidak adil mampu dibenarkan. Meskipun hal ini lazimnya diterapkan terhadap insan lanjut usia (manula), perilaku ini sering pula ditujukan terhadap bawah umur.
5. Prasangka atau sikap-sikap negatif terhadap orang yang memiliki keanehan. Orang yang memiliki abnormalitas (tubuh, mental) secara otomatis sering dianggap berlawanan dan tidak mampu melakukan peran-peran kehidupan sebagaimana orang normal. Orang dengan ketaknormalan atau penyandang cacat (persons with disabilities) kerap kali dipandang sebagai orang yang secara sosial tidak “matang” dan tidak bisa dalam segala hal.
Konflik sosial yang terjadi umumnya lewat dua tahap yang dimulai dari tahap disorganisasi atau keretakan dan terus berlanjut ke tahap disintegrasi atau perpecahan. Timbulnya tanda-tanda-tanda-tanda disorganisasi dan disintegrasi yakni akibat dari hal-hal berikut.
a. Ketidaksepahaman para anggota kalangan tentang tujuan masyarakat yang pada mulanya menjadi pemikiran bersama.
b. Norma-norma sosial tidak membantu anggota penduduk dalam meraih tujuan yang sudah disepakati.
c. Kaidah-kaidah dalam kelompok yang dihayati oleh anggotanya berlawanan satu sama lain.
d. Sanksi menjadi lemah bahkan tidak dilakukan dengan konsekuen.
e. Tindakan anggota kelompok telah berlawanan dengan normanorma golongan.
Dari beberapa penjelasan tersebut, mampu ditarik kesimpulan bahwa terjadinya pertentangan disebabkan oleh hal-hal berikut.
a. Adanya perbedaan pendirian atau perasaan antara individu dan individu lain sehingga terjadi pertentangan di antara mereka.
b. Adanya perbedaan kepribadian di antara anggota kalangan disebabkan oleh perbedaan latar belakang kebudayaan.
c. Adanya perbedaan kepentingan atau tujuan di antara individu atau kelompok.
d. Adanya perubahan-pergantian sosial yang cepat dalam penduduk yang diikuti oleh adanya pergeseran nilai-nilai atau sistem yang berlaku dalam penduduk .
Sekian materi menyenai Penyebab Konflik Sosial dari , supaya berguna.