Pembawaan Dan Lingkungan

Persoalan yang sungguh penting dalam psikologi dan sungguh dekat relevansinya dengan ilmu mendidik ialah soal pembawaan dan lingkungan.
Soal pembawaan ini yakni soal yang tidak mudah dan dengan demikian membutuhkan klarifikasi dan uraian yang tidak sedikit. Telah beberapa tahun lamanya para jago latih, andal biologi, ahli psikologi dan lain-lain mempertimbangkan dan berusaha mencari balasan atas pertanyaan : kemajuan insan itu tergantung kepada pembawaan ataukah kepada lingkungan? atau dengan kata lain : dalam peerkembangan anak sampai menjadi dewasa faktor-aspek yang memilih itu , adakala yang dibawa dari faktor-aspek yang memilih itu, kadang kala yang dibawa dari keturunan (pembawaan) ataukah dampak-pengaruh lingkungan?
Dalam usaha menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut perlu disini dikemukakan adanya beberapa usulan, ialah :

  1. Aliran Nativisme berpendapat bahwa segala pertumbuhan insan itu sudah ditentukan oleh aspek-aspek yang dibawa semenjak lahir. Pembawaan yang telah terdapat pada waktu dialahirkan itulah yang memilih hasil perkembangannya. Menurut Nativisme, pendidikan tidak mampu mengubah sifat-sifat pembawaan. Makara jikalau benar usulan tersebut, maka percumalah kita mendidik atau dengan kata lain : pendidikan tidak perlu. Dalam ilmu pendidikan, ini disebut pesimisme paedagogis.
  2. Aliran Empirisme memiliki usulan yang bertentangan dengan kaum Nativisme. Mereka berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu sama sekali ditentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman yang diterimanya semenjak kecil. Manusia-insan dapat dididik menjadi apa saja (ke arah yang lebih baik maupun ke arah yang lebih buruk) menurut hasratlingkungan atau pendidik-pendidiknya. Dalam pendidikan, pertimbangan kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme paedagogis. Kaum behavioris pun sependapat dengan kaum empiris itu. Sebagai contoh kami kemukakan di sini kata-kata Watson seorang Behavioris tulen dari Amerika : “Berilah saya sejumlah belum dewasa yang bagus keadaan badannya dan suasana-situasi yang aku butuhkan : dari setiap orang anak, entah yang mana, dapat saya jadikan dokter, seorang pedagang, spesialis hukum atau memang kalau diharapkan seorang pengemis atau seorang pencuri”. Dari acuan tersebut tak perlu kami beri komentar lagi, betapa ekstrimnya pertimbangan tersebut. Dalam dunia pengetahuan pada era sekarang ini dua pendapat yang sungguh bertentangan itu sudahlah tidak diakui lagi. Umumnya orang sekarang mengakui adanya dampak dari keduanya yaitu imbas pembawaan dan pengaruh lingkungan. Suatu pembawaan tidak mampu meraih perkembangannya jikalau tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping itu seorang sependapat pula bahwa dalam batas batas tertentu kita dilahirkan dengan menjinjing inteligensi. Kita katakan dalam batasan yang tertentu. Karena sepanjang wawasan kita, kita tahu bahwa intelegensi dapat dikembangkan.
  3. Hukum Konvergensi, aturan ini berasal dari mahir psikologi bangsa Jerman bernama William Stern. Ia beropini bahwa pembawaan dan lingkungan itu sudah simpulan? Belum! Dalam pemikiran yang menganut hukum konvergensi itu sendiri masih terdapat dua pemikiran, yaitu pemikiran yang dalam aturan konvergensi ini lebih menekankan kepada pengaruh pembawaan ketimbang pengaruh lingkungan, dan yang sebaliknya. Sementara itu kita belum puas pula dengan/atas tanggapan dari hukum konvergensi itu, yang mengatakan bahwa pertumbuhan insan itu diputuskan (merupakan hasil) dari dua buah faktor yakni pembawaan dann lingkungan. Kalau hal itu kita renungkan betul-betul , belum tepatlah kiranya hal itu diperuntukkan bagi kemajuan manusia. Mungkin kata-kata itu lebih tepat dan benar bila kita katakan kepada pertumbuhan hewan dibandingkan dengan kepada insan. Benarkah jikalau kita menyampaikan “Saya ini hasil dibandingkan dengan pembawaan aku dan dari lingkungan aku?” Jika pernyataan itu benar seakan-akan insan itu cuma merupakan hasil dari proses alam, ialah pembawaan dan lingkungan belaka. Jika pembawaannya ini dan lingkungannya begitu maka manusianya akan menjadi demikian; dan jika pembawaannya itu dan lingkungannya begini, maka manusianya ialah lain lagi dan sebagainya. jadi seolah-olah proses kemajuan pada insan itu sama halnya dengan proses yang terjadi dalam ilmu kimia belaka. Kalau begitu soalnya, pastinya akan lebih mudah lagi peran ahli-andal pendidik itu, ialah tinggal mencari jalan untuk mengenali pembawaan seseorang (jikalau memang pembawaan itu mampu dimengerti dengan pasti dan segera) dan mengusahakan suatu lingkungan atau pendidikan yang bagus dan sesuai. Tetapi tidak hanya itu! Binatang memanglah hasil daripada pembawaan dan lingkungannya. Binatang hanya terserah kepada pembawaan keturunannya dan efek-dampak lingkungannya. perkembangan pada hewan semuanya ditentukan oleh kodrat, oleh hukum-aturan alam.
Tetapi pertumbuhan manusia bukan hasil pembawaan dan lingkungannya belaka. Manusia tidak cuma diperkembangkan, tetapi dia memperkembangkan dirinya sendiri. Manusia yakni makhluk yang mampu dan mampu memilih dan memilih sesuatu yang perihal dirinya dengan bebas. Karena itulah ia bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya; dia mampu juga mengambil keputusan yang berbeda daripada apa yang pernah diambilnya.
Proses kemajuan manusia tidak cuma diputuskan oleh aspek pembawaan yang telah ada pada orang itu dan aspek lingkungannya yang menghipnotis orang itu. Aktivitas manusia itu sendiri dalam perkembangannya turut memilih atau memainkan peranan juga. Hasil kemajuan seseorang mustahil mampu dibaca dari pembawaan dan lingkungan saja.
Kesimpulannya : Jalan kemajuan manusia sedikit banyak diputuskan oleh pembawaan yang turun-menurun yang oleh aktivitas dan pemilihan atau menentukan manusia sendiri yang dikerjakan dengan bebas dibawah pengaruh aspek-faktor lingkungan yang tetentu bermetamorfosis sifat-sifat.

  Apa Itu Educational Neuoriscience?