Lailatul Qadar – Dalam kajian al-Qur’an dan al-Sunnah, dijelaskan bahwa di dalam bulan berkat Ramadhan ini ada satu malam lebih utama dari pada seribu bulan. Malam yang dinanti tersebut yaitu malam Lailatul Qadar. Apabila seorang muslim melaksanakan banyak sekali kebaikan di saat itu, maka pahalanya lebih utama dari pada melakukan kebaikan selama seribu bulan atau kurang lebih 83 tahun lamanya. Padahal umur insan pada umumnya berkisar 63 tahun.
Malam yang dinanti dan lebih utama dari pada seribu bulan itu yaitu malam yang sarat dengan keberkahan, malam yang penuh kemuliaan, serta mempunyai keutamaan. Syaikh Muhammad Abduh memaknai kata “al-Qadar” dengan kata “takdir”. Ia beropini demikian, alasannya adalah Allah swt, pada malam itu mentakdirkan agama-Nya dan memutuskan khittah untuk Nabi-Nya, dalam menyeru umat manusia ke jalan yang benar. Khittah yang dijalani itu, sekaligus melepaskan umat manusia dari kerusakan dan kehancuran yang waktu itu sedang membelenggu mereka.
Kata “al-Qadar” diartikan juga “al-Syarf” yang artinya mulia (kemuliaan dan kebesaran). Maksudnya Allah SWT, sudah mengangkat kedudukan Nabi-Nya pada malam Qadar itu dan memuliakannyadengan risalah dan membangkitkannya menjadi Rasul terakhir. Mengenai hal ini diisyaratkan dalam surat al-Qadar. Bahwa malam itu yaitu malam yang mulia, malam diturunjannya al-qur’am selaku kitab suci yang terakhir. Surat al-Qadar itu lengkapnya selaku berikut:
اِنَّا اَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ. وَمَا اَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ. لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ شَهْرٍ. تَنَزَّلُ الْمَلَئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ اَمْرٍ. سَلَامٌ هِىَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
Artinya : Sesungguhnya aku sudah menurunkan al-qur’an pada malam lailatul qadar, tahukah kamu “apa itu lailatul qadar?”, lailatul qadar ialah malam yang lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turun para malaikat dan ruh qudus (malaikat jibril) dengan idzin Tuhannya untuk mengontrol segala urusan. Malam itu penuh kemakmuran hingga terbit fajar’. (QS. Al-Baqarah,97: 1-5)
Dari ayat tersebut, maka jelaslah lailatul qadar yakni malam yang memiliki keistimewaannya sediri disbanding dengan malam-malam yang selainnya. Dan apabila malam itu digunakan untuk ibadah kepada Allah SWT, maka ia akan menerima pahala berlibat ganda satu berbanding seribu amal kebajikan (ibadah) yang dijalankan di selain malam lailatul qadar. Sedangkan keagungan dan keutamaan malam Qadar pada dasarnya terletak dalam dua kemuliaan, yaitu turunnya al-qur’an dan turunnya para malaikat dalam jumlah yang besar, tergolong di dalamnya malaikat Jibril. Para malaikat turun di malam itu dengan cahaya yang cemerlang penuh kedamaian dan kemakmuran.
Kedatangan mereka ialah untuk menyampaikam ucapan selamat kepada orang yang yang melakukan puasa Ramadhan dan melakukan ibadah yang lain. Kemuliaan turunnya al-qur’an, merupakan hari yang agung dan bersejarah, turunnya kitab suci itu ialah titik permulaan dimulainya suatu kehidupan “Dunia Baru” yang terlepas dari kesesatan dan kedzaliman, menuju kebenaran yang hakiki.
Daftar Isi
Makna Lailatul Qadar
Muhammad Quraish Shihab dalam buku Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat (1999) bahwa fenomena alam adanya Lailatu Qadar mesti diimani oleh setiap muslim berdasarkan pernyataan Al-Qur’an, bahwa “Ada suatu malam yang berjulukan Lailatul Qadar” (QS Al-Qadr: 1) dan malam itu merupakan “malam yang sarat berkah di mana dijelaskan atau ditetapkan segala urusan besar dengan kebijaksanaan” (QS Ad-Dukhan: 3).
Pengertian dan Prediksi Terjadinya Malam Lailatul Qadar Tahun 2020 Menurut Pendapat Ulama’ Salaf
Ditegaskan dalam Al-Qur’an, malam tersebut yaitu malam mulia, tidak mudah diketahui betapa besar kemuliaannya. Ini diisyaratkan oleh adanya “pertanyaan” dalam bentuk pengagungan, ialah “Wa ma adraka ma laylatul qadar.”
Untuk memperoleh pengertian yang jernih terkait malam lailatul qadar, Quraish Shihab menawarkan sejumlah keterangan terkait arti kata qadar. Mufassir kenamaan tersebut memaparkan tiga arti pada kata qadar tersebut.
