Sebelumnya sudah di bahas tentang pedagogik yang mengkaji seluk beluk ilmu pendidikan untuk anak. Pada peluang ini akan di bahas perihal pemahaman “Andragogi”, ialah ilmu pendidikan bagi orang dewasa. Bagi orang remaja ilmu yang mengkajinya disebut “Andragogi“, yang berasal dari bahasa Yunani “andr” dan “agogos”. Dalam Bahasa Yunani “andr” artinya orang remaja dan “agogos mempunyai arti memimpin atau membimbing. Knowles (1980) mendefinisikan andragogi selaku seni dan ilmu dalam membantu warga berguru (orang remaja) untuk berguru. Berbeda dengan Pedagogi yang dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk mengajar belum dewasa.
Orang akil balig cukup akal, tidak hanya dilihat dari sisi biologis semata, melainkan dari sisi sosial dan psikologis, secara biologis, seseorang dibilang sudah dewasa jika beliau telah mampu melaksanakan reproduksi. Secara sosial, seseorang yang disebut sampaumur apabila ia melakukan tugas-peran sosial yang biasanya dibebankan terhadap orang remaja. Secara psikologis, seseorang dibilang cukup umur sudah mempunyai tanggung jawab kepada kehidupan dan keputusan yang diambil.
Andaragogi yaitu suatu model proses pembelajaran akseptor asuh (warga belajar) akil balig cukup akal. Andragogi disebut sebagai teknologi pelibatan orang remaja dalam acara mencar ilmu. Proses pembelajaran melibatkan warga berguru. Keterlibatan diri warga belajar ialah kunci kesuksesan pendidikan orang sampaumur. Untuk itu sumber belajar hendaknya bisa menolong warga belajar untuk :
- Mengidentifikasikan kebutuhan,
- merumuskan tujuan belajar,
- ikut serta memikul tanggung jawab dalam penyusunan rencana dan penyusunan pengalaman belajar, dan,
- ikut serta dalam mengecek kegiatan belajar.
Tidak ubahnya mirip ilmu lainnya, tentunya andragogi dapat dipelajari oleh siapa saja sebab dia mengikuti hukum – aturan keilmuan pada umumnya yang bersifat objektif. Sebagai seni atau kiat, andragogi ialah krativitas yang merupakan kecakapan kreatif dan kemampuan seseorang yang terkait dengan rasa estetika, terikat dengan kepribadian, abjad atau watak di pendidik. Ada pendidik yang sungguh mahir dalam memengaruhi dan memperlakukan anak-anak didiknya yang mempunyai pengaruh pada rasa bahagia dan simpati terhadap si pendidik. Dengan kesabarannya, ketelatenannya dan rasa humornya, seorang pendidik lebih menarik hari anak lebih dari lainnya. Begitu sebaliknya, ada pendidik yang kurang mampu melaksanakan hal-hal seperti dimaksudkan tadi meskipun mungkin ia sungguh menguasai dan cendekia secara keilmuan. Tampaknya ilmu mendidik saja belum cukup dan harus dipadukan dengan seni. Demikianlah, sesungguhnya mendidik merupakan perpaduan antara ilmu dan seni dalam membantu orang lain, baik anak ataupun orang dewasa, dalam belajar.
Ada yang mendefinisikan andragogi selaku ilmu tentang orang dewasa belajar atau the science of learning (Laird, 1981), yang dalam hal ini lebih ialah psikologi mencar ilmu. Di samping itu, ada juga yang menitikberatkan pada sumbangan pinjaman, yang mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu ihwal bagaimana membantu orang akil balig cukup akal belajar (Brundage, 1981). Di indonesia, Direktorat Pendidikan Masyarakat sudah mulai mengadopsi inspirasi ini sejak tahun 1970-an dengan memakai perumpamaan membelajarkan dan juga pembelajaran orang cukup umur. Kaprikornus, ringkasnya, andragogi yakni seni dan ilmu perihal bagaimana membantu orang akil balig cukup akal belajar. Dalam hal ini, si pendidik harus berupaya bagaimana membantu mempermudah atau menfasilitasi orang akil balig cukup akal belajar. Dalam relasi ini, diyakini bahwa wujud bantuannya pasti berlawanan dengan anak alasannya adalah karakteristik yang berbeda antara keduanya.