Penulisan bahasa arab memiliki kaidah-kaidah. Diantara kaidah tersebut adalah terdapat dalam penulisan alif pada lafadz ابن dan ابنة. Kadang alifnya ditampakkan dan kadang pula alifnya dibuang. Penulisan dan pembuangan alif pada lafadz ابن dan ابنة tidak dilakukan sembarang tanpa argumentasi, melainkan harus sesuai dengan hukum-hukum penulisa dalam gramatika arab itu sendiri.
I’rab lafadz ابن dan ابنة bareng Munada
Apabila munada berupa mufrad alam dan disifati dengan ( ﺍﺑْﻦٌ) serta tidak ada pemisah diantara keduanya, juga ( ﺍﺑْﻦٌ) diidlafahkan terhadap isim alam, maka dalam keadaan tersebut diperbolehkan dua wajah, adalah dengan membaca dhommah untuk dimabnikan dan boleh dibaca nashab, contoh ( ﻳﺎَ ﺧَﻠِﻴْﻞُ ﺑْﻦَ ﺍَﺣْﻤَﺪَ ) dan ( ﻳﺎَ ﺧَﻠِﻴْﻞَ ﺑْﻦَ ﺍَﺣْﻤَﺪَ ).
Apapun membaca fathah yaitu yang lebih baik, sedangkan membaca dhommah yakni sesuai dengan kaidah, sebab ia berupa munada mufrad ma’rifat. Membacanya nashab dengan mengi’tibarkan lafadz ( ﺍﺑْﻦٌ) selaku zaidah, sehingga ( ﺧَﻠِﻴْﻞَ) menjadi mudlaf dan ( ﺍَﺣْﻤَﺪَ ) menjadi mudlaf ilaih.
Pensifatan dengan ( ﺍﺑْﻨَﺔٌ ) yaitu sama dengan ابنٌ. Sedangkan pensifatan dengan ( ﺑِﻨْﺖٌ) tidak bisa mengganti kemabnian mufrad alam, sehingga tidak diperbolehkan saat bersamanya kecuali dimabnikan dlommah, mirip ( ﻳﺎَ ﻫِﻨْﺪُ ﺑِﻨْﺖَ ﺧﺎَﻟِﺪٍ ).
Membaca dhommah munada pada semisal ( ﻳﺎَ ﺭَﺟُﻞُ ﺍﺑْﻦَ ﺧﺎَﻟِﺪٍ ) dan ( ﻳﺎَ ﺧﺎَﻟِﺪُ ﺍﺑْﻦَ ﺍَﺧِﻴْﻨﺎَ ) yakni wajib, alasannya tidak adanya sifat alam pada munada dalam teladan pertama, dan adanya sifat alam pada lafal yang diidlafahkan kepada ( ﺍﺑْﻦٌ) dalam acuan kedua, karena saat kita membuang ( ﺍﺑْﻦٌ), maka akan kita ucapkan ( ﻳﺎَ ﺭَﺟُﻞَ ﺧَﺎﻟِﺪٍ ) dan ( ﻳﺎَ ﺧﺎَﻟِﺪَ ﺍَﺧِﻴْﻨﺎَ ), yang pada pengidlafahan itu tidak ada maknanya. Begitu juga diwajibkan untuk mendlammah pada semisal ( ﻳﺎَ ﻋَﻠِﻲُّ ﺍﻟْﻔَﺎﺿِﻞُ ﺍﺑْﻦَ ﺳَﻌِﻴْﺪٍ ), alasannya adalah wujudnya pemisah, sebab tidak diperbolehkan memisah diantara mudlaf dan mudlaf ilaih.