Pertama, qadar bermakna penetapan atau pengaturan sehingga lailatul qadar dipahami selaku malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup insan. Pendapat ini dikuatkan oleh penganutnya dengan Firman Allah pada Surat Ad-Dukhan ayat 3. Ada ulama yang memahami penetapan itu dalam batas setahun. Al-Qur’an yang turun pada malam lailatul qadar diartikan bahwa pada malam itu Allah SWT mengatur dan memutuskan khiththah dan strategi bagi Nabi-Nya, Muhammad SAW guna mengajak insan terhadap agama yang benar yang pada hasilnya akan memutuskan perjalanan sejarah umat insan, baik selaku individu maupun golongan.
Kedua, qadar berati kemuliaan. Malam tersebut adalah malam mulia yang tiada bandingnya. Ia mulia alasannya adalah terpilih sebagai malam turunnya Al-Qur’an serta karena ia menjadi titik tolak dari segala kemuliaan yang dapat diraih. Kata qadar yang bermakna mulia didapatkan dalam ayat ke-91 Surat Al-An’am yang mengatakan ihwal kaum musyrik: Ma qadaru Allaha haqqa qadrihi idzqalu ma anzalallahu ‘ala basyarin min syay’i (mereka itu tidak memuliakan Allah sebagaimana kemuliaan yang sebaiknya, tatkala mereka berkata bahwa Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada insan).
Ketiga, qadar berati sempit. Malam tersebut yakni malam yang sempit, alasannya adalah banyaknya malaikat yang turun ke bumi, mirip yang ditegaskan dalam Surat Al-Qadar: Pada malam itu turun malikat-malaikat dan ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Kata qadar yang bermakna sempit digunakan oleh Al-Qur’an antara lain dalam ayat ke-26 Surat Ar-Ra’du: Allah yabsuthu al-rizqa liman yasya’ wa yaqdiru (Allah melapangkan rezeki bagi yang diinginkan dan mempersempitnya [bagi yang dikehendakinya]).
Hal penting yang mesti diperhatikan yaitu seseorang jangan cuma pasif menanti malam Lailatul Qadar datang, namun keutamaan malam tersebut harus direngkuh secara aktif dengan sejumlah ibadah dan amal kebaikan. Dengan demikian, untuk berjumpa malam Lailatul Qadar, seseorang sebetulnya bisa mempersiapkan diri sedari permulaan Ramadhan datang. Ini memberikan bahwa kebaikan harus bersifat kontinu atau terus-menerus sebagaimana kemulian yang ditunjukkan pada malam lailatul qadar dan dampaknya terhadap kehidupan di era-kurun yang hendak tiba.
Poin penting yang harus diperhatikan terkait malam Lailatul Qadar ialah selain bertemu malam lailatul qadar, insan juga menerimanya. Kata ‘mendapatkan’ memiliki konsekuensi bahwa seseorang mesti melaksanakan ibadah dan amal kebaikan sehingga menerima kemuliaan malam tersebut.
Predeksi Lailatul Qadar dalam kitab I’anatut Thalibin
Imam Al-Ghazali dan juga ulama lainnya menerangkan dalam kitab I’anatut Thalibin juz 2, hal. 257, bahwa cara untuk mengetahui Lailatul Qadar mampu dilihat dari hari mulai berpuasa ditahun itu sebagimana klarifikasi berikut :
قال الغزالي وغيره إنها تعلم فيه باليوم الأول من الشهر فإن كان أوله يوم الأحد أو يوم الأربعاء فهي ليلة تسع وعشرين أو يوم الاثنين فهي ليلة إحدى وعشرين أو يوم الثلاثاء أو الجمعة فهي ليلة سبع وعشرين أو الخميس فهي ليلة خمس وعشرين أو يوم السبت فهي ليلة ثلاث وعشرين قال الشيخ أبو الحسن ومنذ بلغت سن الرجال ما فاتتني ليلة القدر بهذه القاعدة المذكورة
Artinya :
Jika mulanya jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29
Jika mulanya jatuh pada hari Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21
Jika mulanya jatuh pada hari Selasa atau Jum’at maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27
Jika mulanya jatuh pada hari Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25
Jika mulanya jatuh pada hari Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23
Pendapat diatas juga disampaikan oleh Syekh Abul Hasan As-Syadzili dengan perkataannya : “Semenjak aku menginjak usia akil balig cukup akal Lailatul Qadar tidak pernah meleset dari agenda atau kaidah tersebut.” Kaidah ini sesuai dengan informasi dalam Hasyiah al-Jamal, hal. 480:
كما اختاره الغزالي وغيره وقالوا إنها تعلم فيه باليوم الأول من الشهر فإن كان أوله يوم الأحد أو الأربعاء فهي ليلة تسع وعشرين أو يوم الاثنين فهي ليلة إحدى وعشرين أو يوم الثلاثاء أو الجمعة فهي ليلة سبع وعشرين أو يوم الخميس فهي ليلة خمس وعشرين أو يوم السبت فهي ليلة ثلاث وعشرين.
