oleh Rahabi Mandra
1. Film Independen
Bila semua hal yang telah dibahas pada Pengenalan Film (Part 1) rasanya terlalu rumit, mungkin bisa dimulai dengan membuat film independen. Pembuatan film independen, atau independent filmmaking, yakni proses pengerjaan film yang tidak memakai pakem-pakem mainstream di atas. Karena keterbatasan atau kebutuhan tertentu, pembuat film menetapkan untuk memproduksi dengan caranya sendiri. Hal ini mampu dilaksanakan mengenang pertumbuhan teknologi yang ada sekarang memungkinkan seseorang untuk syuting dan mengedit film mereka sendiri, merekam dan mengedit suara, membuat musik, dan mematangkan film memakai komputer rumah.
Walau proses produksi telah demikian gampang dicapai, masih ada tahap-tahap yang tetap mempunyai tantangan tersendiri kalau tidak menyesuaikan dengan metode yang ada, di antaranya adalah tahap penelusuran modal, distribusi, dan pemasaran. Dulu, para pembuat film independen mengandalkan tahapan ini pada pekan raya film (mirip Sundance, Venice, Berlin, Cannes, dan Toronto) supaya film mereka dilirik dan bisa dijual ke agen dan produser. Sekarang ini internet telah menunjukkan jalan bagi pembuat film independen untuk mendistribusikan film mereka menggunakan platform-platform dengan biaya murah atau tanpa ongkos sama sekali. Pembuat film skala besar, pembuat film independen, studio besar, rumah bikinan kecil, semua berbaur di sana. Semua pihak punya potensi yang serupa untuk memasarkan atau menayangkan film mereka. Tidak menutup kemungkinan pada sebuah platform penayangan kita mampu menyaksikan satu film layar lebar berbiaya besar dari California bersanding dengan satu film independen berbiaya murah dari Tegal.
Dengan distribusi film lewat internet, pembuat film independen yang tidak memiliki kanal kepada agen, kini mempunyai kemampuan untuk menjangkau penonton global.
2. Sikap pembuat film selaku individu dan sebagai bab dalam tim
Orang-orang biasanya plin-plan, angin-anginan, dan sulit diprediksi bila sudah berhadapan dengan situasi yang genting sebagaimana lazimterjadi di set syuting. Seorang sutradara mesti mampu menjaga emosi dan kondisinya walaupun pemodal bersila tangan di belakang monitor meminta ini itu, produser meminta scene perhiasan sebab dirasa penting untuk penjualan, dan aktor yang tidak mau memakai kostum alasannya adalah beliau rasa tidak cocok kiprahnya. Seorang sutradara (dan produser) yang baik harus mampu berkepala dingin dan menentukan langkah terbaik untuk mendekati kru, pemeran, dan pemodal supaya bisa meraih visi yang diinginkan dalam film itu.
Ini bukan hal yang gampang. Mau tidak mau mesti diakui bahwa seorang sutradara mesti mampu memanipulasi, atau dalam istilah yang lebih kasatmata, mampu bernegosiasi.Keahlian yang harus dimiliki untuk menguasai kemampuan ini sebenarnya bukan kepekaan terhadap estetika, namun keahlian berkomunikasi secara efektif bahkan pada ketika situasi buruk. Seorang sutradara yang baik mesti arif mengatakan, namun lebih penting lagi harus pandai menyimak .
Kemampuan menyimak wajib dimiliki untuk pekerjaan apapun yang menuntut adanya komunikasi, termasuk berjualan. Sutradara menjual desain, menjual ide. Penjualan yakni menyimak . Penjual yang andal tidak hanya menyimak kata-kata; ia menyimak momen-momen membisu, bahasa tubuh, hal-hal yang tidak diucapkan, bunyi ukiran tangan, ketukan kaki, gemeretak gigi. Seorang sutradara mesti bisa mendengarkan agar mengerti apa yang sesungguhnya diinginkan produser dan pemodal. Lalu ia mesti mengetahui apa yang harus dibilang dan bagaimana cara menyampaikan cita-cita itu.
Hal ini tidak hanya berlaku pada sutradara atau produser. Seorang penulis skenario, desainer produksi, director of photography, editor, penata musik, dan posisi-posisi penting lainnya juga dituntut memiliki keterampilan berkomunikasi. Karena intinya pembuatan film yaitu kolaborasi tim.
Berikut yakni beberapa aliran yang bisa diperhitungkan saat kita mengambil peran dalam sebuah buatan, di tahap apapun:
- Gunakan intuisi. Ketika mempekerjakan kru atau menentukan proyek ini atau itu dari penanam modal ini atau itu, lakukan riset sebelumnya. Setelah itu, pertimbangkan dengan matang, dan dengarkan diri sendiri. Jika rasanya tidak sempurna atau tidak sesuai, cari yang lain. Setelah memahami seluk-beluk film, kita akan mengerti bahwa beberapa keputusan tidak mampu diambil cuma dengan logika saja. Kadang-kadang menggunakan intuisi lebih berguna pada akhirnya. Lebih baik menunggu penanam modal yang tepat dua bulan lagi dibandingkan dengan bekerja sama dengan investor yang salah dan harus terima nasib untuk waktu yang lama.
