Klasifikasi Kota – Sistem penjabaran kota mampu didasarkan atas beberapa faktor, mirip berdasarkan jumlah penduduk, fungsi, dan luas kota. Sistem penggolongan kota yang dilakukan oleh sebuah negara tidak senantiasa sama dengan negara yang lain. Hal ini sangat berhubungan dengan tingkat perkembangan pembangunan yang sudah dicapai dan jumlah penduduk negara yang bersangkutan. Selain itu, diketahui juga istilahistilah yang bekerjasama dengan penggolongan kota, mirip city (kota), town (kota kecil), dan urban (wilayah perkotaan). Oleh sebab itu, untuk mampu mengklasifikasikan kota diperlukan persyaratan yang cukup valid dan representatif.
Secara lazim, sistem penjabaran kota yang sering dipakai yaitu sebagai berikut.
a. Kota-Kota di Indonesia Berdasarkan Sejarah Pertumbuhannya
1) Perkembangan Kota dari Pusat Perdagangan
Kota-kota di Indonesia yang berkembang dari pusat jual beli yaitu Jakarta, Pontianak, Bagansiapiapi, Samarinda, Palembang, Jambi, dan Banjarmasin. Kota-kota tersebut berada di pinggir sungai atau pantai dengan tujuan memudahkan pemasaran dan tukar menukar barang dagangan.
2) Perkembangan Kota dari Pusat Perkebunan
Usaha perkebunan memerlukan tanah yang luas dan cukup subur dengan curah hujan dan iklim yang tepat dengan tanamannya. Di samping itu, usaha perkebunan banyak memerlu kan tenaga kerja. Oleh sebab itu, kawasan perkebunan senantiasa didatangi tenaga kerja. Para pekerja tersebut alhasil berdomisili di daerah sekitar perkebunan. Banyaknya penduduk di sekitar perkebunan akhirnya menjelma desa dan jikalau perkembangannya pesat akan menjadi wilayah kota. Kota-kota di Indonesia yang berkembang dari pusat perkebunan, antara lain Pematangsiantar, Bengkulu, Lampung, Bogor, Sabang, dan Bandung.
3) Perkembangan Kota dari Pusat Pertambangan
Selain perkebunan, usaha pertambangan juga banyak memerlukan tenaga kerja. Oleh alasannya adalah itu, kawasan pertambangan juga banyak didatangi tenaga kerja. Para pekerja tersebut balasannya jugabertempat tinggal di tempat sekitar pertambangan. Banyaknya penduduk di sekitar pertambangan berkembang menjadi desa dan balasannya jikalau perkembangannya pesat akan menjadi kawasan kota. Kota-kota di Indonesia yang meningkat dari pusat pertambangan, antara lain Plaju, Dumai, Langkat, Tarakan, Kutai, Bontang, Ombilin, Sawahlunto, Tanjung Enim, Bukit Asam, Wonokromo, dan Cepu.
4) Perkembangan Kota dari Pusat Administrasi Pemerintahan
Perkembangan kota dari sentra manajemen pemerintahan kemajuannya banyak bergantung pada campur tangan para penguasa atau pemerintah, mirip kota Jakarta dan Yogyakarta.
Gambar 19
b. Klasifikasi Kota Berdasarkan Jumlah Penduduknya
Berdasarkan jumlah penduduknya, kota mampu dibedakan dalam empat golongan, ialah selaku berikut.
1) Kota kecil, ialah kota yang berpenduduk antara 20.000–100.000 jiwa.
2) Kota besar, adalah kota yang berpenduduk antara 100.000– 1.000.000 jiwa.
3) Kota metropolitan, adalah kota yang berpenduduk lebih dari 1.000.000 jiwa.
4) Kota megalopolis dan Ekumenopolis.
Istilah megalopolis berasal dari seorang geograf bernama Gottmann untuk menyebutkan gabungan raksasa metropolismetropolis, seperti yang terdapat di Amerika Serikat, Eropa Barat Laut, dan Jepang. Penggabungan itu didefinisikan sebagai situasi fokus masyarakatyang berjumlah lebih dari 25 juta jiwa yang berdesak-desakan di kota untuk mencari kehidupan di perkotaan. Megalopolis di Amerika Serikat panjangnya meraih 650 km (dari Washington ke Boston), di Eropa Barat Laut meraih 825 km (dari London ke Hamburg), dan di Jepang meraih 480 km (dari Tokyo ke Osaka).
Di negara-negara sedang meningkat alasannya adalah lokasi metropolisnya tersebar berjauhan, kemungkinan yang terjadi yakni ekumenopolis. Polanya, satu metropolis dikerumuni kota-kota besar dan kecil yang tersebar di tempat agraris. Di Jawa, kota Jakarta dan Surabaya merupakan dua kota metropolis. Sumbu Jakarta-Surabaya panjangnya meraih 650 km.
Klasifikasi kota secara numerik berdasarakan jumlah penduduk juga dikemukakan oleh NR. Saxena. Menurutnya, tahapan kota dilihat dari jumlah penduduknya adalah sebagai berikut.
1) Infant Town dengan jumlah penduduk antara 5.000 sampai 10.000 orang.
2) Township yang terdiri atas adolescent township, mature township, dan specialized township dengan jumlah penduduk berkisar antara 10.000 sampai 50.000 jiwa.
3) Town-City terdiri atas adolescent town, mature town, specialized town, dan adolescent city dengan jumlah masyarakatberkisar antara 100.000 sampai 1.000.000 jiwa.
c. Klasifikasi Kota Berdasarkan Kualitas Perkembangannya
Dilihat dari kualitas perkembangannya, tahapan kota dapat dibedakan menjadi enam tingkatan, ialah sebagai berikut.
1) Tahap Eopolis adalah tahap kemajuan desa yang telah teratur sehingga organisasi masyarakat penghuni daerah tersebut telah mulai menawarkan ciri-ciri perkotaan. Tahapan ini ialah peralihan dari teladan kehidupan desa tradisional ke arah kehidupan kota.
2) Tahap Polis ialah tahapan sebuah kawasan kota yang masih bercirikan sifat-sifat agraris atau berorientasi pada sector pertanian. Sebagian besar kota-kota di Indonesia masih berada pada tahapan ini.
3) Tahap Metropolis merupakan kelanjutan dari tahap polis. Tahap ini ditandai oleh sebagian besar orientasi kehidupan ekonomi penduduknya mengarah ke sektor industri. Kota-kota di Indonesia yang berada pada tahap metropolis antara lain Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung.
4) Tahap Megalopolis ialah suatu kawasan perkotaan yang ukurannya sungguh besar, umumnya terdiri atas beberapa kota metropolis yang menjadi satu membentuk jalur perkotaan. Contohnya antara lain jalur Megalopolis Boston-Washington (BOSWASH) di kawasan Amerika Serikat bab timur, Randstaad di Belanda (mulai dari Doordrecht-Arnhem), dan jalur Ruhr di Jerman sepanjang Sungai Rhein.
5) Tahap Tyranopolis ialah tahapan kota yang kehidupannya telah dikuasai oleh tirani, kemacetan, kesemrawutan pelayanan, kejahatan, dan kriminalitas.
6) Tahap Nekropolis adalah tahapan kemajuan kota yang menuju ke arah kota mati.
Sekian bahan mengenai Klasifikasi Kota dari , agar bermanfaat.