Predeksi Lailatul Qadar dalam kitab Hasyiah al-Bajury
Syekh Ibrahim Al Bajuri dalam kitab Hasyiah al-Bajury -klarifikasi dari kitab Fathul Qarib -dalam juz pertama halaman 304, mencantumkan kaidah lain:
وإناجميعا إن نصم يوم جمعة # ففى تاسع العشرين خذ ليلة القدر
وإن كان يوم السبت أول صومنا # فحادي وعشرين إعتمده بلاعذر
وإن هلّ يوم الصوم فى أحد # ففى سابع العشرين مارمت فاستقر
وإن هلّ بالإثنين فاعلم بأنّه # يوافيك نيل الوصل فى تاسع العشرى
ويوم الثلاثاإن بدا الشهرفاعتمد # على خامس العشرين تحظ بها القدر
وفى الأربعاء إن هلّ يامن يرومها # فدونك فاطلب وصلها سابع العشي
ويوم الخميس إن بدا الشهر فاجتهد # توافيك بعد العشر فى ليلة الوتر
Artinya :
Jika awal puasanya Jumat maka pada malam ke-29;
kalau Sabtu maka pada malam ke-21;
bila Ahad maka pada malam ke-27;
kalau pada Senin maka pada malam ke-29;
jikalau Selasa maka pada malam ke-25;
jika Rabu maka pada malam ke-27;
bila Kamis maka pada sepuluh tamat malam-malam ganjil.
Berdasarkan kedua sistem di atas perihal predeksi terjadinya malam Lailatul Qadar bahwa awal Ramadhan 2022 M. / 1443 H. pada hari Jum’at, dalam artian Lailatul Qadar tahun ini insya Allah terjadi pada tanggal 29 Ramadhan.
Amalan di Malam Lailatul Qadar
Imam An-Nawawi dalam Kitab Al-Adzkar menjelaskan ada beberapa amalan yang sangat direkomendasikan di malam lailatul qadar.
روينا بالأسانيد الصحيحة في كتب الترمذي والنسائي وابن ماجه وغيرها عن عائشة رضي الله عنها قالتْ: قلتُ: يارسول اللَّه إن علمتُ ليلة القدر ما أقول فيها؟ قال: ” قُولي: اللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فاعْفُ عَنِّي قال أصحابَنا رحمهم الله: يُستحبّ أن يُكثِر فيها من هذا الدعاء، ويُستحبّ قراءةُ القرآن وسائر الأذكار والدعوات المستحبة في المواطن الشريفة…..قال الشافعي رحمه الله: أستحبّ أن يكون اجتهادُه في يومها كاجتهاده في ليلتها، هذا نصّه، ويستحبّ أن يُكثرَ فيها من الدعوات بمهمات المسلمين، فهذا شعار الصالحين وعباد الله العارفين.
Artinya, “Kami riwayatkan dari sanad yang shahih dalam kitab al-Tirmidzi, An-Nasa’i, Ibnu Majah, dan lain-lain bahwa Aisyah pernah berkata, ‘Wahai Rasulullah, andaikan aku mengetahui lailatul qadar, apa yang cantik saya baca?’ Rasulullah menjawab, ‘Bacalah Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni’ (Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, menggemari orang yang minta ampunan, ampunilah saya).’Ulama kami berkata, disunahkan memperbanyak baca doa ini, baca Al-Qur’an, zikir, dan doa-doa yang disunahkan pada tempat atau waktu yang mulia. Imam As-Syafi’I berkata, ‘Aku menyukai memperbanyak ibadah tersebut di siang hari sebagaimana di malam hari.’ Dianjurkan juga memperbanyak doa-doa yang penting bagi umat Islam. Ini tanda orang-orang saleh dan hamba Allah yang cerdik.”
Berdasarkan klarifikasi Imam An-Nawawi ini, ada beberapa amalan yang biasa dijalankan pada lailatul qadar. Meskipun kita tidak tahu secara pasti kapan hadirnya lailatul qadar, yang penting amalan ini dilakukan selama bulan Ramadhan, terutama sepuluh terakhir Ramadhan. Di antara amalan yang mampu dijalankan adalah memperbanyak baca doa:
اللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ العَفْوَ فاعْفُ عَنِّي
Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni’
Artinya, “Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan, ampunilah saya.”
Dianjurkan juga memperbanyak baca Al-Qur’an, zikir, dan doa-doa yang berguna untuk umat Islam. Dalam persepsi Imam As-Syafi’i, amalan ini seharusnya tidak hanya dilaksanakan di malam hari saja, namun juga diperbanyak siang hari. Pasalnya, ia sendiri sungguh menyukai melaksanakan amalan ini di siang hari, sebagaimana kesungguhannya di malam hari.
Semoga Bermanfaat.