- Pilih orang yang memiliki kemampuan/perspektif yang berlainan. Semua orang terlahir dengan bakat dan keahlian yang berbedabeda; pintar di satu hal, jelek di hal lain. Jika kita bekerja dengan orang yang mempunyai perspektif berlainan, suatu duduk perkara dapat pribadi dilihat dari berbagai sudut pandang, dan bisa teratasi lewat banyak pilihan. Keberadaan orang-orang dengan keahlian yang berlawanan di dalam tim juga akan memperkuat tim tersebut. Semakin banyak kemampuan, bertambah banyak senjata untuk menuntaskan duduk perkara secara inovatif.
- Tetap santai, tetap adem. Jika sedang ada di tengah-tengah meeting dan suasana memanas, mundur selangkah dari perdebatan dan biarkan diskusi berjalan semoga kita bias mencicipi apa yang bahu-membahu terjadi, dan mengapa suasana memanas. Yang penting adalah semua urusan mesti terlihat dengan terperinci supaya mampu dipadamkan, dan hal ini cuma bisa dilakukan dengan kepala acuh taacuh.
- Jangan bawa-bawa perasaan. Perasaan memang baik adanya dibawa-bawa dalam berpacaran, namun tidak demikian halnya dalam bekerja.Kalau ada yang membuat kesal, biarkan lewat, tunggu rasa kesal berlalu, kemudian segera bergerak dan menuntaskan duduk perkara secara obyektif. Diingat saja bahwa pada umumnya orang melakukan sesuatu tidak ditujukan terhadap orang lain, tetapi untuk kemaslahatan diri sendiri.
- Perkuat pasukan. Masalah-problem akan datang dan tidak mampu dihindari. Harus dihadapi. Ketimbang menegur tim, coba cari cara untuk memperkuat mereka. Jika mereka melakukan sesuatu yang tidak kita sukai, coba pertimbangkan apa yang bahu-membahu kita inginkan dari mereka; kemudian beri mereka peran yang kita tahu mereka akan mampu tuntaskan. Ketika peran tamat dijalankan, jangan lupa untuk memuji dan berterimakasih. Kadang-kadang orang lupa kekuatan apresiasi dan terima kasih.
- Beri pertanyaan. Ketika suatu persoalan muncul dan kita ingin membuka obrolan dengan kru, mulai dengan pertanyaan. Pertanyaan yang dilontarkan jangan bersifat menuduh, dan biarkan mereka membawa kita pada akar problem. Jangan bergerak berdasarkan perkiraan hingga semua persoalan terperinci benderang.
- Memahami perbedaan karakter setiap orang. Kita harus bisa menyesuaikan diri dengan rekan kerja kita, agar tugas mampu secepatnya simpulan. Ada beberapa orang yang perlu tuntunan dan instruksi lebih. Ada beberapa orang yang cukup diterangkan dengan kata-kata. Ada beberapa orang yang perlu didorong dan diberi motivasi. Ada juga yang sangat sensitif dan jika didiamkan malah mampu menuntaskan pekerjaan dengan lebih baik. Ada yang tidak mampu menerangkan dengan baik, sehingga membutuhkan waktu. Kita harus bisa menanggapi pada setiap orang dengan caracara yang pada akhirnya membuat acara jadi produktif.
- Tetapkan target yang realistis. Tidak ada orang yang suka kegagalan. Jika kita menciptakan keputusan yang mensugesti tim, buat agar mereka juga merasa dilibatkan dalam pengambilan keputusan tersebut. Coba untuk membuat target bahu-membahu, atau menentukan sasaran dan menanyakan pada tim apakah target tersebut mampu dikerjakan. Libatkan mereka ke dalam strategi kita semoga mereka merasa menjadi bagian dari rencana kita. Ketika sasaran telah ditentukan, jalani dengan penuh akidah sampai tujuan. Sedikit saja keraguan muncul dari kita, maka semangat tim pasti langsung goyah.
- Jujur dan baik hati. Tidak ada kata yang lebih tepat daripada kata-kata klise dalam pelajaran etika ini.Kebaikan hati dan kejujuran terkadang tidak lagi dianggap kini ini. Belakangan ini pendekatan yang lebih keras, mirip bunyi lantang, menjadi penuntut, dan tanpa kompromi, kelihatannya ialah cara yang efektif untuk menerima hasil yang terbaik dari seseorang. Belum pasti. Orang-orang akan menyikapi kejujuran dan kebaikan hati dengan cara yang nyata. Melatih cara mengatakan kepada tim dengan keterbukaan dan perhatian akan menerima hasil yang lebih produktif, bahkan dalam situasi yang buruk sekali pun.
- Tanya apa yang diperlukan oleh tim. Pada ketika melakukan wawancara, coba untuk tanyakan terhadap kandidat kru atau pemain apa kira-kira yang dibutuhkannya biar pekerjaan dapat teratasi dengan baik. Dengan menanyakan pertanyaan ini akan menunjukkan bahwa kita peduli dan ingin tahu betul peluangyang mereka miliki. Dengan demikian, setelah mereka menyatakan hal-hal yang dapat membangkitkan semangat mereka untuk bekerja, mereka juga akan terdorong untuk melaksanakan yang terbaik untuk proyek kita.
Sumber: Buku Menulis Cerita Film Pendek: Sebuah Modul Workshop Penulisan Skenario Tingkat Dasar. Pusat Pengembangan Perfilman Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017.
Tim Penyusun: Perdana Kartawiyudha (koordinator); Baskoro Adi Wuryanto; Damas Cendekia; Melody Muchransyah; Rahabi Mandra.